JAKARTA, Arrahmahnews.com – Di tengah krisis pengungsi yang saat ini melanda Eropa, negara-negara Teluk berada di bawah tekanan kritik masyarakat dunia karena dianggap tidak melakukan hal yang lebih untuk membantu para imigran. (Baca Tuhan Tampakkan Wajah Munafik Negara Arab Wahabi atas Tragedi Pengungsi Muslim Suriah)
Para imigran yang kebanyakan berasal dari Suriah dan Irak, rela menempuh perjalanan panjang dan berbahaya melalui laut Mediterania untuk menjejaki Eropa, dibanding melarikan diri ke negara tetangganya di kawasan Teluk, yang notabene secara geografis lebih dekat, dan juga memiliki kemampuan ekonomi yang besar.
“Negara-negara lain melakukan hal lebih banyak,” cuit Nadim Houry, wakil direktur Human Rights Watch untuk Timur Tengah dan Afrika Utara. Ia menyebut negara-negara kaya Arab itu “memalukan.”
Di media sosial, kritik dari netizen bagi negara kaya raya di Timur Tengah muncul misalnya dengan tagar #Menerima_Pengungsi_Suriah_adalah_Tugas_Negara_Teluk dalam bahasa Arab juga telah dicuit ulang puluhan ribu kali.
Beberapa hari ini kita melihat begitu baiknya Uni Eropa menampung ratusan ribu pengungsi Suriah di negaranya.
Angelina Merkel Kanselir Jerman, bahkan siap menampung 80 ribu pengungsi Suriah. Di Vatikan, Paus memerintahkan seluruh paroki di Uni Eropa untuk menampung minimal satu keluarga. Niat baik, harus di apresiasi dengan baik. Karena kemanusiaan adalah segalanya.
Tapi percayakah anda bahwa apa yang dilakukan Uni Eropa sebentar lagi adalah senjata makan tuan bagi mereka ?
Uni Eropa tidak bisa menghapus tangan berdarahnya di Suriah. Mereka bersama AS, baik melalui NATO atau dengan tangannya sendiri, adalah penyebab terjadinya konflik Suriah pada awal perang di tahun 2011. Mereka berada di balik terbentuknya kelompok Arab Spring atau musim semi Arab bersama beberapa negara arab lainnya seperti Saudi, Qatar dan Jordania. Dari kelompok Arab Spring ini, lahirlah ide untuk menggulingkan pemerintahan sah Suriah, yaitu Bashar Assad. Mereka membentuk dan mendanai pasukan Free Syrian Army atau FSA yang be-afiliasi dengan Al-Qaeda. Pasukan ini dilatih di Spanyol dan Turki, dan dikirimkan dalam bentuk gelombang besar.
Media-media lokal dan internasional mereka, melakukan brain-washing terhadap masyarakat dunia bahwa Bashar Assad adalah pemimpin yang kejam dan otoriter dan harus di gulingkan. Berita-berita di plintir dan dengan menunggangi PBB dan atas nama HAM, mereka mengutuk apa yang mereka sebut pembantaian ala Assad tanpa pernah menyebut bahwa itu adalah pembelaan diri atas serangan pemberontak asing yang datang dari berbagai negara itu.
Mereka berhasil di Libya dan berencana meluaskan medannya di Suriah. Mereka menutup mata dunia bahwa sejak zaman Hafez Al Assad, ayah Presiden Bashar, Suriah adalah penampung terbesar pengungsi Palestina dan negara yang tidak mempunyai pangkalan militer AS & NATO. Mereka juga menutup mata dunia, bahwa Bashar Assad berhasil mengadakan Pemilu untuk menunjukkan kepada dunia bahwa 80 persen rakyat Suriah mendukungnya.
Kemampuan Assad membela negaranya, dengan dukungan Rusia dan Iran, membuat mereka frustasi karena tidak pernah berhasil menguasai Suriah. Lalu mereka menyingkirkan FSA dengan membentuk Islamic State of Syam and Iraq atau ISIS. Organisasi buas yang mereka bentuk di penjara Abu Ghraib Irak melalui mantan tentara militan Saddam Hussein, yang kemudian di latih di Turki. ISIS iniah yang membuat gelombang besar pengungsian Suriah ke Eropa dan Amerika, karena kekejaman mereka melebihi FSA. (Baca Menlu Rusia: Klaim Barat Tak Bisa Gugurkan Pemerintahan Sah Bashar Assad)
Menariknya, apa yang mereka ciptakan juga merupakan monster yang mereka takuti sendiri. Banyaknya warga negara di Uni Eropa yang bergabung dengan ISIS mengkhawatirkan mereka bahwa ketika pulang, warganya yang sudah terdoktrin radikal ini akan menimbulkan masalah di negaranya sendiri. Untuk itulah mereka kemudian menggempur ISIS, meski hanya sekedarnya saja, karena mereka berharap ISIS berhasil menggulingkan Bashar Assad, baru mereka menggempur sekuat tenaga untuk menguasai Suriah. (Baca Politisi Perancis; Jika Assad Jatuh, Barat Takkan Mampu Kalahkan ISIS)
Diterimanya gelombang pengungsi Suriah di negara mereka, sebenarnya adalah sebuah kunci untuk men-justifikasi kekejaman Bashar Assad dengan maksud PBB ikut campur membantu NATO menggempur Suriah. (Baca Putin : Pengungsi Suriah Lari Karena Kekejaman ISIS Bukan Bashar Assad)
Bisa dibilang, gelombang pengungsi Suriah ini adalah senjata makan tuan bagi mereka. Pada dasarnya, di setiap negara selalu ada kelompok ekstrim yang rasis. Seperti di Jerman ada kelompok radikal yang bernama Nazi Alliance, yaitu kelompok yang fanatik dengan Adolf Hitler dan propaganda Arya-nya. Mereka menentang keras datangnya imigran Suriah dan akan melakukan apa saja untuk mengusir mereka. Jerman dan negara eropa lain menghadapi kemungkinan bentrok yang meluas di dalam negeri ke depan-nya. Belum lagi penyusupan anggota-anggota ISIS yang masuk ke Eropa bersama para pengungsi, dengan radikalisme berfikir mereka yang ingin juga menguasai Eropa dan AS sebagai bagian dari negara khilafah.
Rakyat di negara-negara Eropa yang baik hatinya dengan menerima pengungsi Suriah, tidak sadar bahwa akibat yang dilakukan oleh pemerintahnya, akan menimpa mereka, sama seperti yang diterima warga Suriah yang tidak berdosa. Inilah Sang Karma. (ARN/DS/MM)
