arrahmahnews

Lawan Begal Politik, KPU Surabaya dikepung Ribuan Massa Rasiyo

SURABAYA, Arrahmahnews.com  Sekitar 3.000 massa yang mengatasnamakan diri Gerakan Rakyat Surabaya Menggugat “kepung” kantor Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya, Jalan Adityawarman nomor 87 Surabaya, Kamis, 3 September 2015. Mereka memadati jalan di depan kantor KPU, sehingga polisi menutup arus lalu lintas oleh kepolisian.

Lawan Begal Politik

Massa pendukung Walikota Risma membawa sapi dalam aksi di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Surabaya, 11 Agustus 2015. Aksi yang dilakukan tepat di hari terakhir perpanjangan pendaftaran Cawali dan cawawali ini meminta KPU Kota Surabaya untuk tidak menunda pelaksanaan Pilkada. FULLY SYAFI @Tempo

Ribuan massa yang rata-rata mengendarai mobil itu membawa belasan spanduk bertuliskan: KPU plin-plan, KPU harus transparan dan tidak menutup-nutupi proses pilkada dan meminta komisioner KPUD Surabaya dicopot. Mereka menuding KPU tebang pilih dalam proses tahapan pilkada Surabaya 2015.

“Buktinya, mereka seakan enggan mensukseskan pilkada, termasuk ketika mencoret pasangan Rasiyo-Dhimam Abror dengan alasan tak masuk akal,” kata Koordinator aksi, Aldi Karmailis, Kamis, 3 September 2015.

Menurut Aldi, beberapa peraturan yang diambil oleh KPU seakan main-main. Awalnya, mereka menerbitkan SE Nomor 443/KPU/VIII/2015 yang sudah dibatalkan SE Nomor 449/KPU/VIII/2015 tentang rekomendasi Bawaslu. Kemudian, KPU mencabut kembali keputusannya dsn melarang Rasiyo-Abror untuk mendaftar di masa perpanjangan pendaftaran pada 6 hingga 8 September.

“Ini kan seakan main-main atau KPU memang ada main dengan mafia politik penjegal pilkada,” kata Aldi

Ribuan massa itu bukan hanya laki-laki, namun ibu-ibu juga hadir mengikuti aksi itu. Bahkan, dalam aksinya, massa aksi juga membawa keranda mayat, sebagai simbol matinya demokrasi di Kota Pahlawan ini. Aksi ini dikawal ketat ratusan polisi dari Polrestabes Surabaya. Selain memasang pagar berduri, polisi juga menyiagakan dua unit Water Canon di lokasi, termasuk tiga unit K-9 atau anjing pelacak.

Koordinator aksi lainnya, Gus Sofyan, mengatakan sebenarnya massa aksi hanya menuntut tiga penjelasan dari KPU. Pertama, KPU diminta menjelaskan pendaftaran Rasiyo-Dhimam Abror yang sudah di akhir-akhir pendaftaran. Kedua, massa aksi menuntut KPU tetap menggelar pilkada Surabaya pada tanggal 9 Desember 2015. Ketiga, massa aksi meminta apabila nantinya pasangan Risma-Whisnu Sakti Buana tidak ada lawannya, maka harus tetap dilantik. “Kami hanya minta penjelasan itu pada KPU,” kata dia.

Akhirnya, perwakilan massa aksi diperkenankan masuk ke dalam kantor KPU untuk bernegosiasi. Di hadapan semua komisioner KPU itu mereka menjelaskan tiga tuntutan itu. Bahkan, mereka meminta kepada ketua KPU Surabaya, Robiyan Arifin untuk menjelaskan tuntutan itu dihadapan massa aksi. Robiyan pun akhirnya menyepakati untuk keluar, sehingga pihak kepolisian menyediakan mobil sound system dan sudah menaiki mobil itu.

Namun, massa aksi masih menganggap kurang puas, mereka tetep meminta untuk menjelaskan di mobil komando. Keinginan itu ditolak oleh pihak kepolisian, dan akhirnya semua personil dalmas menyiapkan diri untuk menghadang massa itu. Hingga saat ini, massa aksi itu kian berdatangan dan tidak menghiraukan teriknya panas matahari. (ARN/Tempo)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: