Rabu, 1 Juni 2016
MOSKOW, ARRAHMAHNEWS.COM – Kehadiran pasukan bersenjata Turki di Irak tanpa undangan tidak dapat diterima. Hal ini diungkap Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov dalam sebuah wawancara, Selasa (31/05), di mana ia juga mempertanyakan mengapa Barat menutup mata atas pelanggaran Ankara terhadap kedaulatan Irak.
“Kami menuntut Turki untuk menarik pasukannya dari wilayah Irak, di mana mereka dikerahkan dimana Perdana Menteri Turki Davutoglu kala itu mengatakan, untuk ‘memperkuat’ kedaulatan Irak. Posisi ini benar-benar tidak dapat diterima, “kata Lavrov kepada harian Komsomolskaya Pravda.
“Mitra Barat Rusia dan sekutu Turki ,NATO, harus memberi perhatian publik yang jauh lebih besar atas kegiatan Ankara dikawasan,” jelas Lavrov, menambahkan bahwa saat ini sikap NATO adalah bahwa Turki adalah anggota, sehingga mereka akan menyelesaikan masalah di antara mereka sendiri.
“Bagaimana dengan Siprus, yang bukan anggota NATO dan yang wilayah udaranya dilanggar oleh Angkatan Udara Turki secara teratur? Dan kedua, posisi macam apa itu hinggaa – jika Anda adalah anggota NATO, Anda dapat melakukan apapun yang Anda suka? ” tanya Menlu Rusia itu.
Di Irak, Ankara tengah berusaha mewujudkan “aspirasi neo-Ottoman” Turki dan mengejar tujuan ekonomi tertentu, kata Lavrov.
Lavrov juga mengatakan bahwa Moskow akan terus menuntut bahwa Turki harus berhenti menyebabkan kekacauan di Irak.
Sebagai bagian dari upaya untuk melawan terorisme di wilayah itu, Rusia menyediakan persenjataan bagi Irak dan Kurdistan Irak “dengan persetujuan dari pemerintah Irak,” Lavrov menekankan, menambahkan bahwa “kita tidak menerapkan prinsip-prinsip lain.”
Sebelumnya, menteri luar negeri Rusia mengatakan bahwa memerangi terorisme harus dilakukan sesuai dengan norma-norma ketat hukum internasional dan dengan tidak adanya “standar ganda.” (ARN)
