arrahmahnews

Kebun Ranjau Warisan Perang Sebabkan Cacat Rakyat Afghanistan

KABUL, Arrahmahnews.com – Kantor berita Rusia, Russian Today melakukan sebuah sesi wawancara dengan seorang fotografer terkemuka asal Belanda yang telah bertahun-tahun mendedikasikan dirinya untuk mengambil dokumentasi gambar-gambar korban perang di Afghanistan. Ia berkali-kali terpaksa mendokumentasikan berbagai peristiwa memilukan. Menurutnya rentetan konflik yang terjadi di   Afghanistan telah menjadikan seluruh penjuru negeri itu sebagai sebuah ladang ranjau yang sangat besar. (Baca Pakistan dan Afghanistan Tandatangani MoU Perangi Gerilyawan Taliban)

Foto Koenoe

Foto-fot Hasil Jepretan Ton Koene, Tentang Sebab Cacat Rakyat Yaman

“Masih ada sekitar 10 juta ranjau darat yang tertanam di Afghanistan. Masyarakat, terutama anak-anak dan para wanita yang berjalan untuk mengumpulkan kayu bakar, atau sedang berjalan kepasar, atau pergi mengambil air dari sumur, sangat rentan terhadap bahaya ranjau darat ini. Kita bisa melihat, masih saja ada begitu banyak korban setelah bertahun-tahun terjadi konflik,” ungkap Ton Koene, sang fotografer kepada RT pada hari Senin (24/8) kemarin.

Koene, seorang fotografer dokumenter dan pembuat film yang telah bekerja selama 16 tahun di Medicins Sans Frontieres (organisasi kemanusiaan MSF), telah membuat serangkaian foto-foto korban yang selamat dari ranjau darat di Afghanistan. Berikut foto-foto yang di Potret oleh Koene :

Selama tiga tahun petualangannya, ia telah mengunjungi lokasi paling terpencil yang telah menjadi tempat ditanamnya ranjau darat terbanyak di dunia. Tidak sepeti kebanyakan wartawan lain, ia tidak dilindungi pengamanan militer, dan hal itu memungkinkannya untuk berbicara kepada rakyat biasa, dan melihat situasi memilukan disana.

“Masalah terbesar bagi Afghanistan adalah keamanan disana yang sangat buruk,” tambah Koene dalam wawancaranya, “Setelah konflik bertahun-tahun, ranjau darat adalah masalah terbesar bagi negara itu, dan masyarakat benar-benar takut untuk keluar dari jalan besar karena  akan dengan mudah menginjak ranjau darat.”

Puluhan orang di seluruh negeri itu telah kehilangan nyawa atau terluka serius karena ranjau darat setiap hari. Perangkat peledak, yang tersembunyi di bawah atau di atas tanah, dapat tetap aktif selama bertahun-tahun. Sekitar satu juta orang Afghanistan (3 persen dari populasi) saat ini tinggal tak sampai  500 meter dari ranjau darat yang tersebar.

Komite Internasional Palang Merah (ICRC) adalah organisasi non pemerintah pertama yang berusaha membantu negara yang lumpuh tersebut. Pusat Medisnya di Kabul menyediakan kaki palsu serta pelayanan rehabilitasi untuk para korban.

Koene percaya bahwa hal terberat bagi rakyat Afghanistan adalah bahwa, “semua orang merasa tidak aman”.

“Rakyat Afghanistan adalah orang-orang yang luar biasa, sangat menyenangkan berurusan dengan mereka.  Sayang sekali kondisi tidak aman harus mereka jalani dalam kehidupan sehari-hari, tidak tahu kapan akan ada serangan, tidak tahu kapan akan ada pertempuran antara ISAF(Pasukan Bantuan Keamanan Internasional, sebuah misi pimpinan NATO di Afghanistan) dan Taliban, ataupun tidak mengetahui apakah akan ada serangan dari para teroris Taliban, belum lagi dengan adanya begitu banyak korupsi,” ungkapnya.

Menurut perkiraan Palang Merah Internasional, ada lebih dari 100.000 orang menjadi cacat seumur hidup, dan lebih dari 800.000 orang menderita gangguan mobilitas dalam dekade terakhir  konflik di Afghanistan.

Meskipun 81 persen ladang ranjau darat di negara itu telah dibersihkan, namun dalam batas waktu yang diberlakukan oleh Program Aksi Ranjau Afghanistan (MAPA) untuk negara itu yang menargetkan “bebas ranjau” pada nanti tahun 2023, sekitar 10 juta ranjau darat masih tertanam di negara itu sebagai warisan perang. (ARN/RM/RT)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: