arrahmahnews

Mufti Al-Azhar; Wahabi, ISIS dan terorisme Hasil konspirasi Kerjaan Saudi

RIYADH, Arrahmahnews.com – Seorang ilmuwan, politikus dan pakar masalah Arab Saudi, mengatakan ideologi radikal wahabi merupakan faktor yang mendorong berlanjutnya terorisme dan krisis keamanan di negara itu.

Fouad Ibrahim dalam akun twitter-nya pada Selasa, mengatakan “Selama politik dan ideologi “pemerintah Saudi” sama dengan ISIS, maka wahabisme akan terus meneror dan membantai kelompok-kelompok yang berbeda dengan mereka, termasuk Ahlisunnah”.

Dia juga menegaskan bahwa pemerintah Saudi dalam banyak kasus untuk cuci tangan dari berbagai tuduhan, selalu menuding “Iran” dibalik semua itu.

Pada kasus tragedi Mina, mereka menuding “Iran” sebagai biang kerok terjadinya peristiwa itu yang menyebabkan 2000 lebih korban jiwa, tanpa melakukan penyelidikan, tanpa melihat hasil rekaman CCTV, tanpa menyelidiki penyebab penutupan jalan dan pengalihan pada jalur 104 hingga terjadi desakkan dan benturan.

Pada kasus terorisme di Suriah dan Irak, Menlu Arab Saudi berkali-kali menuding “Iran” sebagai negara yang mensponsori terorisme. Padahal kita semua tahu siapa dibalik teroris? Siapa yang membiayai mereka? Siapa yang melatih dan mempersenjatai mereka di Suriah dan Irak?

Fouad Ibrahim juga mengingatkan negara-negara muslim lainnya, bahwa kerajaan Arab Saudi tengah menjalankan proyek “penyebaran ideologi wahabi” dan “terorisme atas nama agama”.

Paham yang dibawa oleh kelompok militan ISIS (Islamic State Iraq and Syria) tidak bisa dilepaskan dari paham Wahabi yang pertama kali dicetuskan seorang ulama Arab bernama Muhammad Ibnu Abdul Wahab pada tahun 1115-1201 H atau 1703-1787 M. Menurut dia, paham ini sukses menyebar luas ke suluh dunia, termasuk Indonesia.

“Semangat gerakan Wahabi ini adalah ingin mengembalikan pemurnian Islam dalam segala hal, tidak hanya berkaitan dengan ibadah, tapi budaya juga”, tegasnya, dan menambahkan bahwa klaim pemurnian agama ini sangat berbahaya, karena mereka akan menganggap selain mereka tidak murni, kafir dan harus dimurnikan atau diperangi.

Wahabi yang kemudian penafsirannya mengarah pada gerakan politik menjadikan Islam sebagai ideologi negara seperti halnya ISIS, tidak mudah dibasmi. Sebab, menurut pandangannya, hal ini bersifat ideologi yang sudah memiliki sejarah panjang dan pengaruh kuat.

‎”Inilah yang dibawa ISIS, dia bawa ideologi Wahabi, Ibnu Taimiyah dan Arabisme nya Muhammad Bin Abdul Wahab, hasilnya semua orang kafir harus dilenyapkan dari muka bumi di bawah pemerintahan Islam, dan dunia harus diatur dengan syariat Islam,” ujarnya.

”Jadi ISIS bawa paham Wahabi, dalam tingkat yang lebih ekstrim,” tegasnya.

Dia juga menjelaskan bahwa Irak dan Suriah sebagai kancah aksi teroris, kelompok teroris ini sejak muncul di Suriah telah menciptakan kontroversi panjang terkait hasrat, aksi, tujuan dan komunikasinya dan berubah menjadi poros aksial pers, media, analisis dan laporan.

Mufti al-Azhar juga pernah mengatakan bahwa pemikiran Wahabi dan ISIS tidak memiliki tempat, tidak hanya di Mesir; bahkan di banyak kawasan-kawasan Islam, yang didiami oleh Ahlussunnah; Ahlussunnah tidak menyebut kelompok ISIS sebagai sebuah kelompok Islam; bahkan menyebutnya sebagai kelompok teroris yang sedang menghantam Islam.

“Citra Zionis para kriminal ini semakin lebih terlihat jelas, khususnya saat menghancurkan kuil dan masjid dan masalah ini jauh-jauh hari sudah menyebabkan suatu hal yang dibenci oleh Ahlussunnah,” tambahnya.

Mayoritas ulama Ahlussunnah menyebut kelompok ini telah keluar dari Islam dan merupakan anak didik Zionis dan kelompok ini tidak memiliki kedudukan sama sekali ditengah-tengah kalangan Ahlussunnah moderat Pakistan; demikian juga markas Islam Al-Azhar dan mayoritas ulama Afrika, Asia Tengah dan Pakistan juga menegaskan masalah ini.

Mufti al-Azhar mengatakan, “ISIS merupakan konspirasi wahabi dan bersumber dari agenda para teroris sebelumnya, guna menciptakan ketakutan.”

“Sebelumnya, Taliban dan Alqaidah tidak dapat meraih tujuan dan hasrat-hasratnya serta faktor-faktor yang menciptakan kelompok ini terpaksa merubah citra dan nama para algojonya serta sebagai ganti dari Alqaidah, mereka membentuk kelompok teroris dengan nama-nama baru,” tambahnya.

Kelompok teroris wahabi atau ISIS hendak meraih tujuan-tujuan buruknya dengan kebrutalan dan hendak meyakinkan masyarakat bahwa tidak mungkin dapat melawan kelompok brutal ini, harus tunduk dan pasrah; oleh karena itu mereka melakukan kejahatan terkeji nan buruk dan mengupload film-flmnya di internet guna menciptakan ketakutan dan kengerian dalam hati masyarakat. (ARN/Panorama)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: