YAMAN, Arrahmahnews.com – Mata mereka tertidur sementara perut mereka dalam keadaan kosong, seakan tidur menjadi obat rasa lapar mereka. Tapi rasa sakit dan penderitaan terus datang selih berganti, tak mengenal waktu baik malam maupun siang, baik terjaga maupun dalam keadaan tertidur.
Setiap pagi mereka berharap ada sepotong roti kering yang ditemukan dan memberi mereka harapan untuk melanjutkan hidup…tapi sayang, setiap kali mereka terbangun harinya sama dengan hari-hari sebelumnya…
Seorang ayah mengisahkan penderitaan bayinya yang masih berumur 4 tahun. Bayinya menderita kelaparan beberapa hari sebelum akhirnya ajal menjemputya.
Ketika itu dirinya berusaha mencari sepotong roti dan susu untuk menghentikan erangan dan tangisan bayi yang merasakan sakit kerena kelaparan, bahkan teman-temannya pun membantunya namun kami tidak mendapatkan apa-apa. Kami pun sama laparnya dengan bayi itu, kami bisa merasakan rasa lapar bayi itu karena kami pun merasakan yang sama.
Setelah seminggu kelaparan, akhirnya bayi itu menjemput ajalnya.
Ahmad Hasan (ayah anak itu) mengatakan kisah ini bukan satu-satunya di Yaman, ada banyak kisah tentang ini dan ada banyak penderitaan yang di rasakan rakyat Yaman.
Duka, kelaparan dan rasa sakit yang dialami rakyat Yaman bukan hanya karena pemboman, tapi blokade laut dan udara telah menyebabkan terhentinya pasokan bahan makanan hingga mengakibatkan kurangnya pasokan bahan pokok dan melambungnya harga.
Sementara kami telah kehilangan mata pencaharian, kehilangan bisnis dan semua telah hilang dari kami. Gelombang kemiskinan telah menggelora dan menjadi endemik di seluruh Yaman. Namun, kami tidak dapat ditundukkan dengan semua penderitaan ini. Kami akan tetap menjadi bangsa yang berdiri melawan kedholiman Arab Saudi dan sekutunya, tambahnya Hasan.
