Analisa

Kebencian Barat Terhadap Islam Semakin Tampak Jelas

ARN0012004001511232_kebencian_Barat_Terhadap_Islam_Semakin_Nampak_Jelas

Arrahmahnews.com – Pasca rutuhnya Uni Soviet, Barat menganggap Islam sebagai ancaman serius bagi mereka. Oleh karena itu, Amerika Serikat dan tak ketinggalan rezim Zionis Israel menggalakkan proyek Islamphobia khususnya pasca serangan terhadap menara kembar WTC (World Trade Center) di New York pada tanggal 11 September 2001.

Sementara itu, dunia Islam memulai periode barunya setelah meletusnya Kebangkitan Islam di Timur Tengah dan Afrka Utara. Tumbangnya para diktator yang telah berkuasa selama puluhan tahun memberikan harapan baru atas kemenangan besar bagi dunia Islam.

Meluasnya Islam di berbagai belahan dunia menyulut kemarahan musuh-musuh agama suci ini. Mereka berupaya merendahkan Islam dengan cara-cara yang menjijikkan seperti pelecehan, penistaan terhadap al-Quran dan kesucian Nabi Muhammad Saw. Contoh dari tindakan musuh-musuh Islam adalah produksi dan penayangan film berjudul “Innocence of Muslims“, propaganda majalah Charlie Hebdo satir, dan yang terbaru pameran karikatur Nabi Saw diselenggarakan oleh Pamela Geller di Texas. 

Nama Terry Jones tidak asing lagi bagi umat Islam. Ia seorang pastor dari Florida Amerika Serikat yang sering menyakit  hati umat Islam dengan aksi tercelanya. Tahun lalu, ia bersama 50 orang lainnya menggelar aksi pembakaran kitab suci al-Quran untuk memperingati peristiwa 11 September. Kini namanya kembali mencuat setelah ia terlibat dalam publikasi film Innocence of Muslims”. Dalam film yang berdurasi dua jam ini, pribadi suci Rasulullah Saw dihina sedemikian rupa dan beliau digambarkan sebagai manusia yang berlumuran dosa.

Sam Bacile alias Nakoula Basseley Nakoula yang disebut-sebut sebagai penulis dan sutradara film ini adalah seorang Yahudi Amerika yang berasal dari California. Sementara Terry Jones bertugas mempublikasikan film tersebut. Bacile kepada Wall Street Journal mengatakan, lebih dari 100 Yahudi menyuplai dana sebesar lima juta dolar untuk membantu memproduksi filmnya. Menurut Bacile, film anti-Islam itu dibuat selama tiga bulan dengan 60 aktor dan 45 kru lainnya. Film tersebut pertama diputar di sebuah ruangan kosong di Hollywood dan menurut rencana akan ditayangkan di gereja Terry Jones  untuk memperingati peristiwa 11 September. Namun, rencana itu kemudian dibatalkan.

Meski penayangan resmi film yang menghina kesucian Nabi Muhammad Saw itu dibatalkan, namun sebagian dari film tersebut telah dipublikasikan melalui Youtube. Publikasi film itu di internet dilakukan oleh sejumlah imigran Koptik  asal Mesir sehingga warga Mesir menjadi pihak pertama yang mereaksi keras tindakan itu kemudian disusul oleh umat Islam di Libya, Yaman dan negara-negara Islam lainya.

Ketika pemerintah Amerika Serikat menjadi sasaran kemarahan umat Islam, Washington berupaya menjustifikasi aksi penistaan itu dengan mengeluarkan berbagai alasan. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton mengatakan, pemerintah Amerika tidak pernah membatasi hak warganya untuk mengungkapkan pandangan mereka. Pernyatan Clinton ini menunjukkan bahwa Washington mendukung produksi dan publikasi film Innocence of Muslims. Dengan demikian pembuatan film nista seperti ini dan langkah-langkah Islamphobia lainnya dilakukan dengan restu para pejabat Gedung Putih.

Sejarah membuktikan fakta ini bahwa orang-orang musrik jahiliyah di masa Rasulullah Saw karena takut Islam mereka melakukan tindakan-tindakan bodoh untuk membendung meluasnya ajaran Islam. Dan saat ini masa jahiliyah baru telah dimulai. Musuh-musuh Islam dengan mengusung slogan-slogan indah dan bersahabat seperti kebebasan dan membela hak asasi manusia melakukan tindakan tercela untuk memerangi Islam.

Kebebasan berpendapat yang menjadi salah satu slogan agama Islam telah menjadi alat bagi Barat untuk menistakan agama Samawi ini. Kini muncul pertanyaan, apakah aksi-aksi pelecehan tersebut termasuk kebebasan berpendapat dan berekspresi atau pelecehan? Pertanyaan berikutnya adalah apakah kebebasan berpendapat adalah hak yang tanpa batas? Apakah dengan alasan kebebasan berpendapat, seseorang dapat melakukan pelecehan? Jika demikian, mengapa para cendekiawan Barat yang mepersoalkan kebenaran peristiwa Holocaust, mereka dihukum dan dianiaya

Kebebasan berkeyakinan bermakna bahwa setiap orang dapat memilih dengan bebas terhadap setiap pemikiran politik, sosial dan agama yang ia anggap benar tanpa pemaksaan. Kebebasan berpendapat juga refleksi dari  kebebasan berkeyakinan yaitu bermakna mengungkapkan pemikiran dan keyakinan secara bebas. Hak ini adalah salah satu hak yang ditegaskan dalam deklarasi hak asasi manusia dan di lindungi oleh berbagai undang-undang di hampir semua negara.

Dalam pasal 19 Deklarasi Universal HAM disebutkan bahwa setiap orang memiliki kebebasan berkeyakinan dan berpendapat. Hak-hak ini termasuk memiliki keyakinan tanpa rasa takut, bebas dalam mendapatkan informasi, pemikiran,  dan menyebarkannya dengan semua fasilitas yang mungkin dilakukan.

Dalam pasal 19 kesepakatan internasional terkait hak-hak sipil dan politik disebutkan bahwa; pertama, tak seorangpun dapat diganggu karena keyakinannya. Kedua, setiap orang memiliki kebebasan berpendapat dan kebebasan ini meliputi kebebasan dalam mencari dan meneliti, belajar dan menyebarkan pengetahuan dan pemikiran tanpa pembatasan, baik dengan lisan dan tulisan, cetak, seni atau dengan cara-cara lain.

Namun dalam pasal 19 butir tiga perjanjian internasional terkait hak-hak sipil dan politik disebutkan bahwa tindakan-tindakan tersebut (kebebasan berpendapat) mempunyai hak dan tanggung jawab serta batas-batas tertentu. Pertama, dalam kebebasan berpendapat tetap harus menghormati martabat dan hak-hak orang lain. Kedua, keamanan, ketertiban atau keselamatan dan moral publik harus dijaga. Sementara dalam pasal 13 konvensi Amerika terkait HAM yang ditetapkan bulan November 1969 disinggung pula bahwa kebebasan berpendapat tidaklah mutlak dan jika mengganggu ketertiban dan moral publik serta martabat orang lain maka hal itu akan dibatasi.

Dengan demikian, meski hukum internasional menerima kebebasan berpendapat sebagai hak dasar setiap manusia, namun hal itu memiliki batasan-batasan tertentu. Oleh karena itu, dengan dalih kebebasan berpendapat seseorang tidak dapat memproduksi sebuah film yang menghina kesucian sebuah agama besar seperti Islam dan hal itu lebih tepat disebut dengan “kebebasan pelecehan”.

Dari sisi lain, partisipasi Zionis dalam memproduksi film Innocence of Muslims menunjukkan kebencian mendalam Zionis terhadap umat Islam dan tindakan tersebut juga membuktikan bahwa perkembangan Islam saat ini telah menimbulkan kemarahan musuh-musuh agama suci ini.

Dewasa ini, kebencian Barat terhadap Islam semakin tampak jelas. Islam adalah agama logika dan pemikiran. Agama ini mengajak semua pihak untuk berdialog berdasarkan argumentasi yang rasional. Namun sayangnya Barat tidak menjawab seruan damai itu secara argumentatif, mereka justru terus memilih tindakan-tindakan hina untuk memerangi Islam. Pelecehan terhadap kesucian Rasulullah Saw yang merupakan dasar keyakinan umat Islam menunjukkan proses keruntuhan peradaban Barat dan juga tanda semakin dekatnya kehancuran rezim Zionis Israel.

Poin penting yang terlupakan oleh para pejabat AS dan Israel adalah aksi penistaan itu dari satu sisi akan berdampak positif bagi umat Islam. Mereka lupa bahwa aksi-aksi ini justru akan mempersatukan umat Islam dan menguatkan persatuan mereka. Meski umat Islam terdiri dari berbagai mazhab namun mereka mempunyai banyak kesamaan seperti iman kepada Tuhan yang Maha Esa, al-Quran dan Nabi Muhammad Saw. Hal itu dapat kita saksikan saat ini bahwa Muslim Syiah dan Sunni bersama-sama memprotes aksi penistaan terhadap kesucian Islam di berbagai penjuru dunia.

Amerika dan Israel kian hari dibenci oleh masyarakat internasional khususnya umat Islam yang berjumlah satu miliar lebih. Umat Islam juga menuntut PBB dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk menindak pelecehan terhadap Islam. Tak diragukan bahwa para pemikir dan cendekiawan dari agama apapun akan menyesalkan aksi pelecehan tersebut, sebab fitrah manusia yang selalu ingin mengenal Tuhan tidak pernah dapat dicegah atau dipadamkan.

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei mengatakan, Islam telah mengajarkan kepada kita bahwa meski ada perbedaan ras, bahasa dan budaya,namun fitrah manusia memiliki kemiripan yaitu menyerukan kesucian, keadilan, kebaikan, solidaritas dan kerjasama. Jika sifat universal ini dapat melalui dorongan-dorongan yang menyesatkan maka akan selamat dan dapat menggiring manusia kepada Tauhid dan makrifat kepada Tuhan. [ARN] 

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: