arrahmahnews

Kronologi Tenggelamnya Dua Bocah Lucu Suriah ‘Aylan dan Galip’

VANCOUVER, Arrahmahnews.com – Dalam sebuah wawancara yang dilansir mail online pada 3 September kemarin, Tima Kurdi, bibi dari dua bocah pengungsi asal Suriah yang terdampar di pantai Turki mengungkapkan bahwa sebenarnya, Ibu dari Aylan dan Galip yang juga turut tewas tenggelam, tidak ingin menyeberang dengan menggunakan perahu karena ia tidak bisa berenang. (Baca “Malaikat” Kecil Suriah, Sentil Para Pemimpin Arab)

Wawancara Bibi Aylan dan Galip

Tima Kurdi, saudari Abdullah Kurdi, ayah dari Aylan dan Galip,  melakukan wawancara pers di rumahnya di Vancouver dimana ia bekerja sebagai penata rambut. Sebelum ini, Tima sangat berharap bisa berkumpul kembali dengan keluarganya itu dan dialah yang telah mendorong mereka untuk tinggal bersamanya. (Baca)

Tima meminta saudaranya Abdullah, istrinya Rehan dan dua anaknya, Aylan 3 tahun dan Galip 5 tahun untuk melakukan perjalan dengan menggunakan perahu yang berbahaya setelah permintaan visa mereka untuk pergi ke Kanada ditolak.

Berbicara dalam konferensi persnya, Tima mengatakan, “Istrinya sudah mengatakan kepadaku lewat telepon minggu lalu, katanya dia sangat takut air,”

“Aku tidak tahu cara berenang, jika sesuatu terjadi….aku tak ingin pergi.” Tima menirukan ucapan Rehan, “Aku kira mereka kemudian tetap memutuskan untuk pergi bersama,” tambahnya.

“Kedua anak itu….mereka tidak melihat kehidupan yang baik sama sekali,” ucap Tima sambil  menangis terisak.

Aylan dan Galib

Tima kini memohon dengan sangat agar saudaranya tidak lagi kembali ke Kobane Suriah, dimana saudaranya itu ingin menguburkan istri dan kedua anaknya.

“Aku sangat, sangat takut. Aku  sangat khawatir dengannya, sudah kukatakan agar jangan kembali ke Kobane,” ungkap Tima yang masih berpakaian hitam.

Tima menyesali keputusan saudaranya Abdullah yang menolak untuk tetap tinggal saja di Turki, dan memilih kembali ke Suriah untuk menguburkan jasad istri dan kedua putranya.

2BE7BD2500000578-3219553-image-m-9_1441199108070 2BF394F200000578-0-image-a-2_1441317095810 Aylan“Ia menolak. Aku sangat khawatir dengan keselamatannya kini, terutama setelah semua yang terjadi dan seluruh dunia melihatnya.”

Tima Kurdi, yang juga dikenal dengan nama Fatima itu mengusap air mata dari pipinya, dengan masih terisak ia menceritakan bahwa saudara laki-lakinya Abdullah, kemarin  sempat mencurahkan isi hatinya.

“Katanya,” tutur Tima, “Turki bukan negara kita. Mereka lahir di Kobane dan kesanalah aku ingin pergi. Ia mengatakan bahwa kini ia hanya ingin tinggal disamping kuburan mereka.” Tima menjelaskan.

“Abdullah bahkan masih sangat terguncang mengingat istri dan kedua anaknya“aku ingin membawa pisang (makanan kesukaannya) untuk Galip. Sekarang, untuk siapa lagi aku membeli pisang? Bagaimanapun aku akan tetap berusaha membelinya, entah untuk siapa,”

Sebelum ini, Abdullah mengatakan kepada CNN, bahwa ia tidak ingin apa-apa lagi di dunia ini.

 “Aku hanya ingin menguburkan anak-anakku dan duduk disamping mereka hingga aku meninggal.”ucap Abdullah kala itu.

Bibi Aylan dan Galip itu mengatakan bahwa keluarganya merasa lega ketika gambar jasad putra adiknya  yang tengah diangkat oleh seorang petugas polisi di lepas pantai Turki berhasil membuat lebih banyak lagi masyarakat dunia untuk perduli terhadap para pengungsi.

“Saya sedih mengapa harus ada tragedi seperti ini dulu supaya orang-orang bisa menyadari apa yang telah terjadi,” ungkapnya, “Abdullah mengatakan, tidak apa-apa jika kematian istri dan anak-anakku bisa membangunkan dunia. Telah tertulis seperti itu, memang itulah yang harus terjadi.”

Terguncang oleh emosi saat berbicara, dikelilingi dengan keluarganya, termasuk anaknya, Alan dan putrinya Hawer, Tima juga menjelaskan bagaimana ia memberi uang kepada Abdullah dan keluarganya agar mereka mau menyeberang.

“Aku mengatakan kepada Abdullah, maaf, tidak seharusnya aku memberimu uang itu. namun ia berkata, Jangan salahkan dirimu, kau melakukannya karena kamu mengatakan kepada kami bahwa tidak mungkin Kanada akan memperbolehkan kami masuk secara legal, hal ini akan sulit.”

Sebelumnya memang otoritas imigrasi Kanada menolak visa Abdullah Kurdi, karena ketidak lengkapan exit visa untuk memudahkan perjalanan mereka dari Turki.

“Pemerintah juga keberatan terhadap status mereka yang tidak diakui secara internasioal sebagai pengungsi,” ungkap Tima pada Ottawa Citizen.

Chris Alexander, menteri imigrasi Kanada, kemarin menunda kampanye pemilihan ulangnya untuk melakukan perjalanan ke Ottawa dan mempertanyakan mengapa pemerintah Kanada menolak permintaan itu.

Masih menceritakan seputar percakapannya dengan Abdullah, Tima mengatakan,”Abdullah berkata air laut terlihat sangat tenang, sangat bening dan itulah mengapa ia merasa bahwa aman untuk menyeberang. Dan Aylan, waktu itu sangat gembira, sangat bersemangat dengan perjalanan mereka. Abdullah bahkan mengatakan kepadanya, Kita akan bersengan-senang. Aylan bertanya,Kemana kita akan pergi?”dan ia mengatakan kepadanya, ke Eropa.” Lagi-lagi Tima bertutur sambil menangis.

Abdullah Kurdi, ayah dari istri dan dua anak yang tewas tenggelam

“Abdullah mengatakan bahwa 20 menit kemudian tiba-tiba ombak besar datang. Abdullah sedikit marah kepada orang-orang yang akan menyelundupkannya, namun mereka berkata, Jangan khawatir, kami sudah cukup sering melakukan hal ini, ini masih aman.”

“Ketika ombak yang lebih besar datang dan membalikkan perahu, Abdullah segera berusaha menangkap dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk mengangkat anak-anaknya agar tetap diatas air, Abdullah berteriak-teriak,”Bernapas terengah-engah! Aku tak ingin kalian mati!”

Hampir tak kuat meneruskan kata-katanya, saudari Abdullah itu berkata,”Galip berada di lengan kirinya, ia melihat Galip tewas di tangannya, dan ia berkata kepadaku, Aku harus melepasnya,”

“Kemudian ia melihat ke tangan kanannya, Aylan. Ia melihat darah keluar dari matanya, lalu ia menutup mata bocah kecil itu dan berkata, Beristirahatlah dengan damai, anakku,”

“Ia melihat istrinya terapung-apung di air tapi ia sudah tak lagi bisa mengenalinya.”

Kemudian Tima menuturkan, bahwa saudaranya itu  mengatakan, “Kini seluruh dunia  melihat ceritaku, dimana seluruh dunia ini sebelumnya? Disaat anak-anakku kelaparan? Disaat aku tak memiliki pekerjaan?”

Sebanyak 12 orang tenggelam ketika dua kapal tenggelam di laut yang kemudian membuat tubuh Rehan dan Galip terdampar di Bodrum semenanjung Turki pada hari Rabu.

Kantor berita Turki, Anadolu mengatakan bahwa 8 dari 12 oarang tersebut adalah anak-anak. Kantor berita itu juga menyatakan bahwa empat tersangka penyelundupan orang telah ditahan pada hari Kamis karena dicurigai bertindak sebagai perantara dalam perdagangan ilegal.

Demo di Turki

Tragedi bocah Suriah berusia tiga tahun yang tewas tenggelam saat akan mengungsi bersama sejumlah warga Suriah ke wilayah Eropa menyayat hati masyarakat dunia. Foto bocah bernama Aylan Kurdi yang tergeletak tak bernyawa di lepas pantai Turki jadi perdebatan sengit negara-negara Eropa.

Para pemimpin Eropa, termasuk Perdana Menteri Inggris, David Cameron, telah menuai kecaman karena terlalu pelit untuk menerima para pengungsi Suriah. Padahal, mereka melarikan diri dari negaranya untuk mengindari perang yang tak kunjung usai.

Sebanyak 28 negara Uni Eropa kemarin terlibat ketegangan dalam sebuah diskusi setelah tragedi Aylan Kurdi menjadi pemberitaan media-media dunia. (ARN/RM/MailOnline)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca