Berikut ini transkip wawancara beliau dengan Press TV;
Press TV: Apa pendapat anda terhadap serangan bom bunuh diri kedua di mesjid Syiah yang hanya berselang seminggu dengan serangan sebelumnya?
Ahmed: Ini menunjukan bahwa pemerintah Saudi melakukan pembiaran atas kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Dalam hal ini, Saudi telah gagal memberikan perlindungan terhadap warganya. Meskipun penduduk setempat telah menuntut agar diizinkan untuk melindungi diri mereka sendiri, namun pemerintah justru menolak dan mengancam akan menghukum siapa saja yang mencoba melindungi masjid mereka sendiri.
Ini adalah rentetan peristiwa yang terjadi setelah pemboman pertama, di mana Menteri Pertahanan Saudi memperingatkan siapa pun yang mencoba melindungi diri terhadap serangan teroris. Jadi, saya kira ini adalah upaya pemerintah Saudi mengalihkan perhatian dari kegagalannya di Yaman, untuk membenarkan penindasan atas orang-orang dan komunitas tertentu, dan untuk menciptakan perpecahan Sunnah-Syiah atau sektarian.
Press TV: Apa pun tujuannya, bukankah ini berbahaya bagi keluarga kerajaan Saudi, dengan menciptakan ketidakstabilan di dalam negeri? Apa ini tidak akan menjadi bumerang bagi pemerintah?
Ahmed: Saudi ahli dalam manipulasi politik. Mereka takut bahwa mayoritas Sunni akan berbalik melawan mereka, sehingga pemerintah perlu memastikan bahwa mayoritas Sunni tidak menjalin persatuan dengan kelompok-kelompok minoritas (seperti syiah). Oleh karena itu mereka mengangkat isu sektarian sebagaimana yang mereka lakukan di Yaman. Jadi saya pikir mereka melakukan ini untuk menjauhkan sunni dan syiah, serta menggalang dukungan mayoritas Sunni karena situasi di Yaman tidak akan membaik. Jadi, Saudi membutuhkan gangguan dan mereka membutuhkan sesuatu untuk mendukung rezim mereka.
Press TV: Apakah menurut anda Syiah tidak akan tetap diam dan tidak mengambil tindakan apapun untuk melindungi diri mereka, meskipun mereka minoritas?
Ahmed: Well, saya pikir masyarakat Syiah di Saudi telah mengambil tindakan antisipasi dan membentuk komite populer untuk membela diri dari serangan teroris. Dan bom bunuh diri jum’at kemarin akan memakan korban jauh lebih besar jika bukan karena dua pahlawan Abdul Jalil al-Arbash dan Mohammed Isa (atau yang dikenal dengan sebutan Hassan Ali) yang menghadang pelaku bom bunuh diri memasuki masjid. Pengeboman yang seharusnya terjadi di dalam masjid, tetapi untungnya, anak-anak muda yang gagah berani ini menghentikan pembom bunuh diri. Mereka gugur sebagai martir bagi ratusan muslim yang sedang melaksanakan shalat jum’at di dalam masjid.
Jadi saya pikir itu adalah langkah awal mereka dalam membentuk komite populer untuk membela diri dari serangan teroris, yang akan terus terjadi dengan cara-cara seperti ini, karena serangan itu sebenarnya atas sepengetahuan keluarga kerajaan. [ARN]
