Amerika

Setelah Email Wikileaks Bocorkan Pesan Suara, Demokrat Meradang

Kamis, 28 Juli 2016,

WASHINGTON, ARRAHMAHNEWS.COM – Setelah membocorkan puluhan ribu email, situs anti kerahasiaan kembali merilis dokumen penting Partai Demokrat Amerika Serikat. Whistleblower itu merilis pesan audio partai yang mengusung Hillary Clinton dalam pemilu presiden AS itu. (Baca juga: Wikileaks Versus Hillary Clinton Ratu Skandal Email, Ganjal Konvensi Partai Demokrat)

Kantor berita Sputnik, Kamis (28/7/2016), melaporkan bahwa bocoran itu mencakup 29 pesan suara yang diambil dari email pejabat Komite Nasional Partai Demokrat (DNC) dengan total durasi mencapai 14 menit. Salah satu file dari pesan suara itu melibatkan pendukung Hillary yang menelpon menuntut agar senator Vernont, Bernie Sanders, digagalkan untuk menjadi pemenang.

Seperti pekan lalu dimana bocoran email DNC dirilis bertepatan dengan momen penting Partai Demokrat yang akan menetapkan Hillary Clinton sebagai capres, pun begitu dengan bocoran pesan suara ini. Rilis terbaru ini bertepatan dengan rencana Presiden AS, Barack Obama, akan berbicara dalam konvensi Partai Demokrat di Philadelphia.

WikiLeaks merilis hampir 20 ribu email menunjukkan pejabat Partai Demokrat memiliki sikap netral yang bias terhadap mantan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton. Hal ini pun memicu kemarahan para pendukung Sanders dan memaksa Ketua DNC Debbie Wasserman Schultz untuk mengundurkan diri menjelang konvensi minggu ini.

Sebelumnya pendiri WikiLeaks, Julian Assange, telah berjanji akan merilis dokumen lagi. Assange juga membantah jika bocoran email tersebut didapatkan dari hacker pemerintah Rusia seperti yang dituduhkan oleh tim kampanye Hillary. (Baca juga: Wikileaks; Panama Papers Mahakarya George Soros Untuk Serang Tokoh dan Negara Tertentu)

Trump Minta Rusia Bongkar 30 Ribu E-Mail Hillary

Donald Trump kini dikabarkan meminta agen intelijen Rusia membongkar 30 ribu dokumen e-mail milik Hillary.

Perseteruan capres AS dari Partai Republik dan Partai Demokrat dengan menyeret Rusia ini diawali oleh bocoran dokumen  e-mail  Komite Nasional Partai Demokrat oleh WikiLeaks. Dokumen itu berisi konspirasi para petinggi Partai Demokrat untuk menyingkirkan Bernie Sanders demi memuluskan jalan Hillary menjadi capres.

Kubu Hillary lantas menuduh Rusia membantu Trump memenangkan pemilu presiden (Pilpres) AS dengan meretas e-mail yang dokumennya dibocorkan WikiLeaks. Namun, pendiri WikiLeaks, Julian Assange, membantah dokumen itu diperoleh dari agen intelijen Rusia. Kremlin juga membantah tuduhan tersebut.

”Rusia, jika Anda mendengarkan, saya berharap Anda dapat menemukan 30 ribu e-mail yang hilang,” kata Donald Trump pada konferensi pers di Miami pada hari Rabu. ”Saya pikir Anda mungkin akan dipuji mati-matian oleh pers kami,” lanjut Donald Trump, seperti dikutip NPR, Kamis (28/7/2016).

E-mail Hillary yang dimaksud Donald Trump itu adalah e-mail yang digunakan saat Hillary menjabat sebagai Menteri Luar Negeri AS.

Tim kampanye Hillary Clinton menanggapi manuver Donald Trump. ”Ini harus menjadi pertama kalinya bahwa calon presiden utama telah secara aktif mendorong kekuatan asing untuk melakukan spionase terhadap lawan politiknya,” kata penasihat kebijakan Hillary Clinton, Jake Sullivan.

“Ini bukan hiperbola,” lanjut dia dalam sebuah pernyataan. ”Ini telah berubah dari masalah rasa ingin tahu soal politik, menjadi isu keamanan nasional,” imbuh dia. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca