Amerika

Rusia Bangkit Kembali Sebagai Negara Super Power

DENVER, Arrahmahnews.com – Sebuah artikel dari seorang penulis Prof. Jonathan Adelman* tentang ‘Bangkitnya Rusia Sebagai Negara Super Power’. Terlepas dari hasil yang dicapai dalam pertemuan antara Putin dan Obama untuk mendiskusikan masalah Suriah, Ukraina dan masalah lainnya, satu hal yang jelas adalah, pertemuan itu menunjukkan suatu hal yang tiba-tiba, bahkan sangat mengejutkan yaitu  bangkitnya kekuatan Rusia dalam beberapa tahun terakhir. (Baca juga: Galakkan Transaksi Rubel-Yuan, Rusia-China Ubah Keuangan Dunia)

Presiden Rusia Vladimir Putin

Dalam dunia yang penuh dengan kejutan ini, mulai dari kebangkitan fundamentalisme Islam, lemahnya perekonomian China, persaingan internal Uni Eropa, tercapainya kesepakatan dengan Iran, anjloknya pasar saham Amerika, kejutan terbesar dari semua itu adalah lahirnya kembali kekuatan Rusia di bawah Vladimir Putin.

Hal ini luar biasa mengingat bahwa Rusia telah disingkirkan dari Eropa Timur, kehilangan setengah penduduknya, tidak memiliki  sektor pertanian, tekonolgi tinggi maupun konsumen modern, serta menderita penurunan 50 persen dalam harga ekspor minyak. Ekonomi Rusia waktu itu bahkan lebih kecil daripada Inggris, Perancis atau Jerman dan tidak bergerak ke arah kapitalisme demokrasi Barat.

Putin berulang kali dipermalukan oleh para pemimpin Barat. Presiden Obama, merendahkan Rusia dan menganggapnya hanya sebuah kekuatan regional, menyatakan bahwa Putin tak lebih dari seorang anak kecil bosan yang tengah meringkuk di belakang kelas. Kanselir Jerman Angela Merkel pernah dengan pedas mengejek kejantanan Putin dengan mengatakan “Saya mengerti mengapa dia harus melakukan hal ini, hanya untuk membuktikan bahwa dia seorang pria. Ia takut dengan kelemahannya sendiri. Rusia itu tak punya apa-apa … ” (Baca juga: Kanselir Jerman ‘Angela Merkel’: Rusia yang dapat Selesaikan Krisis Suriah)

Namun, Rusia telah kembali menempatkan dirinya sebagai kekuatan besar yang menggetarkan berbagai rezim otoriter dan korup di seluruh dunia. Kesediaannya menerima kembali Krimea, Ossetia Selatan, Abkhazia dan bagian dari Left Bank Ukraina dalam dekade terakhir, diam-diam disambut oleh para pemimpin nasionalis konservatif dengan aspirasi mereka sendiri.

Sendirian di antara kekuatan-kekuatan besar dunia, Rusia bertindak aktif dan bersedia untuk campur tangan dalam membantu sekutu-sekutunya. Negara-negara Eropa tidak lagi negara kuat seperti sebelumnya dalam Perang Dunia II. Jepang dan Jerman  benar-benar merasakan bahwa kekuatan mereka melemah pasca  kekalahan di Perang Dunia II. China masih perlu beberapa dekade jauhnya untuk menjadi negara adidaya. Amerika Serikat di bawah Presiden Obama mementaskan aksi semi-penarikan diri dari wilayah-wilayah utama dunia. (Baca juga: AS Ancam Rusia, Perang Nuklir Semakin Dekat)

Para pemimpin Arab mulai dari Arab Saudi, Mesir, Maroko, Yordania, Kuwait, Qatar dan Uni Emirat Arab berkunjung ke Moskow tahun ini. Raja Saudi Salman bahkan menyebut-nyebut dirinya akan menyambut Vladimir Putin ke Riyadh.

Bahkan Israel berusaha semakin mendekat ke Rusia. Apakah Rusia akhirnya akan atau tidak akan menjual sistem rudal S-300 ke Iran jelas berpengaruh pada kepentingan vital Israel.

Perang Dingin Obama dan Putin

Presiden Suriah Bashar Assad berutang budi terhadap bantuan militer senilai  4-5 miliar dolar dari Rusia begitu pula dengan Iran. Rusia juga memainkan peran penting dalam memastikan kesepakatan nuklir untuk Iran. Rusia adalah pemasok senjata utama ke Iran dan akan membangun lebih banyak pembangkit listrik tenaga nuklir seperti Busheir. (Baca juga: Analis; Rusia Tidak Akan Mentolerir Penggulingan Bashar Assad)

Dengan kemampuan militer yang kuat, lokasi geografis Eurasia, kepemimpinan yang cakap, nasionalisme konservatif dan resusitasi dalam hubungan lama akibat Perang Dingin, Rusia telah kembali menjadi pemain utama di dunia. (ARN/MM)

* Jonathan Adelman adalah seorang profesor di Sekolah Studi Internasional, Josef Korbel, di Universitas  Denver. Adelman telah menulis beberapa buku tentang Rusia dan mantan penasihat doktoral Condoleezza Rice.)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca