arrahmahnews

Harga Daging “PKS” dan Fahri Hamzah

JAKARTA, Arrahmahnews.com – Ada yang menarik terkait dengan harga daging sapi yang meroket, khususnya politisi PKS yang ramai-ramai turun gunung menyerang pemerintah. Tapi ada juga yang diam seprti si mulut besar Fahri Hamzah, hingga kini tidak berkoar-koar soal harga daging sapi. Kenapa Fahri Hamzah diam padahal daging sapi adalah hajat hidup orang banyak termasuk tukang bakso, sop, soto, sate maranggi dan lain-lain.

Daging-Fustun

Para tukang bakso yang berhenti berjualan selalu ingat daging sapi. Mereka akan selalu ingat akan daging sapi. Alasan pertama setiap hari mengolah daging sapi. Alasan kedua, daging sapi adalah komoditas penting bagi mereka dan pelanggannya. Kenapa Fahri Hamzah tetap diam? Apa karena Fahri Hamzah tidak pernah makan daging sapi?

Tentu bukan itu alasannya, karena Fahri Hamzah pecinta kuliner yang berbahan dasar daging sapi. Nah, yang membuatnya diam ternyata Fahri Hamzah trauma dengan kata “daging” dan “sapi”. Kenapa?

Pertama, ingatan kepada Luthfi Hasan Ishaaq yang membuat harga daging sapi meroket. Entah dari mana alasan ini dan ingatan ini tercipta. Namun itu rata-rata ingatan para tukang bakso saat harga daging sapi naik. Makanya Fahri Hamzah diam. Harga daging sapi meningkat sebesar Rp 140,000 karena permainan importir sejak zaman Luthfi Hasan Ishaaq.
Maka di tengah harga daging sapi yang meningkat, ingatan pubik langsung ingat Luthfi Hasan Ishaaq yang dianggap biang kenaikan harga daging sapi. Padahal Luthfi Hasan Ishaaq sedang menikmati bui bersama para koruuptor lain. Ingatan tukang bakso terhadap LHI unik. Koroptor sapi bernama Luthfi Hasan Ishaaq – yang dikabarkan sering memesan kesenangan dia seperti pustun walau di dalam bui – memang fenomenal. Lebih fenomenal lagi LHI dikaitkan dengan pemesanan pustun dengan Ahmad Fathanah. Maka Fahri Hamzah diam.

Kedua, selain sapi ingatan para tukang bakso terhadap sapi adalah terkait partai agama PKS. Kasus korupsi yang dilakukan oleh LHI diyakini menjadi titik penting kehancuran partai agama PKS. Target partai agama PKS memenangi juara ke-3 di Pilpres hanya menemukan gatot alias gagal total: juara keenam atau ketujuh. Maka Fahri Hamzah diam.

Ketiga, ingatan kepada para pustun dan perempuan LHI dan Ahmad Fathanah. Entah alasan psikologis apa yang membuat para tukang bakso mesem-mesem ingat kasus perempuan fustun bin pustun milik LHI ketika harga daging sapi meningkat. Maka Fahri Hamzah diam.

Keempat, urutan ingatan berikutnya adalah para pelanggan yang kehilangan bakso yang biasa disantap. Namun lagi-lagi ingatan kembali ke LHI yang dianggap sebagai biang keladi kenaikan harga daging sapi. Maka Fahri Hamzah diam.

Kelima, ingatan berikutnya adalah tidak akan pernah memilih partai agama PKS karena permainan harga daging sapi oleh LHI. Maka Fahri Hamzah diam.

Jadi, aneh bin ajaib ingatan para tukang bakso, sop, soto, sate maranggi dan para pelanggan mereka. Yang mereka ingat malahan (1) LHI alias Luthfi Hasan Ishaaq, (2) pustun, (3) pelanggan bakso yang menyalahkan LHI dan partai agama PKS, (4) Ahmad Fathanah dan (5) keengganan para tukang bakso dan masyarakat untuk memilih partai agama PKS.

Itulah sebabnya Fahri Hamzah tak berani mengomentari kenaikan harga daging sapi karena jelas akan menghantam partainya sendiri yakni partai agama PKS.

Dan perlu diingat bahwa Menteri Pertanian Suswono (zamannya pak SBY) yang notabene kader PKS, juga tak bisa menjaga stabilitas harga daging sapi. Bahkan tak hanya cukup itu saja, sapi nya pun ikut dikorupsi. Rehaat sejenak…Nikmati secangkir kopi! [ARN]

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: