JAKARTA, Arrahmahnews.com – Arrahmahnews membuka rubrik baru untuk para pembaca dan para pemuda yang ingin mengembangkan bakat menulisnya di website kami yaitu “Suara Rakyat” yang diperuntukkan bagi rakyat dalam mengapresiasikan diri.
Dalam salah satu akun facebook Ahmed Zain Oul Mottaqin seorang pemuda berbakat dalam tulis-menulis yang mencurahkan hasil uneg-unegnya tentang pergerakan kelompok “Penampakan” yang berbaju agama. (Baca juga: Gus Mus dan Wejangan Cerdiknya Tentang Beragama dan Toleransi)
Islam bukan arab. Tidak semua yang kearab-araban itu Islam. Ras ‘Arab’ tidak lebih Islami dari Ras ‘Ajam’ (Non-Arab), gamis tidak lebih Islami daripada batik. Banyak orang yang berkata begitu lalu dituduh liberal.
Bagaimana pendapat gw ?
Sebagai orang yang sudah kenyang dituduh sebagai antek JIL, agen Syiahisasi, agen sekuler, agen pulsa, agen elpiji, minyak tanah dll, gw katakan ITU SEMUA BENAR. Gw tidak tersinggung dengan pendapat tersebut walaupun gw dan abah gw sendiri masih turunan arab, dan ibu gw termasuk perkumpulan “Jaditurab” (Jawa Dinikahi Turunan Arab). LOL
Banyak orang yang bermain-main di wilayah kulit, padahal jika bicara tentang Islam maka kita bicara esensi/hakikat yang jauh lebih dalam daripada kulit. (Baca juga: Gus Mus; Banyak Orang yang Tak Tahu Kalau Dirinya Manusia)
Seperti kata K.H Abdurrahman Wahid, “Islam tidak datang untuk mengubah budaya leluhur kita jadi budaya Arab. Bukan untuk aku jadi ‘ana’, sampeyan jadi ‘antum’, sedulur jadi ‘akhi’. Kita pertahankan milik kita, kita harus serap ajaran (Islamnya) tapi bukan budaya arabnya.”
Gw kasi contoh. Jika anda harus dites dengan melihat dua kejadian, yaitu orang Inggris yang berkata pada istrinya “I love you my wife” atau orang Arab yang berkata pada istrinya “Ana uhibbuki ya zawjati”. Pilihlah yang mana diantara keduanya yang lebih Islami?
Jika anda memilih yang kedua, maka ada yang salah dalam mindset anda tentang “Islam”.
Kata K.H Musthofa Bisri meniru Nabi Muhammad tidaklah dengan cara memakai jubah, surban, dan berjenggot. Sebab, kata Gus Mus, orang-orang Arab yang memusuhi Nabi dulu juga memakai surban dan jubah, contohnya Abu Jahal. (Baca juga: Gus Dur : Islamku, Islam Anda, Islam Kita)
“Jika pakai jubah tapi wajahnya selalu marah, maka itu bukan mengikuti Muhammad, tapi mengikuti Abu Jahal.”
Kalau dulu para sahabat Nabi jika sedang sumpek mereka mendatangi Nabi lalu memandang wajah Nabi, lalu seketika sumpeknya hilang. Kata Gus Mus “Sekarang ini nggak. Pakaiannya aja yang sama. Kita nggak sumpek nggak apa, lihat wajahnya malah sumpek.”
Banyak awam yang kini menjadikan Islam hanya sekedar penampakan. Bermaksud ittiba’ kepada Nabi, jenggot dipanjangkan dibiarkan kocar kacir (begitulah penafsiran mereka), selalu bergamis cingkrang tapi di belakang doyan teriak sesat dan kafir terhadap golongan lain, selalu teriak “kembalilah pada Qur’an dan Sunnah” (versi mereka) tapi dibelakang doyan memfitnah kelompok yang mereka benci. Paling cepat terbakar ketika diprovokasi dengan hal-hal yang berkaitan dengan ‘harga diri’ kelompoknya. Doyan menelan mentah-mentah berita dan menshare tanpa tabayyun jika berita itu menyerang golongan lain sementara jadi (sok) bijak menasihati tabayyun jika kabar itu menyerang golongannya. (Baca juga: Refleksi Jiwa warisan Gus Dur)
Makanya gw bilang bisa jadi elu udah kearab-araban, tapi belum tentu elu udah keIslam-Islaman. Sekian pendapat gw sebagai “agen JIL, antek syiah, agen pulsa, agen elpiji, minyak tanah dll”. Yang mau ngomel-ngomel silakan pergi saja, kecuali yang mau diskusi baik-baik pakai etika akan gw terima dengan tangan terbuka. (ARN/MM)
Sumber: Facebook Ahmed Zain Oul Mottaqin
