JAKARTA, Arrahmahnews.com – Postingan saya kemarin banyak sekali mendapat respons dari netizen. Ada pertanyaan yang tidak bertanya, dan terpaksa saya kasih jawaban yang tidak menjawab. Beberapa pertanyaan awam yang bertanya, harus dikasih jawaban yang menjawab. Diantara pertanyaan apa itu Wahabi, ciri-ciri dan akar genealoginya, saya jawab ringkas dalam beberapa poin berikut ini :
Pertama, Kalau mau diruntut, akar ideologi Wahabi itu Ibn Taymiyyah. Dari Ibnu Taymiyyah, mengalir ke murid-muridnya generasi awal, tokohnya antara lain Ibnu Qayyim al-Jawziyyah. Selang generasi kemudian, muncul Muhammad ibn Abdul Wahhab. Orang ini, menurut Hamid Alghar, bukan ulama besar, tapi ideolog yang bersekutu dengan penguasa suku Dariyah, namanya Ibn Saud. Dari aliansi ini, kelak terbentuk Saudi Arabia. Pada fase-fase konsolidasi awal, sekitar 1920-an, aliansi ideolog dan kepala suku kasar ini telah membunuh hampir setengah juta muslim yang tidak sealiran. Selang generasi kemudian, muncul ideolog-ideolog lain seperti Taqyuddin Nabhani (pendiri Hizbut Tahrir di Palestina) dan muridnya Nashiruddin al-Albani. Albani ini bekas tukang servis jam, terus menulis kitab tentang silsilah hadis sahih dan dhaif. Kitab ini jadi pegangan Wahabi untuk menilai kriteria hadis yang bisa dipakai menurut madzhab mereka sendiri. Banyak hadis yang selama ini dipakai NU didhaifkan atau maudhu’kan oleh Albani. Jadi kalau kita temukan buku, pamflet, majalah, narasi, dan tayangan yang mengutip hadis terus diembel-embeli dengan kata-kata disahihkan atau di-dhaifkan oleh Albani, itu ciri-ciri aliran Wahabi. Kalau di kalangan NU dikenal kutub sittah (Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Turmudzi, Nasa’i, dan Ibn Majah), mereka mengangkat imam hadis, namanya Mbah Albani. Hadis-hadis yang dinyatakan Sahih atau Hasan oleh keenam perawi hebat itu belum cukup, sebelum ditashih oleh Mbah Albani. (Baca juga: Mufti dan Ulama’ Empat Mazhab Menolak Wahabi !)
Kedua, Pada generasi mutakhir, kerajaan Arab Saudi mengangkat ‘polisi fatwa’ untuk mengawasi ajaran Islam antara lain Bin Baz, dan kemudian digantikan Utsaimin. Hati-hati kalau beli kitab. Lihat cetakannya. Sekarang ini banyak kitab-kitab yang jadi rujukan NU diberi anotasi (ditahqiq atau diberi syarah) oleh Wahabi. Riyadhus Salihin karya Imam Nawawi, misalnya, disyarah oleh Utsaimin. Bagian-banyak yang tidak cocok ‘disortir’, kalau-pun dipertahankan ya diberi catatan-catatan jelek. Itulah cara-cara Wahabi untuk mendikite umat agar mengikuti mereka. Pinter sekali orang-orang Wahabi fetakompli orang untuk ikut ajaran mereka, sebab kalau tidak akan dituduh murtad, sesat dan bid’ah. Orang awam agama, daripada dianggap sesat, akhirnya nurut mereka. (Baca juga: Wahabi Lakukan Penistaan Terhadap Al-Quran dan Sunnah)
