Analisa

Mohammad bin Salman Dalangi Pemboman di Saudi Untuk Singkirkan Putra Mahkota

Kamis, 07 Juli 2016,

RIYADH, ARRAHMAHNEWS.COM – Pasca kunjungan Wakil Putra Mahkota Arab Saudi Mohammad bin Salman ke Amerika Serikat, dan pertemuannya dengan Obama untuk membahas kerajaan dan usahanya untuk mengambil alih kekuasan, Washingtin Post melaporkan bahwa Mohammad bin Salman berusaha meyakinkan pemerintah AS mengenai plot untuk menyingkirkan Putra Mahkota Mohammad bin Nayef. Ia tidak menyakinkan AS dengan logika atau argumen, tetapi dengan penawaran yang akan menguntungkan AS selama pemerintahannya. (Baca juga: Rebutan Tahta Para Pangeran Saudi Semakin Membara, Bin Nayef Vs Bin Salman)

Surat kabar itu juga melaporkan bahwa Mohammad bin Salman diminta menciptakan kondisi hingga akhir tahun 2016, yang dapat menyingkirkan Mohammed bin Nayef dari tahta dan memudahkan baginya untuk maju menggantikan posisinya, dan AS akan membantu untuk mensukseskan ambisinya.

Peristiwa tiga ledakan yang mengguncang Arab Saudi pada Senin kemarin, terkait erat dengan rekayasa kondisi yang sengaja diciptakan Mohammad bin Salman, dan tampak jelas bahwa tujuan dari peristiwa itu adalah untuk menunjukkan kegagalan Mohammad bin Nayef sebagai Putra Mahkota dan Menteri Dalam Negeri Arab Saudi dalam menjamin stabilitas negara. (Baca juga: Wakil Putra Mahkota Saudi Sumber Malapetaka Mina; Video)

Selain itu, pemboman di Jeddah, Qatif dan Madinah tidak dimaksudkan untuk menimbulkan korban jiwa, tetapi untuk menutupi dan mengalihkan perhatian dunia dari pemboman Baghdad, yang menewaskan 250 orang dan melukai 200 lainnya.

Pemilihan target dengan hati-hati;

Serangan itu telah menunjukkan kegagalan Bin Nayef dan ketidakmampuan nya dalam melindungi Haramain (Masjidil Haram dan Masjid Nabawi) hingga menimbulkan kegaduhan politik yang mempertanyakan kemampuan dalam menjaga keamanan jelang musim Haji. Plot ini sengaja diciptakan untuk memaksanya mundur atau disingkirkan dari jabatannya sebagai putra mahkota.

Reputasi Mohammad bin Nayef pun menurun, dan AS akan memberikan peringatan keras kepadanya yang telah gagal melindungi konsulatnya di Jeddah. (Baca juga: KONSPIRASI! Kunjungan Bin Salman ke AS Untuk Singkirkan Bin Nayef?)

Serangan di Qatif juga akan menandai ketidakmampuan bin Nayef dalam memberikan perlindungan terhadap kaum minoritas syiah di negara itu, hingga menimbulkan protes dan kecaman dari organisasi hak asasi manusia internasional.

Rentetan peristiwa ini telah membelit dan mencekik Mohammad bin Nayef, yang akan mendorong dirinya atau memaksanya untuk mengundurkan diri dari jabatannya, sebagaimana yang pernah terjadi pada pendahulunya mantan putra mahkota Muqrin bin Abdulaziz.

Sementara itu, petualangan militer Mohammad bin Salman meskipun mengalami kegagalan dan kekalahan di Yaman, paling tidak itu dapat diterima oleh AS karena membangkitkan perdagangan senjata Amerika. (Baca juga: Putra Raja Salman Dibalik Serangan Teroris di Masjid Syiah)

Jika anda ingin mengatakan bahwa Mohammad bin Salman gagal dalam ambisi perangnya, dan Mohammad bin Nayef gagal dalam menciptakan keamanan negara, mengapa lebih mengutamakan yang pertama daripada yang kedua? Jawabannya ada pada penjualan ilusi ke Saudi dan dunia dengan mempromosikan visi perekonomian Arab Saudi “2030” meskipun ekonom dunia skeptis akan hal itu, dan melihatnya sebagai petualangan berbahaya yang akan menyebabkan penjualan kilang minyak “Aramco” terbesar di dunia. Namun, Arab Saudi mengabaikan hal itu dan lebih memilih menghabiskan milyaran dolar untuk mempromosikan visi tersebut. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca