NEWS YORK, Arrahmahnews.com – Wakil Sekjen PBB menyalahkan rezim Israel atas eskalasi kekerasan di wilayah Palestina yang diduduki.
Wakil Sekjen PBB Jan Eliasson mengatakan pada hari Kamis (22/10) bahwa krisis di wilayah-wilayah pendudukan, termasuk Timur al-Quds (Yerusalem), adalah hasil dari eskalasi kekerasan yang dilakukan oleh Israel “pendudukan selama hampir setengah abad sangat menyesakkan dan memalukan.”
Eliasson membuat pernyataan tersebut saat memberikan laporan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi di Timur Tengah dalam pertemuan yang dipimpin oleh Jose Manuel Garcia-Margallo, menteri luar negeri dari Spanyol.
“Konflik Israel-Palestina sekali lagi telah memasuki tahap berbahaya. Letusan kekerasan mencengkeram Tepi Barat yang diduduki, termasuk Timur al-Quds, serta Israel dan Gaza tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Dari 1 sampai 21 Oktober, 47 warga Palestina dan tujuh orang Israel tewas. Lebih dari 5.000 warga Palestina dan 70 warga Israel terluka, “katanya.
Dalam pertemuan tersebut, pejabat itu juga menyebutkan konstruksi pemukiman Israel sebagai salah satu penyebab dari tumbuhnya kekerasan di wilayah-wilayah pendudukan.
“Krisis ini tidak akan meletus … jika rakyat Palestina memiliki perspektif harapan terhadap negara Palestina yang layak,” katanya.
“Mereka melihat sebaliknya, pertumbuhan pemukiman ilegal di Tepi Barat yang diduduki, termasuk Timur al-Quds semakin mengkhawatirkan, … dan risiko keamanan bagi penduduk Palestina,” tegas pejabat PBB, dan menambahkan, “faktanya mereka melihat masyarakat pemukim Yahudi dengan infrastruktur yang lebih baik, layanan yang lebih baik dan keamanan yang lebih baik daripada di daerah penduduk Palestina. “
Dia juga memperingatkan Israel terhadap setiap langkah yang akan mengubah status quo kompleks Masjid al-Aqsa, dan mengecam “kekerasan yang dilakukan oleh pasukan keamanan Israel,” dan menyerukan pemerintah Israel “untuk memastikan suatu penyelidikan dengan cepat dan independen dalam insiden di mana penggunaan kekuatan telah mengakibatkan kematian atau cedera, dan untuk memastikan akuntabilitas ada bukti kesalahan. “
Gelombang segar dari ketegangan dipicu oleh pemaksaan rezim Israel dalam membatasi masuknya para jamaah Palestina ke dalam Masjid Al-Aqsa pada bulan Agustus.
Rakyat Palestina juga marah atas meningkatnya kekerasan oleh pemukim Israel yang sering menyerbu masjid, situs paling suci ketiga dalam Islam setelah Masjid al-Haram di Mekkah dan Masjid al-Nabawi di Madinah. Mereka mengatakan rezim Tel Aviv berusaha untuk mengubah status quo Masjid al-Aqsha. [ARN/Ptv]
