Minggu, 13 November 2016,
ARRAHMAHNEWS.COM, SANA’A – Yaman, sebagaimana diketahui, telah menderita di bawah perang brutal yang terus dilancarkan Saudi. Salah satu bencana yang telah menjerumuskan negara miskin itu ke pelukan kelaparan, kematian, dan keputusasaan.

Imbas Agresi Saudi di Yaman
Namun Yaman hari ini tidak hanya simbol sebuah bangsa yang sedang berada dalam pergolakan konflik kekerasan militer, Yaman dalam banyak hal kini juga melambangkan esensi dari terorisme, agenda mengerikan yang selalu digunakan oleh kekuatan pihak Barat untuk menancapkan kekuasaannya dengan mengklaim bahwa mereka ingin menumpas teroris padahal sebenarnya mereka tidak pernah benar-benar melaksanakan hal itu. (Baca juga: Misteri Perang Yaman Terungkap)
Yaman bagi sebagaian besar masyarakat dunia berdiri diatas derita dan gelimang darah, perbatasannya dilanggar, langitnya gelap, dan orang-orangnya di blokade. Tapi tahukah mereka jika Yaman sekarang juga telah menjadi taman bermain baru perdagangan manusia? Sesuatu yang pasti tidak akan didengar dari media mainstream. Catherine Shakdam jelas menuliskan hal ini dalam artikelnya, bahwa Yaman telah terjual habis dengan kekejian pedofilia.

Catherine Shakdam
Dalam artikelnya Catherine menjelaskan bagaimana Yaman telah menjadi kartu domino baru dalam sistem teroris yang terorganisir dengan baik, dimana penderitaan manusia adalah komoditas yang diperdagangkan. Jika kita melihat wilayah yang lebih luas secara keseluruhan, dan lebih khusus di negara-negara yang telah menderita di tangan para radikal Wahabi itu, kita bisa melihat pola serupa yang muncul di Nigeria, Somalia, Suriah, Irak, dan sekarang Yaman. Semua negara-negara ini telah dilihat sebagai negara yang rentan menjadi target para pedagang seks, anak-anak mereka dijual ke dalam sistem ini untuk meraup keuntungan dan menarik kepuasan melalui pelecehan anak dan dehumanisasi.
Menurut Catherine, pelecehan seksual secara sistemik dilakukan oleh militan teroris untuk tiga tujuan: untuk menebar ketakutan di jantung masyarakat, untuk kepuasan diri sendiri, dan untuk keuntungan finansial. Di balik setiap penyalahgunaan dan setiap pelaku, telah menjulang sistem yang dibentuk untuk mengambil keuntungan dari dan bersandar pada perbudakan seksual demi menegaskan kekuasaan dan untuk sistem industrialisasi organisasi teror.
Adalah benar-benar penting bagi kita untuk memahami bahwa apa yang kita saksikan di seluruh Afrika dan Timur Tengah Raya pada tahap ini adalah sebuah rekayasa sistem untuk memuluskan perdagangan manusia yang berujung pada pelecehan seksual. Teror sebagaimana biasanya, mencoba untuk mengalihkan sebuah ideologi ke dalam sistem sosial-politik berdasarkan pada penghinaan terhadap mereka yang dianggap “rendah”. (Baca juga: Foreign Policy: Perang Yaman Hasil Kebijakan Paranoid Saudi)
Saat kekuatan-kekuatan dunia terus berdebat mengenai masa depan Yaman, sebuah tragedi besar telah berlangsung, tak terucap dan tak tertandingi.
Untuk sebuah bangsa yang telah kehilangan terlalu banyak anak-anak dan perempuan dalam perang yang dipaksakan, maka ketika harus juga melihat anak-anak dan pemuda mereka diculik oleh orang-orang seperti al-Qaeda dan Daesh adalah bagai menabur garam diatas luka. Kenyataan mengerikan bahwa anak-anak dan pemuda telah diperdagangkan ke para predator seksual sehingga orang-orang jahat bisa memenuhi nafsu bejat mereka, adalah jelas sesuatu yang harus segera diakhiri.
Sejauh ini, dan karena sifat dari kejahatan ini, masyarakat enggan untuk mengungkap bahwa mereka atau keluarga mereka telah menjadi korban peristiwa mengerikan ini. Stigma yang nantinya akan mereka sandang, takut pengucilan sosial, takut dampak, malu, dan ketidakpercayaan terhadap media, telah mendorong banyak keluarga untuk tetap diam dan membisu. Namun, beberapa jiwa pemberani kini memutuskan untuk memecahkan kode bisu yang tak tertulis ini, meskipun di bawah kondisi anonimitas, sehingga pelaku dapat terungkap dan korban diselamatkan.
Ratusan anak-anak perempuan terutama anak-anak berusia 6 hingga 15 tahun dari seluruh Yaman mengaku telah diculik, untuk dijual sebagai budak seks oleh jaringan trafficking al-Qaeda. Mona Relief Organization di Yaman saat ini menyelidiki pelanggaran yang meluas di beberapa provinsi ini. (Baca juga: Amerika Aktor Utama Perang Yaman)
Sumber-sumber di Abyan, markas al-Qaeda, yang juga menjadi provinsi tempat tinggal Presiden pelarian Abdo Rabbo Mansour Hadi, telah mengkonfirmasi bahwa anak-anak telah diperdagangkan dari Yaman selatan melalui Mukallah dan pelabuhan Aden oleh para militan yang berafiliasi dengan al-Qaeda . Hal penting yang harus dicatat di sini bahwa Aden berada di bawah kendali Arab Saudi.
Seorang mantan pejabat di Pusat Pasukan Keamanan Yaman, yang dalam artikel Catherine disebut dengan nama Abdullah untuk menyembunyikan identitasnya, menjelaskan bahwa banyak dari anak-anak itu kemudian berakhir di suatu tempat di salah satu negara Teluk untuk melayani dan menjadi objek seksual para pelanggan kaya
Abdullah bersikeras bahwa al-Qaeda beroperasi dengan pengetahuan penuh dari koalisi yang dipimpin Saudi.
“Tidak mungkin Saudi tidak tahu tentang hal ini. Ingatlah Yaman berada di bawah blokade laut besar. Mereka sangat tahu …! ” tambahnya.
“Anak-anak itu telah dijual ke dalam perbudakan seksual. Mereka dikirim jika tidak ke Afrika melalui Ethiopia dan Djibouti atau akan langsung ditransfer ke negara-negara GCC. Al Qaeda telah melakukan jutaan dari perdagangan ini selama bertahun-tahun, dan perang telah memperburuk situasinya. Catherine menulis bahwa ia juga percaya para pemuda Yaman sedang diperdagangkan untuk merusak revolusi bangsa Yaman. Arab Saudi telah berperan dalam memajukan perbudakan seksual.
Pada tahun 2009 Departemen Luar Negeri AS terkait Perdagangan Manusia melaporkan bahwa anak-anak Yaman diperdagangkan untuk tujuan kerja paksa dan eksploitasi seksual. Anak-anak Yaman, terutama anak laki-laki, diperdagangkan melintasi perbatasan utara dengan Arab Saudi atau ke kota-kota Aden dan Sana’a untuk kerja paksa, terutama sebagai pengemis, juga untuk dijadikan pembantu rumah tangga atau bekerja di toko-toko kecil. Beberapa anak ini mengalami eksploitasi seksual komersial dalam perjalanan atau setelah mereka tiba di Arab Saudi.
Dan lagi, di 2014 edisi laporan yang sama mengatakan bahwa, “Yaman adalah negara asal dan, pada tingkat lebih rendah, merupakan tempat transit dan negara tujuan untuk pria, wanita, dan anak-anak yang dikenakan kerja paksa. Perempuan dan anak-anaknya mengalami perdagangan seks. Beberapa anak Yaman, sebagian besar anak laki-laki, bermigrasi ke kota-kota Yaman di Aden dan Sana’a, atau melakukan perjalanan melintasi perbatasan utara ke Arab Saudi dan, pada tingkat lebih rendah, ke Oman, di mana mereka mengalami kerja paksa di pelayanan rumah tangga, toko-toko kecil, atau sebagai pengemis. Beberapa anak ini dipaksa menjadi pelacur oleh para pedagang, patroli perbatasan, para pejabat keamanan lainnya, dan majikan mereka setelah mereka tiba di Arab Saudi; beberapa anak dipaksa untuk menyelundupkan narkoba ke Arab Saudi. (Baca juga: Houthi: Pembantaian Sana’a Tunjukkan Frustasi AS dan Saudi dalam Perang Yaman)
Dengan kolusi dari para pelanggan Saudinya, para teroris al-Qaeda telah membangun seluruh ekonomi yang menghasilkan jutaan dolar melalui eksploitasi anak-anak. Dunia tidak boleh diam saja. (ARN)
Ditulis oleh Chatherine Shakdam, seorang analis politik, penulis dan komentator untuk Timur Tengah dengan fokus khusus pada gerakan radikal dan Yaman. Tulisannya telah diterbitkan dalam publikasi terkenal di dunia seperti Foreign Policy Journal, Mintpress News, the Guardian, Your Middle East, Middle East Monitor, Middle East Eye, Open Democracy, Eurasia Review dan banyak lagi.
