25 Januari 2016,
RIYADH, ARRAHMAHNEWS.COM – Amerika Serikat sangat bergantung dengan dukungan keuangan Arab Saudi untuk mempersenjatai militan yang memerangi pemerintah Suriah, kata sebuah laporan.
Mengutip beberapa pejabat AS, New York Times melaporkan pada Sabtu (23/01) bahwa sejak CIA melancarkan operasi penggulingan Assad di Suriah, “Uang Saudi mengalir deras”. (Baca juga; Analis; Perang AS Melawan ISIS Ternyata Hoax )
Menurut pejabat, yang sebagian besar berbicara dengan syarat anonim, Saudi berkontribusi besar dalam membiayai keuangan untuk menyediakan senjata, sementara CIA memimpin pelatihan para teroris dengan senapan AK-47 dan rudal anti-tank.
CIA mulai melakukan operasi rahasia pada 2013 untuk mempersenjatai militan, mendanai dan melatih teroris untuk menggulingkan pemerintahan Assad. Sejumlah militan kemudian bergabung dengan kelompok teroris Takfiri ISIS, yang dilatih olehnya di Yordania. (Baca juga; ISIS Dalam Permainan Sinis Barat Untuk Lindungi Zionis )
Sejak 2013, CIA telah melatih sekitar 10.000 teroris. Upaya Program militer AS untuk melatih apa yang disebut militan “moderat” untuk melawan kelompok teroris ISIS, meskipun itu tidak pernah terjadi.
Laporan itu mengatakan para pejabat menolak untuk mengungkapkan jumlah kontribusi Saudi, namun perkiraan Saudi telah menggelontorkan milyaran dolar untuk mempersenjatai dan melatih para teroris.
Kontribusi keuangan negara-negara Teluk Persia sangat besar dalam membantu program CIA dalam mempersenjatai militan di Suriah.
“Mereka memahami bahwa mereka harus memiliki kita, dan kita memahami bahwa kita harus memiliki mereka,” kata Mike Rogers, mantan anggota Kongres dari Partai Republik. Rogers adalah ketua Dewan Komite Intelijen saat operasi CIA dimulai. (Baca juga; Analis; AS Ayah dari Teroris ISIS )
Dukungan keuangan Saudi ke Gedung Putih, menjelaskan mengapa AS begitu enggan secara terbuka mengkritik kerajaan atas pelanggaran hak asasi manusia. Dukungan terhadap ideologi Wahhabisme telah menginspirasi banyak kelompok teroris, dan perang terhadap Yaman , yang telah merenggut nyawa lebih dari 8.270 orang. (ARN/AU/PTV)
Sebar:
