arrahmahnews

Riyadh Ragukan Keseriusan Rusia dan Iran Dalam Penyelesaian Krisis Suriah

RIYADH, Arrahmahnews.com – Menteri luar negeri Arab telah menyatakan keraguan tentang keseriusan Iran dan Rusia dalam mencari solusi politik untuk krisis di Suriah.

“Kalau mereka serius, kita akan tahu, dan jika mereka tidak serius, kami juga akan tahu dan berhenti membuang-buang waktu dengan mereka,” kata Adel al-Jubeir pada konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond di Riyadh, Rabu (28/10).

Dia membuat komentar itu menjelang konferensi dua-hari mendatang di Wina, Austria, yang dimulai pada hari Kamis, dengan tujuan mencari cara untuk mengakhiri krisis mematikan di Suriah yang berlangsung lebih dari 4 tahun.

Pembicaraan akan “menguji niat dari Suriah dan Rusia,” tambah Jubeir.

Hammond, mengatakan konferensi memberikan kesempatan untuk mencari tahu apakah ada kemungkinan untuk “menjembatani kesenjangan” antara Iran dan Rusia di satu sisi, dan negara-negara lain di sisi lain serta peran Presiden Suriah Bashar al-Assad di masa depan Suriah yang dilanda krisis.

Moskow dan Teheran mengatakan Assad harus mampu berdiri untuk pemilihan kembali karena rakyat Suriah harus memutuskan masa depannya, sementara Barat dan sekutu regionalnya bersikeras Assad harus pergi.

Sementara itu, Jubeir menyerukan kepergian Presiden Assad, dan mengatakan, “Harus ada kepastian bahwa Bashar al-Assad akan pergi.”

Sebelumnya pada Rabu, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan akan hadir di Wina sebagai kepala delegasi politik tingkat tinggi untuk membicarakan situasi di Suriah. Rekan-rekan Zarif dari Rusia, Amerika Serikat, Turki dan Arab Saudi juga akan bergabung dengan pertemuan.

Dua konferensi sebelumnya diadakan dalam upaya untuk menyelesaikan krisis di kota Swiss Jenewa, satu pada tahun 2012 dan yang lainnya di tahun 2014. Namun, kedua acara berakhir dengan kegagalan di tengah ketiadaan Iran, sebagai pemain regional yang penting.

Iran tidak diundang untuk yang pertama, dan sementara negara terutama menerima undangan untuk mengambil bagian dalam konferensi Jenewa kedua, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kemudian membatalkan undangan di bawah tekanan dari Amerika Serikat, Arab Saudi, dan oposisi Suriah.

Republik Islam Iran dalam berbagai kesempatan menegaskan bahwa diplomasi adalah satu-satunya solusi untuk menyelesaikan krisis Suriah.

Riyadh dan sejumlah sekutu regionalnya telah mendukung kelompok teroris Takfiri yang beroperasi sebagian besar di Suriah, Irak dan Libya. Sebagian besar militan yang melawan Damaskus dikenal mengikuti ideologi Wahhabi, mentalitas ekstrimis yang resmi dianut di Arab Saudi. [ARN/Ptv]

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: