arrahmahnews

Diplomasi Dungu Saudi dan Amerika di Suriah

JAKARTA, Arrahmahnews.com – Suriah membara, Rusia Mengamuk, itulah kondisi Suriah saat ini. Gempuran Rusia terhadap pemberontak Suriah membuat Amerika malu, membuat Saudi cemas dan takut. Perjuangan Amerika dan Saudi yang telah mengeluarkan miliaran dollar untuk menggulingkan Bashar Assad seolah tidak berdampak apa-apa lagi setelah kehadiran angkatan udara Rusia di belakang Assad. (Baca juga: Serangan Rusia ke Pos ISIS di Suriah Hancurkan Harga Diri Amerika dan Obama)

Rusia Hancurkan Harga Diri AS dan Saudi di Suriah

Amerika bahkan merespon tindakan Rusia dengan mengirimkan 50 ton kargo perlengkapan militer untuk memperkuat posisi pemberontak. Sebuah tindakan lucu bahkan konyol dan bodoh dipertontonkan Amerika. Kebijakan Amerika terkesan janggal, sebab pekan lalu Pentagon memutuskan untuk berhenti melatih pemberontak Suriah. Alasannya, para pemberontak Suriah menolak melawan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dan hanya fokus melawan tentara rezim Suriah. (Baca juga: Senjata Pasokan Amerika Kepada “Oposisi Moderat” Jatuh ke Tangan ISIS)

Di sisi lain Front al-Nusra yang dianggap sebagai kelompok pemberontak moderat yang mendapat dukungan penuh dari Amerika dan Saudi menyerukan genosida/pembersihan terhadap etnis alawi yang berkedudukan di Lattakia. Genosida jelas merupakan tindakan yang menyalahi norma hukum dan agama manapun di dunia.

Amerika yang selama ini menyuarakan HAM dan menempatkan dirinya sebagai polisi dunia tentu akan sangat malu mendukung kelompok teroris yang melakukan pelanggaran terhadap HAM.

Saudi sebagai salah satu pemain penting dalam konflik Suriah, juga mempertontonkan sikap yang tidak jelas dan terkesan kolot. Saudi memprotes keras keterlibatan Rusia yang mendukung Assad, sementara disisi lain mereka beranggapan bahwa tindakan mereka melatih dan mendanai ISIS adalah tindakan legal. Perlu diingat Assad adalah pemimpin legal Suriah yang meminta bantuan secara resmi pada Rusia (dan sesuai dengan hukum internasional), baik tindakan Suriah maupun Rusia dilakukan secara terang-terangan. Berbeda halnya dengan Saudi yang secara sembunyi-sembunyi mendukung kelompok teroris untuk mengacaukan sebuah negara. Posisi Saudi lebih mirip dengan tindakan Iran yang mengirimkan milisi dan bantuan militer lain secara diam-diam pada Suriah. Terkesan bodoh dan lucu ketika kemudian Saudi merengek-rengek memprotes tindakan Rusia. (Baca juga: Ramzan Kadyrov; Tak Ada yang Perduli Rengekan Barat Soal Rusia Serang ISIS di Suriah)

Selanjutnya terlihat jelas perbedaan motivasi dari Amerika dan Saudi dalam konflik Suriah. Amerika menghendaki konflik Suriah berlangsung dalam waktu yang panjang. Amerika tidak menginginkan salah satu pihak keluar sebagai pemenang. Hal ini untuk melemahkan Suriah yang merupakan salah satu kekuatan Islam. Setelah keruntuhan Uni Sovyet, Amerika tidak memiliki musuh yang berarti. Satu-satunya musuh potensial yang mereka hadapi adalah kaum muslim. Untuk itu penting bagi Amerika untuk menjaga konflik Suriah agar terus berlanjut tanpa pemenang.

Arab Saudi memiliki kepentingan untuk menumbangkan Bashar al Assad lebih pada kepentingan politik, Assad lebih dekat pada Iran yang merupakan saingan Saudi sebagai kekuatan dominan di kawasan. Menjatuhkan Assad dan menggantinya dengan rezim yang pro Saudi selain akan memperluas pengaruh Saudi juga akan mengisolasi Iran.

Pada konflik Suriah agama adalah komoditas paling laku untuk diperjualbelikan. Sebenarnya jika mayoritas muslim di dunia memahami dengan baik esensi dari ajaran Islam maka mustahil mereka melibatkan diri dalam kelompok tidak jelas seperti Sunni dan Syiah. Namun disini kita tidak akan membahas kedua kelompok tersebut, sebab hanya akan menghasilkan perdebatan panjang yang menguras terlalu banyak energi dan tidak menghasilkan pemenang. Sifat dasar agama samawi adalah sumber kajiannya yang bersifat teologis-normatif, yang terlalu kaku untuk dinalar dengan akal. Ia adalah dogma yang terlalu murni dan suci untuk dirusak oleh nalar, sehingga ketika seseorang telah yakin maka ia hanya akan pindah keyakinan karena kesadaran sendiri atau pilihan kedua mati. Masalahnya adalah sifat saling klaim dan saling paksa, hingga kemudian banyak darah yang tumpah, khususnya di Timur Tengah.

Sebagai penutup mari kita ingat kembali dan renungkan sabda nabi “Akan datang suatu masa dimana seorang muslim lebih baik memukulkan pedangnya pada batu daripada ia gunakan untuk berperang” (al-Hadits). Makna sederhanya adalah akan datang suatu masa dimana dua kelompok akan saling berperang dan hal terbaik yang dapat dilakukan oleh seorang muslim adalah diam/tidak melibatkan diri, dalam perang tersebut. (ARN/MM/Kompasiana)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca