Analisa

Insiden Tolikara dan Tangisan Papua

JAKARTA, Arrahmahnews.com – Tragis memang kejadian di Tolikara, berbagai berita bermunculan, berbagai respon dari masyarakat menimbulkan pro dan kontra. Sangat disayangkan, Papua yang dulunya terkenal kehidupan beragama nya sangat toleran, Pemuda Masjid membantu pembangunan Gereja begitu pun sebaliknya Pemuda Gereja membantu kegiatan Masjid. Pak Haji dan Pendeta duduk bersama dalam suasana rukun sembari makan pinang. Ibu-ibu Kristen bantu memasak untuk acara Halal Bihalal, Ibu-ibu muslim membantu dekorasi Lingkungan menyambut Natal.

Ombar Kofiau

Anak-anak Kristen menahan dirinya untuk jajan ketika temannya yang muslim sedang puasa, anak-anak muslim akan bergandengan tangan dengan anak-anak Kristen berjalan dari satu rumah keruma lain untuk mengucapkan selamat Natal, begitupun sebaliknya, anak-anak Kristen akan menggilir rumah temannya yg muslim untuk ucapin Selamat Idul Fitri.

Tetapi damai itu telah hilang, riak gelombang kekerasan dan penindasan terhadap warga Papua telah menyentuh rana AGAMA. Ketika Agama diusik, bermunculan kepermukaan berbagai reaksi negatif. Bakar Gereja, Bakar Mesjid, Bunuh si Kafir, Bunuh si Jihad…bla bla bla bla…

Setelah sekian tahun “perusak” Tanah Papua mencari cela untuk menyentuh rana Agama, baru kali ini tercapai tujuannya untuk merusak kehidupan beragama di Papua.

Kami Papua tidak semua Kristen, ada juga beberapa daerah yang warga Papua Asli nya muslim, Fakfak dan Teluk Bintuni adalah salah satu contoh masyarakat Papua yang beragama Muslim.

Kami hidup berdampingan dari Jaman Nenek Moyang kami, tanpa pernah mau mendiktekan agama kami terhadap orang lain.

Kalian yang bukan Papua, yang tidak pernah datang ke Papua janganlah memprovokasi kami dengan segala macam tulisan dan berita yang semakin memperkeruh suasana.

Kenapa baru sekarang kalian perduli?????

Kenapa baru sekarang kalian melirik????

Kenapa baru sekarang semua mata di Indonesia melihat ke arah Papua???

Kenapa bukan dari kemarin…ketika terjadi pertumpahan darah di Tanah ini???

Kenapa bukan dari kemarin …..ketika ada bencana Tsunami di Biak???

Kenapa bukan dari kemarin …..ketika kami ditipu dalam rekayasa politik yg luar biasa???

Kenapa bukan dari kemarin ….. ketika KALIAN mencuri hasil dari Tanah ini???

Namun siapa yang sesungguhnya perduli?? Ketika melihat PAPUA MENANGIS sekian lamanya….ketika melihat DERITA PAPUA sekian tahun????

TIDAK kawanku…..mereka senang melihat Tanah ini di Ambang Kehancuran, diambang peperangan Agama…..

MARI…..kita orang Papua….menunda lagi kesenangan mereka….menunda hasrat mereka melihat kehancuran…..kita TUNDA dan TIADAKAN lagi kegembiraan mereka untuk melihat kehancuran Tanah ini…..dengan hidup DAMAI…dengan hidup RUKUN….mari kita TUNDA dan TIADAKAN “PESTA PORA KERUSUHAN”…. Salam Damai… (ARN/MM/Ombar Kofiau)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca