arrahmahnews

Hasil Survei 60% Siswa SMA Jakarta-Bandung Toleran dan Anti Gerakan Radikal

Kamis, 26 Mei 2016

JAKARTA, ARRAHMAHNEWS.COM – KABAR baik menyeruak dari kalangan pelajar SMA negeri di Jakarta dan Bandung bahwa pemahaman mereka akan toleransi beragama berada pada tataran yang baik. Itulah modal amat berharga untuk menjadikan keberagaman sebagai berkah, bukan pangkal musibah. Pemahaman beragama yang baik di kalangan siswa SMA negeri di Jakarta dan Bandung itu tecermin pada hasil survei Setara Institute yang dirilis Selasa (24/5). Dari 760 siswa yang menjadi responden, sebanyak 61,6% punya sikap toleran, 35,7% intoleran pasif, 2,5% intoleran aktif atau radikal, dan 0,3% yang berpotensi menjadi teroris.

Pada dimensi toleransi sosial keagamaan, sikap dan pemahaman siswa juga positif. Mayoritas dari mereka, misalnya, menolak organisasi keagamaan yang hendak menggantikan Pancasila. Mereka juga kontra dengan pelarangan pendirian rumah ibadah, mengafirkan kelompok lain, dan menentang penggunaan kekerasan dalam memperjuangan keyakinan.

Jelas, hasil survei itu menggembirakan sekaligus melegakan. Menggembirakan karena ada perubahan sikap yang cukup drastis di kalangan pelajar SMA di Jakarta jika kita bandingkan dengan era 2010. Saat itu, berdasarkan riset Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), ada kecenderungan cukup besar di kalangan siswa sekolah menengah di wilayah Jabodetabek terhadap radikalisme.

Hasil survei Setara juga melegakan, lantaran pemahaman yang baik dalam diri siswa SMA terhadap toleransi setidaknya bisa mengikis kekhawatiran akan regenerasi intoleransi. Dengan sikap seperti itu, ada harapan intoleransi tak terus menjadi warisan buruk yang mengancam eksistensi bangsa dan negara.

Sikap dan pemahaman yang baik terhadap toleransi ketika remaja pada gilirannya akan menumbuhkan sikap dan pemahaman yang baik pula saat mereka dewasa. Dengan begitu, kita memiliki modal sosial memadai bahwa keberagaman merupakan anugerah sehingga tak semestinya menjadi pemicu berpecah belah.

Sejujurnya kita perlu belajar dari anak-anak SMA negeri di Jakarta dan Bandung dalam hal toleransi. Kita berharap kelompok-kelompok intoleran, yang sebagian di antaranya justru telah beranjak dewasa, berguru pada anak-anak SMA itu. Kita berharap pula negara mau menjadikan sikap dan pemahaman siswa itu sebagai spirit tambahan untuk menjamin keberagaman di Indonesia.

Harus kita katakan, toleransi belum sepenuhnya mendapat tempat terhormat di Republik ini. Atas nama agama, kelompok intoleran membakar tempat ibadah pemeluk keyakinan lain, seperti yang terjadi ketika massa intoleran merusak masjid penganut Ahmadiyah di Kendal.

Lebih celaka lagi, negara belum juga mau dan mampu menjadi pelindung kebebasan. Mereka kerap absen, bahkan tak jarang malah larut dalam praktik intoleransi. Sikap dan pemahaman yang positif di kalangan pelajar SMA negeri di Jakarta dan Bandung terhadap toleransi memang baik, tetapi belum cukup. Para guru harus bersikap yang sama, orangtua begitu juga. Intoleransi ibarat kanker. Kita tak bisa membiarkannya, lalu berharap musnah dengan sendirinya.

Untuk mencegah intoleransi tumbuh dan mengganas, kita harus serius memeranginya dengan menumbuhkan toleransi. Pelajar Jakarta dan Bandung telah mengajarkan itu. [ARN] 

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca