Analisa

Analis: Kebangkrutan Saudi, Dorong Rakyat Untuk Memberontak

30 Desember 2015

RIYADH, ARRAHMAHNEWS.COM – Menurut data yang diumumkan Arab Saudi, kerajaan itu terdampak oleh harga minyak internasional yang menurun selama satu tahun lebih. Proporsi pendapatan minyak Arab Saudi tahun ini menurun tajam, sedangkan defisit keuangan mencapai 97,9 miliar dolar AS. Untuk menghemat pengeluaran, Arab Saudi mulai memotong sebagian subsidi energi, dan mengurangi proyek pembangunan yang tak diperlukan. (Baca juga: Kerajaan Saudi Sumbang Kebangkrutan Kepada Rakyatnya)

Kini, harga minyak internasional menurun sampai titik terendah selama hampir 11 tahun, sebagai pengekspor minyak terbesar di dunia, Arab Saudi mengalami dampak serius. Sebelumnya, pada saat harga minyak tinggi, pendapatan minyak mencapai 90% atau lebih dari pada pendapatan total yang diperoleh kerajaan. Sedangkan menurut data yang diumumkan pemerintah Arab Saudi pada awal pekan ini, pendapatan total Arab Saudi pada tahun ini mencapai sekitar 162 miliar dolar AS, lebih rendah 15% dari pada yang diramalkan. Tidak main-main, proporsi pendapatan minyak Saudi menurun hingga 73%. (Baca juga: IMF; 2020 Arab Saudi Bangkrut)

Untuk menghadapi tekanan defisit akibat harga minyak yang rendah, pemerintah Arab Saudi menyatakan akan memeriksa sejumlah proyek pemerintah, apakah ada yang tak diperlukan. Menurut laporan sebelumnya, Arab Saudi akan menaikkan tingkat pajak pendapatan bagi minuman dan tembakau, siap memungut pajak nilai tambahan dengan berkoordinasi dengan negara-negara Teluk lainnya.

Dalam wawancara Press TV dengan penulis “Big Oil & Their Bankers in the Persian Gulf”, Dean Henderson, untuk membahas defisit anggaran Arab Saudi, Rabu (30/12), dikatakan bahwa defisit anggaran yang terjadi bisa memicu potensi konflik rakyat melawan pemerintah kerajaan. (Baca juga: Saudi Bangkrut, Sejumlah Pangeran Menghilang Bawa Lari Kekayaan)

Henderson mengatakan bahwa pada dasarnya ada dua Arab Saudi, satu sisi adalah Saudi yang merupakan keluarga kerajaan dan dipimpin Raja Salman bin Abdul Aziz, yang menurutnya sangat tidak populer dikalangan keluarga al-Saud, dan sisi lainnya adalah Saudi yang berarti rakyat Saudi itu sendiri.

Dalam pandangannya, para pejabat Saudi tidak akan membiarkan defisit anggaran yang terjadi memeras keluarga kerajaan, mereka akan tetap berusaha memperoleh keuntungan dari aset keuangan yang luas. (Baca juga: Pendapatan Minyak Menurun Serta Defisit Anggaran Saudi Sebabkan Para Buruh Mogok Kerja)

Menurutnya, penghematan besar-besaran nantinya akan diberlakukan para pejabat Saudi itu kepada rakyat mereka sendiri dengan memotong subsidi bahan bakar dan barang-barang lainnya guna menebus defisit anggaran. Hal ini akan menimbulkan kemarahan masyarakat dan mendorong mereka untuk melawan pemerintah. (Baca juga: Jerman Sebut Saudi Sebagai Bapak Radikalisme)

120414coletoon


“Kebijakan luar negeri Riyadh, khususnya dalam pendanaan kelompok-kelompok teror ekstrem seperti Daesh atau al-Qaeda telah membuat marah rakyat Saudi,” ungkap Henderson menambahkan bahwa tekanan ekonomi di masa depan akibat defisit anggaran akan membuat kesabaran rakyat habis dan mendorong mereka untuk membentuk beberapa gerakan sosial dan politik dalam menghadapi rezim “Medieval” mereka sendiri. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca