ISLANDIA, Arrahmahnews.com – Lebih dari 12.000 (dua belas ribu) warga Islandia telah bergabung dalam halaman Facebook untuk mengambil pengungsi Suriah ke rumah mereka, hal ini mendorong pemerintah untuk memikirkan kembali kebijakan ini. (Baca Suriah Desak Turki Hentikan Persekongkolan Dengan Teroris)
Pemerintah sebelumnya telah mengumumkan rencana untuk mengambil 50 pengungsi dari Suriah. Sementara, lebih dari empat juta orang telah melarikan diri dari Suriah sejak perang saudara meletus di sana pada tahun 2011. (Baca Campur Tangan Turki di Suriah)
Perdana Menteri David Sigmund Gunnlaugsson mengatakan dewan khusus ini terdiri dari beberapa menteri dan akan memetakan sumber daya Islandia untuk melihat berapa banyak pengungsi bisa diambil dan mengatakan pemerintah sekarang tidak memastikannya.
Hekla Stefansdottir menulis: “Saya seorang ibu tunggal dengan anak enam tahun…Kita bisa mengambil anak Suriah yang membutuhkan, saya seorang guru dan akan mengajarkan anak Suriah untuk berbicara, membaca dan menulis bahasa Islandia dan menyesuaikan diri dengan masyarakat Islandia. Kami memiliki pakaian, tempat tidur, mainan dan segala kebutuhan anak”.
“Setelah kami berhasil menyingkirkan tentara dari Islandia ada banyak perumahan kosong di pangkalan militer tua. Hal ini jelas bahwa itu tidak bermoral membiarkannya berdiri kosong sementara orang-orang sekarat membutuhkannya” Oli Gneisti Soleyjarson, menulis dalam sebuah komentar di Facebook. (Baca Analis; Bashar Assad Kunci Penyelesaian Krisis Suriah)
Seorang Ibu lain, menawarkan dua kamar tambahan bagi sebuah keluarga Suriah, dan mengatakan “Salah satu kamar agak besar dan yang lainnya lebih kecil…Saya menawarkan dua kamar ini”.
Islandia telah menampung 39 pengungsi dalam lima tahun terakhir, 13 dari mereka dari Suriah. Sejak tahun 1956, jumlah pengungsi total hanya 511 orang.
Halaman Facebook juga menyebutkan insiden pada tahun 1973 ketika daratan Islandia dipenuhi 4.000 orang dari kepulauan kecil Westman setelah letusan gunung berapi Eldfell. ini adalah bukti Islandia bisa berbuat lebih banyak. (ARN/AFP/AlBawaba)
