Selasa, 20 September 2016,
KINSHASA, ARRAHMAHNEWS.COM – Sekitar 17 hingga 50 orang telah tewas di Kinshasa, ibukota Republik Demokratik Kongo, setelah protes ribuan pengunjuk rasa terhadap Presiden Joseph Kabila berubah menjadi ajang kekerasan.
Demonstrasi menentang Kabila pada Senin (19/09) kemarin itu menarik ribuan demonstran, namun bentrokan dengan polisi dan pasukan keamanan pecah tak lama setelah mereka mulai berunjuk rasa.
LSM dan oposisi telah menuduh polisi menggunakan gas air mata untuk membubarkan demonstran sebelum menembakkan senjata api. Setelah situasi makin memanas, para demonstran membakar mobil dan mendirikan barikade di jalan-jalan.
Para petugas kepolisian juga menjadi korban kekerasan, Reuters melaporkan bahwa satu dari mereka dibakar hidup-hidup oleh massa yang marah sebagai pembalasan atas penembakan. Serangan itu kemudian dikonfirmasi oleh Menteri Dalam Negeri Evariste Boshab.
AFP mengutip pernyataan oposisi yang mengatakan bahwa setidaknya 50 orang tewas dalam bentrokan, yang juga menyerukan protes lebih lanjut.
Unjuk rasa yang dilakukan oleh ribuan warga Kongo itu meminta Kabila mundur dari jabatannya yang secara hukum berakhir pada Desember mendatang. Oposisi pemerintah menuduhnya ingin memperpanjang jabatan dengan menunda pemilu sampai tahun depan, yang seharusnya dilaksanakan pada November mendatang.
Juru Bicara Menteri Dalam Negeri, Claude Pero Luwara pada awalnya mengatakan “Ada 17 orang tewas di Kinshasa, tiga polisi dan 14 warga sipil,”. Namun hal ini menjadi tidak jelas mengenai jumlah dan bagaimana semua warga sipil tewas. Gambar-gambar yang tersebar di media sosial menunjukkan beberapa orang tergeletak tewas dengan luka tembak. Pernyataan itu juga memperingatkan bahwa angka kematian bisa meningkat. (ARN)