arrahmahnews

8 Bulan Saudi Serang Yaman Hanya Tampakkan Sebuah Kejahatan Luar Biasa

SANA’A, Arrahmahnews.com – Apa yang awalnya digembar-gemborkan sebagai intervensi singkat itu, kini telah berubah menjadi kampanye militer berkepanjangan dan sangat kejam, tak meninggalkan apapun bagi Saudi dan para pendukungnya selain ribuan kematian.

Saat pertama kali Riyadh memulai aksi militernya yang agresif ke Yaman, kerajaan itu dengan sombong menyatakan bahwa serangan yang dilakukannya adalah sebuah “intervensi cepat”, sebuah langkah untuk mempertahankan diri dari apa yang diduga merupakan “pengaruh Iran”. (Baca juga: Misteri Perang Yaman Terungkap)

Delapan bulan kemudian (tidak terdengar singkat), para pemegang kekuasaan di Saudi masih saja membela keputusan ini.

“Opsi militer ini adalah yang terakhir bagi Arab Saudi dan dilakukan melalui permintaan dari pemerintah yang sah serta untuk melindungi warga negara Arab Saudi dari rudal balistik,” ungkap Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir pekan lalu, sebagaimana dilaporkan Reuters.

Tetapi keterlibatan berkepanjangan dalam hal ini berdampak buruk pada kerajaan. Aksi militer jelas memerlukan biaya miliaran, dan stagnannya harga minyak berarti bahwa pemerintah Saudi kehilangan salah satu sumber utama pendapatannya. Belum lagi, sekutu-sekutu kerajaan yang ikut terlibat dalam konflik, termasuk Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis, mulai tidak sabar dengan kurangnya hasil.

Tanpa menyebutkan kehancuran kemanusiaan, menyusutnya dana Saudi, berarti bahwa Riyadh telah gagal untuk menurunkan satupun dari bantuan 274 juta dolar yang telah pihak kerajaan itu janjikan. PBB memperkirakan bahwa sebanyak 2.400 warga sipil Yaman telah tewas oleh pemboman koalisi(sumber lain menyebut angka korban tewas telah menembus 6.000 jiwa). Blokade laut Saudi telah menjadikan sekitar 1 juta orang menjadi pengungsi internal, dan sebanyak 20 juta orang dalam kondisi membutuhkan makanan, air, dan obat-obatan. (Baca juga: Hilangnya Kemanusiaan Koalisi Saudi dan Media Atas Rakyat Yaman)

Dan sementara para pejabat Saudi telah berulang kali, meski selalu salah, memprediksi bahwa konflik sudah mendekati akhir, yang terburuk bagi kerajaan itu justru mungkin belum tiba. Menurut Reuters, koalisi Saudi masih berusaha untuk menguasai wilayah pinggiran Yaman, bahkan ketika Saudi memiliki dukungan dari prajurit setempat (pro-Hadi). Selain itu, Riyadh bahkan belum bisa mulai mendekati wilayah dataran tinggi, di mana kekuatan para pejuang Houthi berpusat. (Baca juga: Blokade Kemanusiaan dan Kelaparan, Senjata Baru Saudi Tundukkan Rakyat Yaman)

Pekan lalu, muncul laporan bahwa pertarungan politik dalam keluarga kerajaan Saudi itu setidaknya disebabkan sebagian keluarga kerajaan menyalahkan keputusan kebijakan luar negeri yang diambil Riyadh. Demi mengamankan diri setelah kematian ayahnya nanti, anak Raja Salman, Wakil Putra Mahkota Mohammed bin Salman, telah menggunakan posisinya sebagai kepala Departemen Pertahanan Saudi untuk meningkatkan reputasinya sendiri. (Baca juga: 8 Anak Pendiri Kerajaan Arab Saudi Dukung Kudeta Raja Salman)

“Anda bisa berpendapat bahwa seluruh operasi di Yaman ini adalah sebagai bagian dalam upaya untuk menopang profil menteri pertahanan,” ungkap Frederic Wehrey dari Program Timur Tengah di Carnegie Endowment for International Peace, sebagaimana dilaporkan Agence France-Presse.

“Melihat yang dipertaruhkan adalah masa depan wakil putra Mahkota, maka mungkin saja konflik ini bisa menjadi konflik yang tak berkesudahan, karena bersikukuh mencapai kesuksesan yang mustahil diraih.”

Kemenangan militer untuk Arab Saudi mungkin akan mengakhiri konflik. Tetapi Reuters mengatakan bahwa para ahli menyebut jika Saudi berhasil, maka kerajaan itu akan meluncurkan kampanye militernya yang agresif di tempat lain, di seluruh kawasan.(ARN/LM/SputnikNews)

Comments
To Top
%d blogger menyukai ini: