Analisa

Analis; Pasca Dicerai Filipina, Kekaisaran AS di Asia Terancam Runtuh

Sabtu, 22 Oktober 2016

FILIPINA, ARRAHMAHNEWS.COM – Pernyataan Presiden Filipina Rodrigo Duterte soal “perceraian” negaranya dari Amerika Serikat dan menikah dengan China adalah “pukulan besar bagi ambisi kekaisaran AS di Asia,” menurut seorang penulis Amerika.

James Petras, seorang profesor emeritus sosiologi di Binghamton University di New York, dan dosen di Universitas Saint Mary di Halifax, Kanada, membuat pernyataan dalam sebuah wawancara dengan Press TV pada hari Jumat.

Selama kunjungan ke China pada hari Kamis, Presiden Duterte mengumumkan “perceraian negaranya dengan Amerika Serikat,” katanya, bercerai dari kerjasama militer dan ekonomi antara Washington dan Manila.

Meskipun dicerai, Menteri Pertahanan AS Ashton Carter bersikeras pada hari Jumat bahwa negaranya berniat untuk menjaga komitmen aliansi dengan Filipina.

“Kami memiliki komitmen aliansi penting untuk menjaga Filipina,” kata Carter, dan menambahkan, “Jelas setiap hubungan adalah kebersamaan dan kami akan terus membahas dengan rekan-rekan kami dari Filipina.”

Profesor Petras mengatakan, “Presiden Duterte telah menandai sebuah arah baru bagi kebijakan Filipina, karena Filipina telah menjadi koloni Amerika Serikat baik secara resmi maupun tidak resmi.”

“Dan sebagai hasilnya adalah negara termiskin di Asia Tenggara, meskipun fakta bahwa ia memiliki sistem pendidikan yang sangat maju, bahkan puluhan ribu tenaga profesional – banyak mereka yang bekerja di luar negeri maupun dalam negeri,” tambahnya.

“Dengan kebangkitan China Saya berpikir bahwa ada kesempatan besar dan mengakomodasi kebutuhan Filipina untuk pengembangan,” kata sarjana.

“Kami akan melihat perubahan yang sangat besar dalam kebijakan Filipina. Alih-alih melayani pangkalan militer Amerika Serikat untuk menyerang China, saya pikir mereka akan mengurangi hubungan militer mereka ke Amerika Serikat, dan memperluas hubungan ekonomi dengan China, dan sebagai hasilnya, saya pikir, AS akhirnya akan kehilangan salah satu pos-pos militer utama mereka yang mengendalikan perdagangan China di Laut China Selatan,” katanya.

“Saya rasa ini adalah pukulan besar bagi AS dalam ambisi menegakkan kekaisaran di Asia. Dan, saya pikir, itu pengakuan di antara orang-orang Filipina bahwa masa depan mereka dalam hubungan ekonomi dengan China, bukan ketergantungan militer pada Amerika Serikat,” Profesor Petras menyimpulkan. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca