Salafynews.com, CARACAS – Presiden Venezuela, Nicholas Maduro menyalahkan Amerika Serikat atas krisis pengungsi yang terburuk setelah Perang Duni II. Ia mengatakan bahwa krisis ini terjadi karena provokasi Amerika di Timur-Tengah. (Baca Analis; Amerika Memiliki Kebijakan Politik Skizofrenia)
“Kini Eropa yang harus berhadapan dengan bencana yang diakibatkan oleh Amerika Serikat, karena kini Eropalah yang menghadapi ribuan imigran dan mereka tidak tahu bagaimana caranya menghadapi semua situasi ini,” ungkap Nicholas Maduro. (Baca AS, Bani Saud dan Bani Isra’il, Tiga Poros Kejahatan)
Pernyataan ini diungkap Maduro dalam wawancara ekslusif dirinya dengan RT pada hari Minggu (6/9) kemarin saat ia tengah mengunjungi China dalam perayaan peringatan 70 tahun selesainya Perang Dunia II.
Pemimpin Amerika itu juga mengatakan banyak kesengsaraan di seluruh dunia, mulai dari krisis pengungsi di Eropa hingga konflik berdarah di Timur Tengah, termasuk kampanye teror ISIS , adalah hasil dari kebijakan politik AS yang tak berkesudahan di Timur Tengah.
Maduro mengacu Irak sebagai contoh dan mengatakan, “Dengan cara menipu, mereka (Amerika) menginvasi negara yang merupakan tempat lahirnya peradaban itu dan meratakannya dengan tanah. Dan kini, negara itu telah terpecah belah dan menjadi sasaran dari serangan-serangan teror dan berbagai kekejaman.”
“Amerika telah menyebabkan bencana yang sangat nyata, kekacauan dan kini juga ingin menciptakan kekacauan di berbagai wilayah lain di kawasan,” tambah presiden Venezuela tersebut. Ia juga menyalahkan AS atas campur tangan berulang-ulang yang dilakukannya di negara yang dipimpinnya.
“Siapa yang mengebom Libya? Siapa yang menewaskan lebih dari 100.000 warga Libya? Siapa yang kini mengebom Suriah? Yang mendanai para teroris itu dan kini berusahan untuk menghancurkannya?” ungkap Maduro.
Dalam wawancara tersebut, Presiden Amerika Latin itu juga mengatakan bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin dan dirinya telah bertemu di China pada hari Kamis dan kini sedang merancang sejumlah rencana yang bertujuan untuk menstabilkan pasar minyak global. Ia tidak merinci sifat rencana tersebut, namun mengatakan bahwa mereka akan mengumumkannya ke publik nanti.
Ia juga memprediksikan bahwa harga minyak bisa berpotensi berada di harga 70 dollar perbarel, dan dalam waktu yang akan datang, harga minyak akan berkisar diantara 70-80 dolar perbarel.(ARN/RM/IIT)
