Senin, 15 Agustus 2016,
SANA’A, ARRAHMAHNEWS.COM – Menyusul 18 bulan kekerasan, kelaparan dan pembungkaman media secara terang-terangan, penderitaan bangsa Yaman kini kembali muncul ke permukaan. Sungguh memalukan karena ini adalah satu konflik yang hanya berani didiskusikan oleh beberapa pihak akibat takut akan dampak keuangan. Inilah sebuah realitas kejahatan oleh Saudi, PBB dan dunia atas rakyat Yaman.
Saya sadar bahwa kebenaran dan kejujuran adalah komoditas yang sulit didapat, tapi mari kita sejenak merenungkannya dan melihat bagaimana mereka mempraktekkannya. Mari kita lihat bagaimana realitas rakyat Yaman yang harus hidup di hadapan komunitas dunia yang memilih untuk menghindar dari menatap mereka. (Baca juga: KEJI! Saudi Bombardir Sekolah, Bantai Anak-anak Yaman)
Ya! Sebuah sekolah telah dibom dan anak-anak dihabisi. Rakyat Yaman telah disiksa dan dilukai sampai tahap yang berada diluar nalar dan tak tertahankan. Apa lagi yang baru? Yaman telah menderita ribuan kematian sebelumnya dan tak ada satupun yang datang menolong.
Rakyat Yaman telah memohon, berargumen hingga berdebat selama selama 18 bulan. Mereka menyerukan penyelidikan, menyerukan koridor kemanusiaan, menyerukan masyarakat internasional untuk mengindahkan teriakan bangsa yang terjebak dalam kobaran perang ini, dan dunia menjawabnya dengan diam sambil menulikan telinga. (Baca juga: Saudi Bantai Anak-anak Sekolah Yaman, Kemana PBB?)
Saat kalian sekarang melihat dengan bergidik jasad anak-anak sekolah tidak bersalah yang telah hangus itu, sadarilah, bahwa serangan barbar tersebut telah menjadi makanan sehari-hari bangsa Yaman.

Jasad Anak Kecil Yaman Korban Serangan Saudi

Seorang Bocah Kepalanya Berdarah Akibat Serangan Saudi
Sejak 25 Maret 2015, ketika Arab Saudi secara sepihak menyatakan perang terhadap Yaman, seluruh bangsa itu telah mengalami kekejian yang tak terperi. Begitu tak terperi sehingga mereka juga harus menghadapi kenyataan bahwa PBB bahkan terus menghindar dari memberi konsekuensi tegas atas pelanggaran hak asasi manusia tersebut. (Baca juga: PBB Jadi Penonton Kekejaman Saudi Bantai Anak-anak Yaman)
Masih saya ingat betapa cepat Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon harus mengembalikan Arab Saudi setelah pelabelan kerajaan itu sebagai penjahat perang dalam laporan tahunan Anak-anak dan Konflik Bersenjata. Saya ingat bagaimana hal tidak adil itu terjadi setelah Riyadh mengancam untuk menarik kontribusi keuangan.
“Laporan ini menggambarkan kengerian-kengerian yang seharusnya tidak dihadapi anak-anak,” kata Ban Ki-moon pada bulan Juli. “Pada saat yang sama, saya juga harus mempertimbangkan prospek yang sangat nyata bahwa jutaan anak-anak lain akan menderita jika, seperti yang disarankan kepada saya, bebebrapa negara akan menggembosi program-program PBB”. (Baca juga: Galang Dana untuk PBB, Anak Yaman: Jangan Jual Hati Nurani Anda, Tuan Ban Ki Moon!)
Masih saja kita mengaku memiliki peradaban … masih saja kita mengklaim bahwa kita benar-benar marah ketika pertumpahan darah memenuhi layar TV kita.
Lupakan apa yang kalian pikir telah kalian ketahui tentang Yaman. Lupakan apa yang telah diberitahukan kepada kalian, dan pembenaran yang massif disebar sehingga tak seorang pun akan mempertanyakan pembunuhan dan panggilan untuk menahan diri. Terlepas dari persuasi politik siapa pun, terlepas bahkan dari apa yang mungkin kalian pikir sebagai gerakan Perlawanan Yaman, atau hak negara untuk melakukan politik penentuan nasib sendiri, pembunuhan massal tetap merupakan kejahatan tak termaafkan tidak perduli dengan alasan apapun! Tidak ada alasan, dan tidak ada pembenaran untuk itu! (Baca juga: Washington, Riyadh, Tel Aviv Membully PBB)
Anak-anak tidak boleh diperlakukan sebagai target yang sah, tidak jika kita masih serius tentang aturan hukum, tidak jika kita masih berdiri dan menyebut diri beradab, tidak jika kita mengklaim masih memiliki sisi kemanusiaan. Dengan segala cara, marahlah kepada Riyadh atas kematian dan kekerasan yang telah kerajaan itu hujankan ke Yaman. Marahlah dan muaklah dengan desakan suatu negara untuk menghancurkan negara lain demi supaya bisa memaksakan kekuasaannya, dan menetapkan boneka teokratisnya.
Ingatlah para “ahli” mereka yang hari ini duduk di kamar perang Riyadh telah mengirim anak-anak itu ke sebuah pembantaian. Ingatlah senjata dan militer siapa yang telah dikerahkan untuk membunuh bangsa Yaman.
Jika Arab Saudi harus bertanggung jawab, seharusnya (negara itu) tidak berdiri sendiri di bilik terdakwa. Amerika Serikat dan Inggris juga harus menjawab banyak pertanyaan. Sebenarnya saya akan berpendapat bahwa dalam kasus ini, kesalahan tidak hanya terletak pada orang-orang yang menarik pelatuk saja(lagipula, sifat kalajengking pasti menyengat) tetapi juga pada mereka yang telah menyediakan aliran kekuatan untuk menyerang. (Baca juga: Wow.. Inggris Jual Senjata kepada Saudi Senilai £ 3 miliar Sejak Perang Yaman)
Tapi sekali lagi sudah jadi watak kaum kapitalis untuk hanya memikirkan keuntungan. Mereka katakan uang tidak berbau. Mereka katakan uang adalah uang dan itu saja. Lagi pula siapa yang sanggup menolak lagu miliaran dolar al-Saud. Siapa memangnya? Ini adalah realitas kapitalisme. Pertumpahan darah yang kalian lihat pada layar kaca kalian adalah apa yang telah dibeli oleh demokrasi kita, dan apa yang tak kuasa dikecam lembaga global kita. Apa yang terjadi ketika serangan-serangan berdarah itu datang ke rumah? Apa yang terjadi ketika perang kapitalis memutuskan untuk berlatih di kebun belakang kalian dan menjadikan anak-anak kalian sebagai sasaran latihan?
Diam hanya akan membungkam kemarahan kalian. Diam dan satu dosis dari impotensi politik. Kita masih berbicara tentang kejahatan perang seolah-olah kita benar-benar bisa menghukum pelanggar. Kita berbicara tentang Yaman saat ini seolah-olah kita serius menawarkan penghiburan kepada mereka yang berkabung. Yaman seharusnya mengajarkan kepada kalian bahwa sistem dunia kita ini sudah rusak. Atau sebenarnya tidak rusak, melainkan terjual habis. (Baca juga: Misteri Perang Yaman Terungkap)
Tapi diam saat ini memiliki harga, sayangnya kita lebih memilih untuk tidak menghadapi realitas yang tidak nyaman. Mengapa? Karena mengakui adanya ketidakadilan akan memaksa kita untuk memberlakukan perbaikan, dan ini membutuhkan keberanian yang sesungguhnya.
Jenis keberanian yang telah ditunjukkan bangsa Yaman meski diabaikan dunia. Kesalahan ini bukanlah beban yang musti ditanggung kerajaan (Saudi) saja. Kesalahan ini lebih pantas lagi didakwakan kepada London dan Washington karena disanalah, pada koridor kekuasaan mereka, kehidupan bangsa Yaman telah diberangus.
Bom cluster digunakan karena AS menjulnya kepada Riyadh. Jika bangsa Yaman telah kelaparan di bawah blokade kemanusiaan, itu karena PBB telah membiarkannya. Jika anak-anak itu tewas, itu karena para ahli Inggris telah meandatangani (penjualan senjata) atasnya. (Baca juga: Trio Bandit “AS, Israel, Saudi” Tak Ingin Ada Perdamaian di Suriah dan Yaman)
Menyalahkan kerajaan saja hanya akan mencapai sedikit perbaikan. Lembaga rusak kita yang perlu ditantang, dan diatasi. Jika tidak, akan ada lebih banyak anak-anak Yaman yang menangis dalam waktu dekat. (ARN).
* Ditulis oleh Chatherine Shakdam, seorang analis politik, penulis dan komentator untuk Timur Tengah dengan fokus khusus pada gerakan radikal dan Yaman. Tulisannya telah diterbitkan dan dipublikasikan oleh media-media terkenal di dunia seperti Foreign Policy Journal, Mintpress News, the Guardian, Your Middle East, Middle East Monitor, Middle East Eye, Open Democracy, Eurasia Review dan banyak lagi.
