Semarang, ARRAHMAHNEWS.COM – KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus mengisi Dialog Budaya Kebangsaan dalam rangka Closing Dies Natalis Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang (Unnes), Ahad (8/11). Gus Mus menjelaskan bagaimana bersikap sebagai muslim Indonesia yang teguh mempertahankan tradisi dan budayanya.
BACA JUGA:
- Surat Terbuka Syekh ‘Aidh al-Qarniy kepada Muslim Sunnah dan Syiah
- Islam Nusantara di Mata Quraish Shihab
Gus Mus menuturkan, masyarakat Indonesia tidak membutuhkan dalil, tetapi tingkah laku mereka sudah mencerminkan kehidupan yang dianjurkan oleh Rasulullah. “Saat ini banyak orang yang sedikit-sedikit menggunakan dalil, sedikit-sedikit tanya dalilnya apa, itu orang yang baru mengenal dalil,” ungkapnya.
Kiai yang juga dikenal sebagai Budayawan ini menggambarkan kehidupan masyarakat desa yang dengan rukun saling tolong menolong dengan tetangganya. “Orang desa tidak membutuhkan dalil, tetapi tingkah laku yang meraka lakukan telah membudaya. Dan itu semua merupakan implementasi dalil-dalil,” tegasnya lagi.
Sehingga konsep tersebut merupakan Islam Indonesia, lanjutnya, adalah ajaran Islam yang senantiasa telah membudaya dalam kehidupan bermasyarakat.
BACA JUGA:
- Gus Mus dan Wejangan Cerdiknya Tentang Beragama dan Toleransi
- Gus Mus; Banyak Orang yang Tak Tahu Kalau Dirinya Manusia
“Islam Indonesia pada zaman Soekarno sangat dihargai dimata dunia karena dengan bangganya Soekarno menyuarakan tentang Islam di Indonesia hingga pada sidang PBB pun beliau menggunakan dalil untuk meyakinkan bahwa Islam di Indonesia besar, sehingga saya sangat bangga memakai peci Soekarno ini,” ungkap Gus Mus sambil menunjuk peci hitam yang beliau kenakan.
Gus Mus menandaskan, selain harus bangga dengan identitas, tradisi, dan budayanya, bangsa Indonesia juga harus sadar akan tantangan-tantangan besar ke depannya. (ARN/MM)
Sumber: Nu.Online
