Selasa, 25 Oktober 2016,
ARRAHMAHNEWS.COM, RIYADH – Majalah AS Foreign Policy menyebutkan dalam sebuah laporan bahwa paranoid tengah melanda keluarga al-Saud dan kerajaan Saudi untuk mengakhiri perang di Yaman.
Majalah Foreign Policy telah membeberkan laporannya dengan pertanyaan, “mengapa warga AS harus peduli dengan Yaman?”. Rata-rata warga AS tidak mengetahui bahwa negara Yaman berada di sudut barat daya yang terpencil dari kerajaan Arab Saudi. Namun sudah waktunya bagi warga AS untuk mengetahui dimana letak Yaman. Dimana konflik internal yang terjadi di Yaman sebenarnya terkait dengan AS sebagai sekutu dekat Riyadh, walaupun AS terkadang masih malu-malu mengakuinya. Amerika Serikat berusaha memuaskan Saudi dengan ikut berpartisipasi dalam perang yang telah dimulai ini dan kerajaan Arab Saudi tidak berniat untuk mengakhiri perang tersebut dalam waktu dekat. (Baca juga: Deklarasi Suku-suku Besar Yaman Dukung Houthi Bela Negara Melawan Penjajah Saudi)
Majalah ini juga menyebutkan bahwa alasan perang yang berkobar di Yaman adalah paranoid yang melanda Arab Saudi, dengan mengutip sebuah pesan di tahun 1953 ketika Raja Abdul-Aziz al-Saud terbaring di ranjang pada detik-detik terakhir hidupnya berkata, “Jangan biarkan Yaman bersatu”. Oleh karena itulah Yaman sebenarnya adalah masalah yang mungkin tidak akan berakhir sampai Saudi melepaskan Yaman.
Majalah AS ini juga menjelaskan bahwa paranoid ini telah lama menjadi dasar dari kebijakan Saudi di Yaman.
Majalah Foreign Policy menunjukkan bahwa Saudi telah bekerjasama dengan AS dalam agresinya di Yaman dan menyatakan bahwa Saudi telah meminta dukungan dan bantuan pada AS untuk gabung berperang dalam koalisi agresi yang dipimpin oleh Arab Saudi guna mengembalikan kekuasaan Abd Rabbuh Mansour Hadi (Presiden Yaman yang melarikan diri) ke Sana’a. (Baca juga: Amerika Aktor Utama Perang Yaman)
Dan sejak perang Yaman pecah pada tahun lalu, pasukan khusus AS sudah melancarkan operasi dari pangkalan udara al-Anad di Utara Aden. Dan Amerika saat ini melancarkan operasi dari Djibouti yang terletak disisi lain Laut Merah. Sebagaimana pesawat tanpa awak milik AS juga melancarkan beberapa serangan di Yaman, dan terdapat puluhan pasukan operasi khusus AS yang berada di Yaman. (Baca juga: Perang Yaman Melemahkan Dunia Arab dan Memperkuat Rezim Zionis Israel)
Majalah Foreign Policy menuliskan bahwa Royal Saudi Air Force dan Angkatan Udara AS saling bekerjasama di wilayah udara Yaman dan di medan peperangan. Oleh karena itu, kerja sama antara dua negara ini menciptakan toleransi sebesar-besarnya terhadap perilaku pihak lain. Namun toleransi yang muncul saat ini berada di bawah tekanan, hingga pada tanggal 8 oktober lalu kita harus meyaksikan pemboman yang mengerikan terhadap upacara pemakaman di Sana’a yang menewaskan 140 orang dan ratusan korban luka. Dan kekhawatiran AS tentang taktik Arab Saudi membuat AS berniat untuk mengurangi kerjasamanya dengan Saudi. (ARN)
