Penjagaan itu, dibentuk atas permintaan dari sejumlah ulama Syiah dan orang-orang di Qatif.
“Orang-orang di provinsi Timur Arab Saudi percaya bahwa pemerintah mengabaikan langkah-langkah keamanan di daerah penduduk Syiah, bahkan tidak mengambil langkah-langkah pencegahan atas propaganda ulama Takfiri terhadap Syiah yang marak di media-media wahabi,” kata anggota komite keamanan.

Ini Foto Pemuda yang menjadi martir (Abdul Jalil Al-Arbasyi), bukan pasukan keamanan Saudi 29/05/2015. @ ARN
“Ketidakmampuan pemerintah Saudi dalam mengendalikan teroris Takfiri terlihat dalam serangan teroris Jumat lalu di masjid Imam Husain di Dammam. Dan yang lebih mengherankan lagi Kementerian Dalam Negeri Saudi mencoba untuk memamerkan diri sebagai pahlawan yang menyelamatkan kehidupan masyarakat atas serangan yang terjadi di masjid syiah” kata seorang warga setempat.
Ratusan orang Saudi turun ke jalan-jalan di Provinsi Timur untuk mengutuk serangan teroris di masjid Syiah di Dammam.
Para peserta meneriakkan slogan-slogan kutukan terhadap ISIL, dan menuduh rezim Saudi bersekongkol dengan kelompok Takfiri untuk mendukung serangan teroris di wilayah Syiah.
Setelah serangan teroris kedua di masjid Syiah, Amnesty International mengatakan bahwa pemerintah Saudi harus segera mengambil langkah kongkrit untuk melindungi minoritas Muslim Syiah di negara itu dari kekerasan sektarian dan mengakhiri diskriminasi sistematis.
“Anggota komunitas Muslim Syiah Arab Saudi telah mengalami serangan kejam dalam dua minggu berturut-turut. Tidak ada satupun agama yang membenarkan penyerangan jamaah di tempat ibadah (masjid)” kata Said Boumedouha, Wakil Direktur Amnesty International Timur Tengah dan Afrika Utara.
“Pemerintah Saudi harus transparan dalam penyelidikan kasus ini. Mereka harus mengambil langkah-langkah serius dan efektif untuk mengakhiri diskriminasi dan kebencian terhadap Syiah, karena ini akan memicu peningkatan ketegangan sektarian dan kekerasan terhadap Syiah”. tambah Said Boumedouha. [ARN]
