SWEIDA-SURIAH, Arrahmahnews.com – Kepala komite keamanan Sweida di Suriah mengatakan bahwa seorang teroris Jabhat al-Nusro bernama al-Wafed Abu Turaba telah mengaku bertanggung jawab atas peledakan bom mobil kembar yang mengguncang kota Sweida pada hari Jum’at (4/9) lalu. (Baca Militan ISIS Lakukan Bom Bunuh Diri di Pusat Komando Al-Nusra)
Dalam pernyataannya kepada SANA, ia mengatakan bahwa Abu Turaba yang ditangkap pada hari Minggu (6/9) lalu, telah mengaku berpartisispasi dalam serangan di markas militer polisi kota itu pada hari Jum’at, diikuti dengan aksi vandalisme dan perampokan. (Baca Breaking News: Dua Bom Bunuh diri Ledakkan Masjid Al-Muayyad di Sana’a Yaman)
Ledakan tersebut bertempat di dua lokasi berbeda di kota Sweida dan menewaskan 38 orang serta mengakibatkan puluhan lainnya mengalami luka-luka. Reporter SANA mengutip sebuah sumber di komando Polisi Sweida yang mengatakan dalam sebuah laporan khusus bahwa Abu Turaba yang lahir di tahun 1969, mengaku bahwa ia menghentikan sebuah taksi sehari sebelum ledakan, membunuh pengemudinya, Omar Harb Qarqamaz yang jasadnya kemudian ditemukan di siang hari di hari yang sama, lalu ia memenuhi taksi tersebut dengan bahan peldak, sebelum memarkirkannya di Ein al-Marj di Dahr al-Jabal.
Abu Turaba melanjutkan pengakuannya dengan mengatakan bahwa ia dan kelompok terorisnya meledakkan mobil penuh bahan peledak tersebut di saat Syeikh Wahid al-Balous dari Muslim al-Muwahhidin melintas dalam sebuah konvoi dengan beberapa mobil. Al-Balous dan beberapa orang tewas, sedang lainnya luka-luka.
Teroris itu juga menambahkan bahwa dua jam kemudian, kelompoknya juga meledakkan bom mobil lain yang diletakkan di halaman Rumah Sakit Nasional di mana keluarga korban dari ledakan pertama berkumpul, membunuh dan melukai puluhan orang.
Sejumlah syekh dari sekte Muslim al-Muwahhidin ada disana untuk mendengarkan teroris tersebut membuat pengakuannya.
Kemudian dalam pengakuan yang ditayangkan oleh TV Suriah itu, Abu Turaba mengatakan bahwa seorang kolonel yang membelot bernama Marwan al-Hamad, pria yang menyatakan dirinya adalah pemimpin dewan militer Sweida, memanggilnya 2 bulan yang lalu dan mengatakan bahwa Sheikh al-Balous tidak mau mengikuti petunjuk dan harus segera ditangani.
Al-Hammad memerintahkan Abu Turaba untuk membunuh al-Balous dan memberinya nomor telepon seorang teroris lain yang merupakan anggota sebuah kelompok yang memproduksi IED. Abu Turaba mengatakan bahwa mereka ingin menangkap al-Balous dengan tujuan untuk membunuhnya, namun daerah yang ia ia lewati dalam perjalanannya riskan dan menculiknya tanpa meninggalkan jejak akan menjadi sangat sulit.
Abu Turaba berkata bahwa ia diberi tahu bahwa al-Balous sedang menuju desa Sali sepuluh hari dari waktu itu, dimana kemudian ia mempersiapakna IEDnya. Ia menjelaskan mereka berencana membuat sebuah ledakan hebat saat konvoi al-Balous. Dua ledakan memang direncakan sebelumnya. Satu di jalanan desa Sali, dan yang lainnya diletakkan dekat dengan Rumah Sakit Nasional, tujuannya adalah untuk membunuh saudara-saudara dan teman-teman al-Balous karena mereka pasti akan berbondong-bondong ke Rumah Sakit saat mereka tahu para korban dilarikan ke sana.
Syekh Akel (julukan untuk tokoh senior dalam al-Muwahhidin Muslims), Hikmat al-Hajri mengatakan pada SANA dalam sebuah pernyataannya bahwa pengakuan Abu Turaba mengungkapkan “mental kolot” yang bertujuan untuk menimbulkan fitnah perpecahan antara penduduk lokal dan institusi pemerintah.
Syekh Akel meminta masyarakat Sweida untuk lebih berhati-hati terhadap segala jenis siasat untuk menimbulkan kekacauan dan menabur keresahan di provinsi ini dan tidak membuat kesimpulan yang terburu buru sehingga bisa merusak persatuan Suriah.
Pemimpin spiritual Muslim al-Muwahhidin negara itu mengecam pemboman teroris itu dalam sebuah pernyataannya di hari Sabtu (5/9) dan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukannya bertujuan untuk mengganggu “persatuan nasional kita dan memicu hasutan.”
Menurut pernyataan itu, ledakan itu dilakukan oleh sebuah “geng teror” yang ” tidak suka dengan persatuan yang mengikat penduduk setempat dan para anggota tentara di provinsi Sweida.” (ARN/RM/SANA)