Ketiga, Ada yang menyebut, Wahabisme adalah bentukan Inggris. Sebenarnya, Wahabisme pada awalnya bukan bentukan Inggris. Ia lahir tahun 1700-an (Muhammad ibn Abdul Wahab lahir tahun 1703). Dalam perjalanan, Inggris mendekati Asia Barat Daya yang kaya minyak. Inggris perlu resources untuk menghadapi kekuatan lain yaitu Perancis, Jerman, Rusia, dan Turki. Pada 1865, seorang kolonel Inggris menemui Raja di Istana Saud di Riyadh, menawarkan uang dan bantuan. Deal yang lebih jelas diteken pada 1915. Ada operator luar biasa, namanya John Philby, yang memerankan upaya hebat Inggris mengontrol Saudi. Philby ini bahkan pura-pura menjadi mu’allaf, berganti nama menjadi Abdullah. Philby menggerakkan para petarung Wahabisme, yang direkrut dari orang-orang Badui yang diberi nama al-Ikhwan, untuk membantu Inggris menguasai Teluk Persia. Salah satu maha karyanya berpuncak pada keruntuhan Khilafah Turki Usmani pada 1924. Maunya Inggris, kekhilafahan Islam harus pindah pusat ke Saudi, yang sudah dalam cengkeraman Inggris. Dengan menguasai Saudi dan memindahkan kekhilafahan Islam ke jazirah Arab, Inggris berharap dapat menguasai seluruh dunia Islam yang rata-rata kaya Sumber Daya Alam. (Baca juga: Mantan Wasekjen PBNU: Parade Tauhid Bentuk Propaganda Soft Gerakan Radikal dirikan Negara Khilafah)
Dari 1920-an hingga awal 1940-an, Asia Barat Daya praktis berada dalam cengkeraman skenario imperialisme Inggris. AS mulai masuk ke jazirah, dibrokeri oleh John ‘Abdullah’ Philby tadi. Setelah pura-pura mu’allaf, dia menjadi agen lepasan. Dia menjadi konsultan Socal (Standard Oil of California). Memanfaatkan kedekatannya dengan keluarga Raja, Philby membantu perusahaan-perusahaan minyak AS (Socal, Texaco, Exxon- Mobil, dan Aramco) mendapat konsesi ladang-ladang minyak Saudi pada tahun 1933. Pada 1945, di sebuah geladak kapal yang berlabuh di Great Bitter Lake, di atas Terusan Suez, Franklin Delano Roosevelt bertemu dengan Raja Abdul Aziz bin Saud. Pertemuan ini menjadi semacam inagurasi dari konsesi minyak yang sudah diteken pada 1933. Setelah pertemuan tersebut, FDARI dengan lantang berkata: “Dengan ini saya menyatakan bahwa pertahanan Saudi Arabia sangat penting bagi pertahanan Amerika Serikat”. Sejak saat itulah, menggeser dominasi Inggris, AS mulai terlibat dalam petualangan maut, membina dan menggandeng kelompok Islam militan yang kelak menyebar prahara di dunia Islam. Dalam bahasa Robert Darieyfuss, AS telah menabuh dan memainkan permainan iblis (devil’s game) selama 60 tahun, sebelum akhirnya mereka terhenyak oleh peristiwa 9/11 2001. Osama, yang dulu menikmati proyek-proyek bantuan AS di Arab Saudi, tiba-tiba nekat menyuruh orang menabrak menara kembar WTC dan Pentagon. Sejak saat itulah, AS terus memproduksi dalih untuk mewujudkan skenario banturan. (Baca juga: Kawasan Berada dalam Bahaya Perang Sektarian)
Keempat, Tradisi Wahabi adalah penghancuran. Menurut Oalgrave, dalam menaklukkan, mereka memilih membantai dan menghancurkan, ketimbang menyasar barang rampasan. Pada 1802, mereka menyerbu Karbala, menghancurkan kubah di atas makam para imam Syiah, dan membunuh sebagian besar penduduk kota. Jadi kalau sekarang Wahabi mau basmi Syiah, itu hanya memutar kembali cerita lama, kesumat yang tidak ada habis-habisnya.
Kelima, Provokasi perpecahan yang ditimbulkan, saya lihat eskalasinya kian mematikan. Indonesia sudah darurat Wahabi. Semua harus bangkit mencegah, dengan cara cerdas dan beradab, sebelum NKRI porak poranda seperti Timur Tengah. Terima kasih. (ARN/MM)
Sumber: Akun Facebook Sekjen ISNU Pusat M Kholid Syeirazi
