1 Desember 2015,
JAKARTA-SUARA RAKYAT, ARRAHMAHNEWS.COM – Kisruh Papa Minta Saham kepasa PT Freeport Indonesia (FI) ditengarai akan menjadi tsunami politik di Indonesia karena melibatkan banyak pihak penting di republik ini . Sebenarnya kasus ini modus lama khas orde baru yang terus berulang , yang juga pelakunya juga hasil didikan dan dibesarkan oleh Orde Baru, Orde Kliptokrasi. (Baca juga: GUS DUR, FREEPORT & JOKOWI)
Pemerintah Soekarno, Soeharto, Habibie dan Megawati, jatuh atau tak terpilih lagi, jejak Amerika terlihat nyata. Soekarno dijatuhkan karena condong ke blok Sovyet-China dan tidak bersahabat dengan kapital asing (Amerika). Soeharto dijatuhkan dengann krisis ekonomi moneter yang skenarionya dibuat oleh IMF- Amerika, karena mulai bergeser ke garis politik ‘kanan’ (islam) atau non-blok.
Habibie dianggap pelanjut garis ‘kanan’ yang berkiblat ke Jerman. Menarik, ketika Habibie BERSETERU KERAS dengan Lee Kwan Yu, Menteri Senior Siangapura, yang juga ‘tangan kanan’ Amerika- Zionis Israel di Asia Tenggara (Asean). Megawati, tentu kurang dusukai Amerika karena ‘anak biologis’ Soekarno yang dianggap akan membawa Indonesia kembali ke Poros Indonesia-Rusia- China-India. Apalagi di era Megawati- lah, TNI membeli pesawat tempur Sukhoy Rusia.
Kini, kembali kepada Pemerintah Jokowi dalam menyikapi ‘kisruh’ Freeport, haruslah cerdas, solid dan tidak grasa-grusu ikut tarian pihak lain, apalagi pihak pemburu rente yang mendadak sok nasionalis ketika topeng ‘srigala’ dan ‘musang-nya’ tersingkap. Hendaknya kisruh “Papa Minta Saham” ini jadi momentum menggalang soliditas nasional untuk menguasai kembali Freeport Indonesia. Presiden Jokowi tentu sadar sebagai pemain dan pemegang ‘kartu joker’ yang pintar, kepada kepentingan mana yang ia menangkan, tanpa Amerika merasa keberatan. Jokowi harus ‘belajar’ benar dari kasus jatuhnya Presiden Soekarno tokoh hebat, piawai menggalang massa-pun tumbang oleh intrik CIA. (ARN)
Sumber: Akun Facebook Diar Anwar