Analisa

Politik di Yaman dan Modal Adu Domba Media Radikal

ARN001200400150-Politik-di-Yaman-Modal-Adu-Domba-Media-Radikal

Arrahmahnews.com – Saat ini pertempuran di Yaman belum terlihat tanda-tanda akan usai. Peperangan ini adalah peperangan politik kekuasaan, duniawi dan profan. Tetapi sayangnya, apapun itu maka isu agama, isu sektarian adalah isu yang eksotik untuk didengungkan. Mengapa itu terjadi? Sebab didalam isu keagamamaan, ada nuansa 3G (Gold, Glory dan Gospel) yang saling berkelndan.

Gold, dengan ini, perang buat mereka itu akan menguasai tanah, jajahan, minyak, rampasan perang hegemoni daerah dst. Dengan Glory mereka akan terhormat, disanjung, dihormati, sebagai pembebas, martir, pahlawan dan seterusnya. Sementara Gospel, mereka menyakini bahwa itu ada nuansa pahala dan dosa, siksa, neraka dan sorga. Itulah mengapa isu sektarian, isu agama adalah hal yang sangat-sangat menarik untuk digelontorkan.

Realita Politik di Yaman     

Ali Abdullah Saleh (Penganut Syiah Zaidiyah) lahir 21 Maret 1942. Setelah lebih dari 33 tahun berkuasa, Saleh menandatangani Gulf Cooperation Council, sebuah kesepakatan pada bulan November 2011.Ini membuka jalan bagi wakil presiden untuk menjadi penjabat presiden sampai 21 Februari 2012; dan pada saat itu wakil presiden akan dipilih menjadi presiden. Pada tanggal 22 Januari 2012, parlemen Yaman mengesahkan undang-undang yang memberikan kekebalan dari penuntutan A.A. Saleh dan ia meninggalkan Yaman untuk pengobatan di Amerika Serikat. Akhirnya Saleh mengundurkan diri dan secara resmi menyerahkan kepada wakilnya Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi (Yang Sunny, Pro-Saudi) di Istana Kepresidenan pada tanggal 27 Februari 2012. (Wikipedia berbahasa Arab).

Saat terjadi People-Power, Suku Houthi (Syiah ZaiARN0012004001548-Politik-di-Yaman-Modal-Adu-Domba-Media-Radikaldiyah, yang 30% penduduk Yaman), ikut ambil bagian dengan sangat serius. Sejak tahun 2004, suku Houthi yang bermazhab Syiah Zaidiyah menuntut otonomi khusus di wilayah Saada sebagai protes atas diskriminasi dan penindasan dari rezim Saleh. Tuntutan ini dihadapi dengan senjata oleh Saleh (dan dibantu oleh Arab Saudi, yang pro AS dan Saudi). Karena itu meletuslah perang sipil yang menewaskan lebih dari 5000 tentara dan rakyat sipil (suku Houthi) pada rentang 2004-2008.

Tahun 2009, kelompok Salafi (Gerakan Yaman Selatan/ al Hirak al Janoubi) yang dipimpin kelompok Tareq Al Fadhli angkat senjata melawan rezim Saleh. Al Fadhli adalah alumnus jihad Afganistan yang awalnya membantu Saleh dalam membungkam faksi sosialis. Di masa ini juga, muncul aktor baru di Yaman, yaitu Al Qaida Arab Peninsula (AQAP) yang memproklamasikan diri pada tahun 2009. Dua tokoh utama AQAP, anehnya, adalah dua warga Arab Saudi alumni Guantanamo, Abu-Sayyaf al-Shihri dan Abu-al-Harith Muhammad al-Awfi.

Karena kediktatoran dan korupsi yang merajalela, pada tahun 2011, rakyat Yaman (dari berbagai suku dan mazhab) bangkit berdemo menuntut pengunduran dirinya. Masifnya gerakan demo di Yaman akhirnya berujung pada tergulingnya Saleh yang telah berkuasa 33 tahun. Ia melarikan diri pada November 2011 ke Arab Saudi, dan digantikan oleh Mansur Hadi (Yang sebelumnya adalah Wakilnya).ARN0012004001549-Politik-di-Yaman-Modal-Adu-Domba-Media-Radikal

Namun, tahun 2012, Saleh kembali ke Yaman dan dilindungi oleh Mansur Hadi. Dalam situasi ini, Al Qaida melakukan aksi-aksi pengeboman, termasuk mengebom istana kepresidenan, menambah kacau situasi di Yaman. Karena tidak puas, sebab rakyat yang ikut menggulingkan Saleh, termasuk bagian dari Al Qaida, suku Houthi (gerakan Ansarullah) dan lain-lain dsingkirkan. Disinilah muncul ketidakpuasan rakyat yang semula berharap terjadinya reformasi.

Gerakan Ansarullah berhasil menggalang demo besar-besaran (rakyat umum, tidak sebatas suku Houthi) sejak Agustus 2014, menuntut diturunkannya harga BBM dan dilakukannya reformasi politik. Menyusul aksi demo ini, Perdana Menteri Salim Basindwa mundur dari jabatannya dan Presiden Mansur Hadi bersedia menandatangani perjanjian dengan Ansarullah, yang isinya Mansur bersedia membentuk pemerintahan baru dengan melibatkan Ansarullah dan semua partai politik yang ada. Perjanjian ini menandai semakin meluasnya pengaruh Ansarullah (Syiah Houthi) di pusat kekuasaan Yaman. Namun kemudian, Mansur Hadi memilih lari ke Arab Saudi dan meminta bantuan militer dari Saudi. Sejak 26 Maret 2015, Arab Saudi dibantu negara-negara Teluk dan Israel, serta didukung oleh AS membombardir Yaman.

Realitas Politik dan Exotic-nya Sektarian

Walaupun secara kasat mata, perang dan pemberontakan al Houti adalah perang politik dan tuntutan rakyat. Tetapi mengapa Saudi ikut campur bahkan dengan kekuatan yang sangat serius? Lalu marilah kita lihat upaya menggalang dukungan yang dihubungkan dengan keagamaan. Ulama-ulama ‘tidak jelas’ mendatangi Dubes Saudi dan memberi dukungannya. Banyak fatwa-fatwa yang dikeluarkan. Ada fatwa asy-Syaikh al-Muhaddits al-Mujahid Rabi’ bin Hadi al-Madkhali, Fatwa Syaikh Abu Qatadah Al-Falisthini dll (Yang mengatakan perang di Yaman Jihad). Beda fatwa itu dengan fatwa-fatwa kelompok Sunny Yaman, sepert Habib Ali Mansour, Habib Umar bin Hafizd, dan Sunny Indonesia, Agil Siraj (Ketua PBNU), termasuk Ketua Muhammadiyah (Din Syamsuddin) yang cenderung menentang peperangan itu, menginginkan cepat damai, dan tidak memihak satu dengan lainnya.

Sayangnya fatwa-fatwa Jihad, fatwa-fatwa kekafiran al Houthi (Syiah Zaidiyah) yang kemarin-kemarin tidak ada sama sekali, sekarang terpampang di media-media sosial para jihadis dan underbow-nya, termasuk ibu-ibu rumah tangga, yang mungkin dengan niat baik, tetapi salah dalam melihat realita dan kurang heterogen-nya informasi. Dan lebih aneh lagi, fatwa-fatwa pengkafiran dan radikal itu, keluar dari media yang kemarin baru di blokkir oleh BNPT.

Ada 4 kriteria situs yang dianggap radikal versi BNPT yaitu :

  1. Ingin melakukan perubahan dengan cepat menggunakan kekerasan dengan mengatasnamakan agama
  2. Takfiri atau gampang mengkafirkan orang lain
  3. Mendukung, menyebarkan, dan mengajak bergabung dengan kelompok-kelompok Jihadis, utamanya ISIS/IS atau Daes.
  4. Memaknai jihad secara terbatas.

Kemarin ada 22 situs, web media Islam yang diblokir dikarenakan menyebarkan nilai-nilai radikalisme dan mengarah ke terorisme. Dan sekarang, marilah kita lihat bagaimana situs-situs itu, mengomentari, membuat berita tentang Yaman. Yang rata-rata isinya mengkafirkan al Houthi, mengajak jihad disana, dan kekarasan lainnya.

Kesimpulannya

Apapun madzabnya, selama anda mengikuti AS (dan underbow-nya), maka anda akan dilindungi. Kita lihat Saudi-Arabia yang tidak demokratis, tetap didukung AS. Lihat Iran saat rezim Reza Pahlevi, sangat mesra dengan AS dan Saudi. Lihatlah Yaman, 32 tahun dipegang oleh Ali Abdurahman Saleh (dia Syiah Zaidiyah, 30% rakyatnya Syiah Zaidiyah, 60% Sunnah dan Wahabi, sisanya Ibadhy. Dia diktator dan korup), tetapi tetap dilindungi, tidak ada isu sektarian dll, sampai terjadinya people-power, sebab ia pro Saudi dan AS. Wakilnya Abd Rabbuh Mansur Al-Hadi (Sunny, Pro-Saudi). Makanya saat mereka tergulingkan atau mendapat masalah, Saudi Arabia langsung turun tangan.

Tetapi saat rakyat menginginkan yang lebih baik, didukung oleh suara mayoritas rakyat (disini merujuk pada Sayyid Abdul Malik al Houthi), tetapi itu tidak menguntungkan AS (dalam hal ini juga Saudi). Mereka dimusuhi, dibom-bardir, dianggap kafir sesat dan melawannya adalah jihad, mendapat pahala.

Disinilah problemnya, kita sebagai ummat muslim, mudah di adu domba, diisukan sentimen agama, madzab dan seterusnya. Padahal tujuan para pengekspose itu adalah kekusaan, duniawi, bahkan tidak jarang, tujuannya justru ingin melemahkan islam, mengalahkan islam tanpa keluar biaya besar. Sadarlah wahai Muslim.

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca