arrahmahnews

Biden Temui Erdogan, Turki Menyerang Suriah, Bisnis Berjalan Seperti Biasa

Sabtu, 27 Agustus 2016,

ANKARA, ARRAHMAHNEWS.COM – Wakil Presiden AS, Joe Biden telah bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan setelah hubungan antara kedua negara memburuk pasca upaya kudeta bulan lalu di Turki.

Dr. Bilal Sambur, seorang  Profesor dan wartawan,, mengatakan kepada Brian Becker dari Radio Sputnik, Jum’at (26/08),  bahwa meskipun peristiwa pertengahan Juli telah menyebabkan suatu ketegangan, AS dan Turki tidak akan pernah saling memutuskan hubungan. (Baca juga: Teroris di Suriah Berdoa Untuk Erdogan)

Menurut Sambur, kedua negara memiliki kepentingan strategis yang sama di berbagai bidang. Kunjungan Biden ke Ankara sangat penting dalam menentukan ke arah mana hubungan AS-Turki akan dilanjutkan.

“Jelas, Biden akan mengekspresikan dukungan kuatnya untuk … “pemerintahan demokratis” … dan presiden Turki. Dan orang-orang Turki akan senang mendengar pernyataan ini,” kata Sambur, dalam siaran Radio Sputnik Loud & Clear. Ia menambahkan, bagaimanapun juga, ekspresi sentimen mungkin tidak cukup untuk menurunkan  tingkat ketidakpercayaan antara kedua negara. (Baca juga: Penasehat Bashar Assad; ISIS dan Perang Suriah Hasil Karya Jahat Erdogan)

“Meskipun kemitraan jangka panjang strategis sudah berlangsung lama antara Amerika dan Turki, sentimen anti-Amerika yang kuat baru-baru ini muncul di antara beberapa masyarakat Turki,” catat  Sambur. Media pemerintah Turki telah menerbitkan banyak potongan op-ed yang mempertanyakan mengapa AS tidak mendukung Turki di Suriah, atau mendukung perjuangan pemerintahan Erdogan melawan pergerakan cendekiawan Islam yang berbasis di AS Fethullah Gulen.

“Secara formal, Turki dan AS adalah sekutu satu sama lain, tetapi secara informal ada perasaan permusuhan, kecurigaan dan ketidakpercayaan di antara pejabat Turki dan media tentang AS,” tegasnya.

Menurut Sambur, dari perspektif pemerintah Turki, kegagalan Presiden AS Barack Obama di Timur Tengah adalah hasil dari penolakannya terhadap kerjasama militer dengan Turki. Pemerintah Turki tahu bahwa menerima kebijakan Ankara di Irak dan Suriah adalah kesempatan terakhir bagi AS untuk menjadi sukses di kawasan. (Baca juga: Rusia Hancurkan Harga Diri dan Bisnis Haram Erdogan Dengan ISIS di Suriah)

“Persepsi AS sebagai sekutu mulai berkurang setelah kudeta yang gagal dan keragu-raguan Amerika untuk menunjukkan dukungan nyata pada pemerintahan Erdogan yang semakin otokratis,” tegas  Sambur.

Ia menambahkan bahwa serangan Turki baru-baru ini ke Suriah utara, dengan dalih membantu Tentara Pembebasan Suriah untuk menggulingkan ISIS, secara signifikan bertepatan dengan pertemuan Biden dan Erdogan, dan hal itu bisa dianggap sebagai pernyataan kepada AS bahwa, “jika kau tidak membantu kami, bagaimanapun juga, kami akan tetap  menerapkan kebijakan kami di Suriah”. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca