arrahmahnews

Jokowi dan Uji Nyali

ARN00120040015127-KAA

Arrahmahnews.com – Penampilan tidak berbanding lurus dengan nyali dan keberanian. Tubuhnya boleh jadi kurus ringkih, tidak beraura dan tidak bertampang seorang pemimpin negara besar, bahkan dicemooh secara fisik rupa. Namun, soal nyali besar, kini siapa yang menyangsikannya.

Presiden Joko “Jokowi” Widodo, dalam kesempatan sambutan di panggung besar pertama sekelas KTT Asia Afrika, Rabu (22/03) mencuri panggung perhatian media yang sudah dari ancang ancangnya suuzhon akan menulis Jokowi “jual Indonesia” kembali dengan semangat lebih memelas, karena Indonesia memang membutuhkannya.

Kebalikannya, di atas panggung Jokowi malah mengacak acak logika yang sudah diketam para jurnalis dan malah menyerukan sebuah tatanan ekonomi global baru yang tidak bergantung pada tiga lembaga pemberi pinjaman multilateral utama dunia Bank Dunia, IMF, dan ADB

“Ide bahwa masalah-masalah ekonomi dunia dapat diselesaikan hanya melalui Bank Dunia, IMF dan ADB adalah usang dan harus ditinggalkan,” Pangkas Jokowi di hadapan para pemimpin dunia, termasuk pemimpin negara ekonomi terbesar pertama dan kedua di Asia, Presiden China Xi Jinping dan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe.

Jokowi melanjutkan pendapatnya bahwa dirinya prihatin bila nasib ekonomi global hanya dibiarkan untuk dikendalikan oleh tiga lembaga keuangan tersebut, sehingga pamungkasnya Jokowi melanjutkan agar dunia mesti mencari format baru tatanan ekonomi, yang tidak bisa diintervensi oleh lembagai keuangan yang besar.

“Sangat penting kita membangun tatanan ekonomi internasional yang baru yang terbuka untuk kekuatan ekonomi baru yang muncul.” tandasnya.

Semua yang hendak ditujunya adalah jelas yakni perlunya reformasi arsitektur ekonomi global untuk menghindari dominasi kelompok negara tertentu yang sanggup mengatur isi dapur dari IMF, ADB, atau Bank Dunia.

Pidato Jokowi ini tidak bisa disangkal telah memiliki “modal awal”, karena dalam beberapa bulan terakhir, China berinisiatif untuk menciptakan kekuatan finansial penyeimbang, yakni lembaga pinjaman multilateral baru yang dikenal sebagai Bank Investasi dan Infrastruktur Asia, yang pada pendiriaannya berfokus memberikan pembiayaan ratusan miliar dolar untuk setiap membangun proyek-proyek infrastruktur berskala besar di seluruh wilayah Asia.

Dalam hal ini Indonesia menjadi salah satu dewan pendiri bank tersebut dan telah menyetorkan modal awalnya pada awal tahun ini. Keberadaan Bank tersebut merupakan cara Asia untuk lepas dari tekanan finansial negara negara besar di kawasan lain, dan tentu saja pidato Jokowi pada KAA tersebut bisa dikatakan sebagai prelude dari kiprah lembaga keuangan internasional Asia itu ke depannya.

Jokowi kemudian melanjutkan bahwa negara-negara Asia dan Afrika harus mendorong reformasi di dalam lembagai internasional yang lain yakni PBB, dan menggambarkan badan dunia tersebut sebagai biang ketidakberdayaan dalam menyelesaikan masalah ketidakseimbangan global dan ketidakadilan yang ada. Ia mencontohkan konflik Palestina dan pada akhirnya menyerukan bahwa dunia harus menghentikan praktik apharteid di sana, dan memerdekakan negara Palestina dengan segera.

Sejatinya isu isu yang diangkat Jokowi merupakan isu isu aktivis bawah tanah, mengingat jarang sekali ada pemimpin negara dunia yang berani melakukannya terlebih menyudutkan poros ekonomi global. Namun keberanian ini mengingatkan spirit KAA sendiri pada 1950, untuk lepas dari belenggu kekuatan dominan yang tidak adil.

Akhirnya Jokowi menyatakan bahwa Asia serta Afrika adalah masa depan dari kemanusiaan. Dan semestinya harus bisa membuktikan potensinya. [ARN]

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca