arrahmahnews

Saudi Minta Bashar Assad Segera Mundur Sebelum Pemerintahan Transisi Dibentuk

Minggu, 06 Maret 2016,

PARIS, ARRAHMAHNEWS.COM – Arab Saudi mengatakan Bashar Assad harus mundur dari kekuasaan pada awal transisi politik di negara yang sedang dilanda perang, bukan di akhir.

“Bagi kami itu sangat jelas di awal proses transisi, bukan di akhir. Ada proses transisi, pergeseran kekuasaan dari Assad ke masa transisi, kemudian dia pergi”, Menteri Luar Negeri Saudi Adel al-Jubeir mengatakan kepada para wartawan di Paris, Sabtu (5/03) TV France 24 melaporkan. (Baca juga: 22 Pertanyaan Untuk Musuh-Musuh Bashar Assad)

Dia menambahkan tidak akan ada masa depan bagi Assad di Suriah, dan mengklaim bahwa sebagian besar pemerintah di seluruh dunia bersikap sama.

Pada tanggal 29 September 2015, Al Jubeir mengancam Assad untuk segera meninggalkan kantor pemerintahan atau ia akan dihapus melalui intervensi militer. (Baca juga: Menlu Perancis; Presiden Bashar Assad Tidak Harus Mundur)

“Ada dua pilihan untuk penyelesaian krisis di Suriah; pilihan pertama adalah proses politik di mana akan ada dewan transisi. Pilihan lainnya adalah opsi militer, yang juga akan berakhir dengan penghapusan Bashar al-Assad dari kekuasaan”, katanya di Majelis Umum PBB di New York.

Pada hari Jumat, utusan khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura juga menegaskan peran Suriah dalam menentukan masa depan tanah air mereka dan menolak campur tangan asing dalam urusan negara.

“Tidak bisakah kita membiarkan rakyat Suriah untuk benar-benar memutuskan nasib mereka? Mengapa kita harus mengintervensi hak mereka, selama mereka memiliki kebebasan dan kesempatan menentukan haknya?” Staffan de Mistura mengatakan kepada France 24 pada hari Jumat (4/03). (Baca juga: Bashar Assad: Iran dan Rusia ‘Robin Hood’ Suriah)

Sebuah kesepakatan gencatan senjata di Suriah yang ditengahi oleh Rusia dan Amerika Serikat mulai berlaku pada 27 Februari antara pemerintah Suriah dan kelompok oposisi.

Suriah telah dicengkeram oleh kelompok-kelompok bersenjata yang didukung oleh Barat dan negara-negara Arab serta Turki sejak Maret 2011.

Menurut laporan yang dikeluarkan pada Februari lalu oleh Pusat Penelitian Kebijakan Suriah, konflik telah merenggut nyawa lebih dari 470.000 orang, 1,9 juta orang lainnya luka-luka, dan hampir setengah dari populasi Suriah (sekitar 23 juta) telah mengungsi di dalam atau di luar perbatasannya. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca