Atau mungkin pula, mimpi-mimpi itu datang karena kami yang muda-muda ini cenderung diam, kebanyakan melamun, larut dalam khayalan yang tinggi. Atau bisa jadi mimpi-mimpi itu datang ke kami hanya sebagai bunga-bunga tidur belaka. Entahlah, namun yang pasti mimpi-mimpi itu selalu mengajak kami untuk bergeliat, bangkit dan bangun berdiri. Seperti mimpi kami akan liputan-liputan berita situs ini, yang hari ini hadir dan kerap kali oleh kebanyakan orang disebut GERAKAN.
Hidup bukan sekedar mimpi, bahkan kami dibuatnya selalu gelisah, gundah dan risau. Sebab, di sekeliling kami sudah banyak beredar kelompok-kelompok yang melakukan penafsiran-penafsiran sempit dalam memaknai islam. Klaim kebenaran tunggal yang disebarkan oleh kelompok-kelompok tertentu telah banyak meracuni generasi muda NU, bahkan banyak memproduksi aksi-aksi terorisme dan kekerasan atas nama agama.
Bila saat ini di televisi, radio, koran, situs-situs, facebook dan twitter banyak kisah angker tentang keganasan ISIS itu hanya salah satu dari sekian banyak contoh akibat doktrin agama yang penuh kekakuan dan kekerasan. Doktrin dan ajaran semacam inilah yang kemudian diistilahkan sebagai fundamentalisme.
Fundamentalisme ini sengaja kami jadikan tema utama editorial hari ini. Biar kita semua tahu dan sadar kalau saat ini sudah banyak virus fundamentalisme telah menginfiltrasi ke pelbagai sendi kehidupan beragama dan berbangsa yang damai di Republik ini. Virus fundamentalisme terbukti sebagai penyumbang saham terbesar lahirnya ketakutan demi ketakutan karena aksi teror yang merajarela. Islam yang sebenarnya indah dan damai berubah menjadi lukisan horor yang bikin bulu kuduk merinding. Islam yang sejatinya penuh senyuman menjelma menjadi wajah penuh keangkaraan. Dan juga yang paling bikin kami jengkel, kesukaan kami akan ziarah kubur, tahlil, maulidan dibilang tradisi yang tidak ada dalam al-Quran dan hadits, alias BID’AH.
Mereka kaum fundamentalis sepertinya lupa, bahwa islam indonesia bisa berkembang pesat sepeti sekarang karena peran ulama yang tergabung dalam wali songo. para ulama ini berdakwasecara santun, mengajak dengan damai, memberi teladan yang ramah serta menjadikan tradisi sebagai media dakwa yang efektif bukan malah membuangnya. Sebut saja, sunan kalijaga yang dengan pertunjukkan wayang kalimasada nya mampu membuat ratusan bahkan ribuan masyarakat jawa memeluk Islam, tembang tombo ati yang sampai saat ini masih populer adalah karya sunan bonang bahkan beliau dikenal sebagai kreator gamelan jawa.
Wali songo telah mengajarkan sebuah islam yang sangat indah, sangat menyenangkan sekaligus sangat menentramkan. Dakwa Islam yang mereka peraktekkan terasa sejuk penuh rahmat dan merahmati. Oleh beliau-beliau pula, Islam dijalankan dengan sentuhan yang mengayomi perbedaan. Beliau-beliau selalu mengambil sikap moderat ketika terjadi pertentangan yang cukup tajam. Sikap tawassuth inilah yang senantiasa beliau-beliau kembangkan sehingga Islam bisa diterima di semua kalangan dan berkembang secara damai ke segenap penjuru nusantara.
Terinspirasi dari cara, strategi, metode dan sikap wali songo inilah sehingga generasi muda NU bangkit dengan mengenalkan Islam dengan cara yang santun dan damai, menyadarkan umat dari bahaya gerakan-gerakan radikalisme yang menjamur, menyikapi perbedaan dengan bijak dan menumbuhkan semangat persatuan umat peduli Islam dan NKRI.
