arrahmahnews

Solusi Freeport Ala Denny Siregar

19 Desember 2015,

JAKARTA, SUARA RAKYAT, ARRAHMAHNEWS.COM – Coba duduk yang tenang sejenak, mari kita gambarkan secara sangat sederhana.

Kita tiba-tiba mendapat warisan sebidang tanah dipinggir jalan di daerah sangat strategis. Sesudah kita kesana, ternyata tanah itu sudah menjadi pemukiman kumuh dan tempat para PKL. Mereka sudah tinggal disana puluhan tahun lamanya. Apa yang harus kita lakukan? (Baca juga: GUS DUR, FREEPORT & JOKOWI)

Menggusurnya dengan kekerasan jelas akan menimbulkan masalah. Mereka sudah beranak-pinak disana dan mereka golongan yang lapar. Akan terjadi bentrokan keras ketika kita memaksa mengusir mereka. Mereka memang salah karena menempati tanah yang bukan hak mereka, tetapi mereka juga membayar keamanan disana sehingga mereka merasa legal.

Begitulah yang terjadi dengan Freeport sekarang ini.

Berpuluh tahun Freeport melakukan investasi dengan cara yang salah. Tetapi kesalahan itu juga ada di pejabat-pejabat dan pemerintahan sebelumnya yang kongkalikong sehingga Freeport merasa bahwa apa yang mereka lakukan selama ini adalah legal. (Baca juga: Kronologi “Papa Minta Saham” dari Masa ke Masa)

Apa yang harus dilakukan? Mengusirnya secara paksa dengan alasan bahwa kontrak karya mereka selesai? Jelas Freeport tidak akan mau begitu saja lepas. Freeport akan melakukan apa saja supaya mereka tidak diusir begitu rupa.

Jalan kekerasan yang bisa mereka lakukan adalah membuat situasi di Papua tidak aman. Mereka sangat mampu memunculkan isu-isu Papua Merdeka sehingga negara nanti harus melawan bangsa sendiri.

Jalan paling halus mereka adalah membawa masalah ini ke pengadilan internasional. Mereka bisa saja kalah, tetapi keputusan itu membutuhkan waktu puluhan tahun lamanya. Selama proses itu Freeport bisa tidak produksi. Lalu bagaimana nasib ribuan karyawan disana? Ketika mereka menganggur, maka akan mudah digesek dengan isu Papua Merdeka. Kita kembali harus melawan bangsa sendiri. (Baca juga: Surat Terbuka Denny Siregar Kepada Istana dan Senayan)

Selain itu, ketika Freeport harus berkemas dari Papua, maka mereka juga akan membawa “kunci-kunci penting” yang menjalankan produksi perusahaan. Tanpa ada kunci-kunci itu, perusahaan tidak bisa berproduksi. Negara harus me-restart kembali sistemnya supaya bisa di install ulang. Dan itu membutuhkan waktu tahunan lamanya. Dengan begitu karyawan menganggur, dan kembali kita harus melawan bangsa sendiri.

Kita yang tadinya merasa gagah sudah “menendang” Freeport, harus menghadapi dampak yang sulit dibayangkan sesudahnya. (Baca juga: Skakmat, Langkah Jokowi Matikan Kawan dan Lawan)

Ketika pemerintah ingin menggusur pemukiman dan PKL di tanah yang mereka punya, mereka harus menyediakan dulu rusun dan tempat berdagang sebagai tempat pindah. Pemindahan akan menjadi manusiawi dan meminimalkan resiko keributan yang berbuntut chaos. Pemerintah harus mengambil jalan memutar supaya semua proses berjalan dengan smooth dan tanpa keributan yang berarti. Nah, begitu juga dengan Freeport.

Tidak bisa kita semena-mena menendang mereka begitu saja. Terlalu besar harga yang harus kita bayar dan kita tidak akan siap. Kita bukan lagi berada di zaman Presiden Soekarno yang menasionalisasi asing menjadi perusahaan nasional. Lihat, Soekarno pun jatuh dengan cara itu dan negara kita berantakan.

Cara yang dilakukan harus sesuai dengan hukum internasional. Pertama adalah meminta saham diperbesar di perusahaan Freeport, kemudian setahap demi setahap memperbesar saham sampai kita menjadi mayoritas disana. Teknisnya sangat rumit. Skema-skema finansial, skema-skema hukum harus jelas sehingga semua pihak tidak ada yang dirugikan.

Nah, yang menjadi masalah adalah pihak oposisi sekarang ini.

Sesudah mereka kalah catur dengan mundurnya Setnov, mereka akan memainkan permainan kedua. Percayalah, mereka bukan tipe yang mudah menyerah begitu saja.

Mereka sudah mulai memainkan isu dengan melemparkan bola panas ke pemerintahan Jokowi. Isunya adalah Jokowi harus segera mengambil-alih Freeport.

Sudah mulai bertebaran gambar-gambar batangan emas dan bayangan-bayangan kesejahteraan, jika Freeport kita kuasai maka setiap kepala keluarga bisa mendapat sekian puluh juta perbulan. Indonesia akan menjadi negara kaya dan segala bla bla lainnya. Bahkan mereka akan mengerahkan demo untuk mendesak Jokowi melakukan pengambil-alihan itu.

Isu ini memang akan mudah ditelan oleh mereka yang lapar tapi pemalas. Bayangan akan mendapat sekian puluh juta perbulan sudah menari di benak para manusia instan, seakan-akan ketika Freeport diambil-alih, mereka langsung sejahtera tanpa harus kerja. Kalau anda melihat demo buruh yang selalu merasa kurang sejahtera tetapi pake Kawasaki seharga 45 juta, mirip begitulah.

Tiba-tiba saja muncul orang-orang yang begitu peduli pada pengambil-alihan Freeport demi Indonesia. Hei, mereka kemana saja selama sepuluh tahun belakangan ? Kenapa dulu adem ayem dan tidak menuntut hal yang sama? Kenapa mendesaknya baru di pemerintahan ini saja?

Ini bola panas yang digulirkan oposisi kepada pemerintahan Jokowi dan bolanya semakin lama akan semakin diperbesar. Mereka berharap Jokowi akan memakan buah simalakama. Diperpanjang kontraknya, maka Jokowi akan berhadapan dengan rakyatnya. Ketika diputus dan terjadi kerusuhan di Papua karena banyak yang menganggur, maka Jokowi lagi yang salah.

Inilah yang akan menjadi puncak pertarungan antara pemerintah dan oposisi yang diwakili kelompok KMP, sesudah mereka bertarung di pemilihan Kapolri, masalah KPK dan masalah Setnov ini.

Dan kita semua tahu gaya Jokowi, ia akan mengambil jalan memutar dalam setiap pertarungan. Saya belum paham bagaimana caranya, tapi itulah sisi menariknya. Yang penting, jangan termakan isu oleh mereka yang tiba-tiba menjadi perduli bahwa Freeport harus diambil alih seluruhnya.

Jujur, buat saya gaya mereka itu gaya lama dan mudah ditebak kemana arahnya. Gerakannya mirip poni andhika kangen band. Arahnya selalu tetap dan tidak berubah, meski angin bertiup dari arah yang berbeda. Mem-bo-san-kan….

Secangkir kopi malam dan sebatang rokok sepertinya menarik sebagai teman sambil mengamati situasi yang terus berkembang. Ngopi dulu, kawan… (ARN)

Sumber: DennySiregar.com

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca