Menurut Gürsel Tekin, wakil ketua oposisi Turki Partai Republik Rakyat (CHP), pasukan darat Turki dijadwalkan akan dikirim ke Suriah dalam dua hari ke depan, pada hari Kamis surat kabar Turki melaporkan .
Dia lebih lanjut menjelaskan bahwa pasukan akan dikirim ke utara Suriah pada Kamis atau Jumat malam, dan menambahkan bahwa ia telah menerima informasi tentang rencana Turki untuk intervensi di Suriah dari sumber yang dapat dipercaya.
Pejabat itu lebih lanjut mencatat bahwa anjloknya popularitas Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa (AKP) sehingga dapat mengdongkrak kepopulerannya, pemerintah melibatkan Turki dalam sebuah “petualangan” di Suriah.
Lebih lanjut ia memperingatkan terhadap dampak dari intervensi tersebut, dan menekankan bahwa partai yang berkuasa bertujuan untuk memperluas kekuasaannya di negara itu dengan menyeret Turki ke dalam krisis Suriah.
Outlet berita yang berbasis di AS Huffington Post melaporkan pada bulan April Turki dan Arab Saudi dalam pembicaraan tingkat tinggi sepakat membangun aliansi militer dengan tujuan intervensi di Suriah dan berusaha menggulingkan Presiden Bashar al-Assad.
Sebagai bagian dari kesepakatan Turki akan mengirimkan pasukan darat yang didukung oleh serangan udara Saudi dalam upaya untuk membantu “Oposisi Suriah yang moderat” untuk melawan kekuatan pasukan pemerintah, mengutip berita yang berbasis di AS.
Pada tanggal 2 Mei, Yeni Şafak mengutip Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu mengatakan bahwa Turki akan memulai program pada tanggal 9 Mei untuk melatih dan melengkapi apa yang disebut militan moderat melawan pemerintah Suriah.
Cavusoglu menambahkan bahwa total 2.000 militan akan dilatih pada akhir tahun, militan yang terlatih akan melawan pemerintah Assad dan teroris ISIL Takfiri, yang mengontrol bagian Suriah dan negara tetangga Irak.
Ankara dan Washington menandatangani kesepakatan untuk melatih dan mempersenjatai militan mulai pada 19 Februari Program ini dilakukan untuk melatih lebih dari 15.000 gerilyawan selama kurun waktu 3 tahun, dan lebih dari 120 tentara AS dilaporkan berada Turki untuk melatih para militan.
Turki adalah salah satu dari tiga negara yang menyatakan siap untuk membuka wilayahnya dalam pelatihan militan publik. “Arab Saudi dan Qatar juga telah mengumumkan bahwa mereka akan menjadi train-and-equip program,” kata Cavusoglu pada tanggal 20 Februari.
Sementara itu, Ankara mendapat kecaman kerusuhan (sejak maret 2011) karena tidak berbuat banyak untuk menghentikan kemajuan ISIL serta keengganannya untuk menindak militan yang dijadikan gerbang wilayahnya untuk masuk Suriah. [ARN]