CHECHNYA, Arrahmahnews.com – Pemimpin Chechnya di Kaukasia Utara Rusia, Ramzan Kadyrov, mengatakan bahwa ia siap untuk mengirimkan pasukan Chechnya guna memerangi ISIS di Suriah, jika telah mendapat izin dari presiden Rusia dan Komandan utama operasi ini, Vladimir Putin. (Baca Juga: Menlu Rusia: Klaim Barat Tak Bisa Gugurkan Pemerintahan Sah Bashar Assad)
Pemimpin Republik Checnya itu telah meminta restu kepada Presiden Rusia, Vladimir Putin agar memperbolehkannya mengirimkan pasukan untuk memerangi ISIS di Suriah, dan menambahkan bahwa para prajuritnya telah bersumpah untuk memerangi teroris hingga titik darah penghabisan.
“Ini bukan omong kosong, saya meminta izin untuk pergi kesana dan berpartisispasi dalam operasi khusus,” ungkap Kadyrov dalam wawancaranya dengan radio RSN, sebagaimana dilansir Russian Today, Jum’at (2/9). “Sebagai seorang muslim, seorang warga Chechnya dan seorang patriot Rusia, saya ingin mengatakan bahwa saat republik kami diserbu oleh setan-setan semacam ini, kami telah bersumpah diatas al-Qur’an bahwa kami akan memerangi mereka dimanapun mereka berada,” ungkap pemimpin Checnya itu.
“Tapi kami perlu keputusan dari sang komandan untuk melaksanakan hal itu,” tegasnya. Menurut Undang-Undang Rusia, Presiden adalah Sang Komandan Pasukan Militer.
Kadyrov juga menggaris bawahi bahwa unit pasukan khusus Chechnya berada dalam kesiapan tempur tingkat tertinggi dan berjanji bahwa “segera setelah para teroris di Suriah tahu bahwa kami sedang menuju kesana, mereka akan segera kabur.” Kadyrov juga menambahkan bahwa pada kenyataannya, para teroris itu hanya memiliki sedikit pengalaman dalam perang yang sesungguhnya. (Baca juga: Teroris ISIS Palsukan Hadis-Hadis Nabi Muhammad Saw)
“Kami tahu mereka karena kami telah menghancurkan mereka disini, kami telah memerangi mereka, dan mereka juga tahu kami,” jelas pemimpin Chechnya itu.
Pada saat yang sama Kadyrov mengakui bahwa perang melawan ancaman ISIS tidak harus terbatas pada metode kekuasaan, tetapi juga harus mencakup pendidikan. Generasi muda harus diajarkan bahwa kelompok-kelompok ekstremis itu telah menggunakan interpretasi yang salah dari al-Quran dan As-Sunnah. (ARN/RM/RT)
