arrahmahnews

Media Jerman: 2016…Tahun Sulit Untuk Turki

29 Desember 2015

BERLIN, ARRAHMAHNEWS.COM – Tahun 2016 nanti akan jadi tahun yang juga sulit bagi Turki, setelah tahun ini negara tersebut juga mengalami berbagai masa sulit dalam banyak aspek, mulai dari perang melawan suku Kurdi hingga insiden penembakan jatuh pesawat Rusia serta berbagai konflik yang menyusul dengan Moskow. Hal ini diungkapkan wartawan Jerman, Thomas Seibert.

“Partai Pekerja Kurdistan (PKK), Suriah, Uni Eropa, Rusia, tahun ini adalah satu tahun yang sulit bagi Turki. Tahun berikutnya tidak akan lebih mudah,” tulis Thomas Seibert untuk Tagesspiegel. (Baca juga: Anonymous Ancam Turki, Jika Tak Berhenti Dukung ISIS)

Menurutnya, negara itu akan menghadapi tantangan di beberapa bidang, khususnya, mengenai kebijakan dalam negeri. Kemungkinan besar, otoritas Turki akan terus melakukan penganiayaan terhadap jurnalis dan kritikus dari pemerintah lainnya yang dianggap menghina Presiden Recep Tayyip Erdogan.

Pada bulan Desember, diketahui bahwa otoritas Turki menghukum tiga wartawan dari surat kabar Turki Birgün untuk artikel mereka di mana mereka mereka menyebut Erdogan pembunuh dan pencuri. (Baca juga: TERBUKTI! Ponsel Pimpinan ISIS Yang Tewas Tunjukkan Turki Dukung ISIS)

Seibert juga menekankan bahwa kemungkinan eskalasi konflik antara Turki dan Kurdi sangat tinggi.

Berkenaan dengan konflik Suriah, ia berpendapat, Turki harus mengakui bahwa tujuan aslinya, yaitu, penggulingan rezim Assad, telah menyebabkan ketidakpercayaan di antara banyak pihak yang terlibat: kini tidak hanya Rusia dan Iran, yang mendukung pemerintah Suriah, tetapi juga mitra Barat Turki, yang posisinya mengenai masalah ini sudah tidak sejalan dengan tujuan Ankara.

“Sebagai contoh, AS bekerja sama dengan Suriah Kurdi dalam memerangi teroris Daesh, sementara Turki memandang Kurdi sebagai musuh yang paling serius,” tulis Seibert.(Baca juga: Partai Tanah Air Turki: Kebijakan Erdogan Untuk Selamatkan Entitas Israel)

Menurut sang wartawan, kesulitan juga sedang menunggu Ankara dalam hubungan negara itu dengan Uni Eropa. Brussels mengakui bahwa Uni Eropa perlu Turki untuk menangani krisis pengungsi, tetapi Ankara berusaha untuk mendapatkan lebih banyak imbalan, termasuk rezim bebas visa dengan Eropa dan jaminan keanggotaan masa depan mereka dalam serikat.

Dalam jangka panjang, tujuan dari Uni Eropa dan Turki dapat menjadi tidak kompatibel lagi dan mengakibatkan hubungan yang memburuk antara kedua belah pihak, tulis Seibert. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca