SANA’A, Arrahmahnews.com – Penemuan beberapa lembar (sekitar 18 lembar) halaman dari al-Qur’an kuno (kitab suci umat Islam) yang diyakini berasal dari tahun 640 Masehi di perpustakaan Inggris, telah memicu hebohnya pemberitaan.
Dalam tradisi muslim, kitab suci itu diturunkan kepada Nabi Muhammad (SAWW) diantara tahun 610 Masehi hingga wafat beliau di tahun 632 Masehi, semasa dengan saat Heraclius menjabat sebagai kaisar Byzantium, dan Dinasti Tang menguasai China.
Kitab al-Qur’an kuno dalam versi hampir komplit itu berada di tengah-tengah kota Sana’a. Dan Birmingham bukanlah apa-apa dalam hal ini. Tetapi sayangnya, Sana’a setiap hari dibombardir oleh jet tempur Saudi, yang selama ini selalu menargetkan bangunan-bangunan sipil, kamp-kamp pengungsian, serta beberapa bangunan bersejarah di kota Sana’a.
Islam berkembang di sebelah barat Arabia di masa ketika ibukota Kekaisaran Romawi kuno dipindahkan ke sebelah timur Konstantinopel (kini Istanbul) . Ketika itu Kekaisaran Romawi atau Byzantium timur menguasai sebagian besar Timur Tengah (sekarang Turki, Mesir, Palestina , Suriah). Sisanya, Irak dan Iran, dibawah kekuasaan Persia, kekaisaran Sasanian yang menganut Zoroaster.
Islam tumbuh sekitar enam abad setelah awal kristianitas, namun hanya membutuhkan waktu sekitar 300 tahun saja bagi agama ‘baru’ ini untuk secara resmi diakui sebagai salah satu agama yang sah dari Kekaisaran Romawi oleh Kaisar Constantine.
Masjid Agung Sana’a, Yaman, didirikan oleh sahabat Nabi Muhammad (saw.). Di tahun 1965, sebagai hasil dari kerusakan akibat hujan, penyimpanan ruang untuk barang-barang antik akhirnya justru ditemukan di sayap bagian kanan masjid, yang tidak memiliki pintu. Disana penuh dengan lembaran-lembaran al-Qur’an. Muslimin kala itu enggan untuk membuang salinan al-Qur’an yang sudah kuno, dan ruangan itu digunakan sebagai genizah atau penyimpanan untuk buku naskah kuno yang berantakan. Disanalah kisah penemuan ini terjadi.
Yaman kemudian membawa tim Jerman untuk mengumpulkan kembali seluruh salinan dari lembaran-lembaran al-Quran yang berantakan tersebut . Fasilitas ini kemudian menjadi bagian dari Manuskrip perpustakaan Sana’a yang disebut Dar al-Quran, pada tahun 1988. Ada beberapa ratus laci disana, masing-masing mewakili salinan yang berbeda dari kitab suci Muslin tersebut, dengan berbagai dimensi dan naskah serta media penulisan yang berbeda (seperti kulit domba, papirus, dll).
Setiap halaman disesuaikan dengan spesifikasi pada tiap laci. Staff Jerman mengatakan mereka yakin bahwa beberapa salinan dari al-Qur’an ini berasal dari sekitar tahun 600 an Masehi, paruh pertama periode Bani Umayyah (661-750), meski tidak ada bukti khusus mengenai hal itu, kecuali hanya naskah Kufi dan penggunaan daun papyrus yang menunjukkan keantikannya.
Beberapa manuskrip dari Dar-Qur’an yang sudah sangat tua namun tidak menunjukkan banyak perbedaan dengan al-Qur’an modern. Hal ini menunjukkan bahwa pada kenyataannya teks al-Qur’an itu itdak berubah hingga akhir tahun 600 an Masehi.
Apa yang tidak diketahui tim Jerman itu adalah bahwa salah satu salinan al-Quran yang mereka temukan itu adalah sebuah palimpsest. Palimpsest adalah Naskah perkamen yang dituliskan di atas bahan yang pernah ditulisi tulisan lain. Kadang-kadang tulisan lain itu pun masih dapat dibaca. Namun, tulisan itu baru bisa terbaca dengan cara menggunakan fotografi ultraviolet.
Naskah asli dari lembaran-lembaran yang ditemukan itu memang al-Quran, namun tidak dalam urutan yang ditentukan oleh Khalifah Utsman (644-656). Khalifah yang mengeluarkan versi resmi dari Al-Quran dalam naskah dan telah disalin dan menyebar ke seluruh dunia. Naskah yang ditemukan itu disusun mulai dengan surat-surat panjang, dengan surat paling panjang dibagian depan. Cara itu berarti membuat kitab al-Qur’an dalam pandangan kronologis menjadi lebih atau kurang panjang di satu sisi, karena bab awal cenderung lebih pendek dari yang kemudian. Orang-orang Barat yang mencoba membaca Al-Quran harus memulai dari belakang ke depan, dan harus membacanya bersamaan dengan biografi Nabi Muhammad (saw) dalam keterangannya.
Jadi plimpsest Al-Qur’an itu sepertinya lebih tua dari masa ketika Usman mengeluarkan versi resmi dari al-Qur’an di tahun 650 Masehi. Penelitian menggunakan radio karbon, juga pada akhirnya menunjukkak bahwa besar kemungkinan kitab al-Qur’an tersebut berasal dari tahun 640 Masehi. Menjadikannya sebagai al-Quran tertua yang pernah ada dibumi, satu dekade dengan masa meninggalnya Nabi Muhammad (saw.)
Dan meskipun urutan bab ini berbeda dari standar terbaru, teks itu sendiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dari al- Quran masa kini. Hal ini menunjukkan bahwa agama Islam memiliki landasan kuat dalam sejarah.
Penemuan ini telah dianalisis dan diterbitkan oleh Behnam Sadeghi di Stanford dan juga Mohsen Goudarzi. Meski tesis MA Yaman pada akhirnya menemukan 40 halaman lain yang tidak mereka ketahui sebelumnya.
Mari kita sama-sama berharap bahwa perang sia-sia antara Saudi dan Yaman segera berakhir, agar masyarakat sipil berhenti ditempatkan di posisi berbahaya, dan agar kekayaan kebudayaan Yaman yang begitu besar bisa diselamatkan dari kerusakan yang lebih parah.
Sejak Bush pergi ke Irak pada tahun 2003, sejarah Timur Tengah menghilang dalam apa yang disebut Cliocide (pemusnahan simbol-simbol sejarah), bahkan keamanan dan kehidupan orang-orang pun hilang. Masyarakat perlu sejarah dan identitas bagi keberadaannya, dan adalah sebuah kejahatan untuk merampok semua itu. Mereka (Saudi dan Koalisinya) seharusnya menjadi penjaga al-Quran, dan berhenti membombardir dan membunuh orang yang tidak bersalah di Yaman. (ARN/FNA/RM)
