arrahmahnews

Jokowi Undang Prabowo ke Istana, Mengapa SBY Tidak?

Jum’at, 18 November 2016,

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Presiden Jokowi kelihatannya sedang menjalin ‘kemesraan politik’ tingkat tinggi dengan Prabowo Subianto, petinggi Partai Gerindra, yang juga mantan Pangkostrad TNI-AD dan Danjen Kopassus itu. Kehadiran Prabowo ke Istana ini adalah sebagai kunjungan balasan beliau kepada RI-1, yang telah lebih dulu mengunjungi Hambalang tempo hari sebelum demo 411 digelar.

Bagi saya, bukan kunjungan balasan Prabowo atau statemen kedua pemimpin politik dalam kunjungan itu yang menarik untuk dicermati. Tetapi pertanyaan yang muncul setelah membaca berita ini, yaitu: “Mengapa Presiden Jokowi mengundang Prabowo, bukan Presiden RI ke 6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)?” (Baca juga: Prabowo Bertemu Presiden Jokowi di Istana Negara)

Pertanyaan ini penting saya kira karena SBY baru sempat bertemu dengan Menkopolhukam Wiranto dan Wapres Jusuf Kalla, dan setelah itu membuat pertemuan pers di Cikeas dan menyampaikan pidato “Lebaran Kuda” yang terkenal itu, hanya beberapa hari sebelum 411. Kita kemudian membaca statemen Presiden Jokowi bahwa demo yang damai tersebut berakhir ricuh karena ada pihak-pihak yang menungganginya.

Pertanyaan pun muncul di ruang publik mengenai siapa dan pihak mana yang ditengarai sebagai penunggang demo yang konon terbesar dalam sejarah Republik itu. Tentu saja yang paling mudah adalah lawan-lawan politik Presiden Jokowi, dalam spekulasi publik dan media termasuk SBY dan Prabowo yang merupakan pimpinan oposisi. Nah, jika Presiden Jokowi malah menjalin kemesraan politik dengan Prabowo dan belum mengundang SBY untuk bertemu, apakah lalu spekulasi tentang sang penunggang itu arahnya kepada yang disebut terakhir itu? Wallahua’lam. Sebab pihak Istana tidak pernah memberikan jawaban yang transparan. (Baca juga: Denny Siregar: Cara “Perang” Politik Cerdik dan Cantik Jokowi)

Yang jelas di media nasional dan bahkan internasional, ihwal keterkaitan SBY dalam demo dan kasus Ahok makin mendapat sorotan. Bukan hanya itu, bahkan ada pihak-pihak yang melaporkan Ketum DPP Partai Demokrat (PD) tersebut ke Bareskrim dengan tuduhan pidatonya pada 2 November 2016 dinilai mengandung hasutan dan menyebar kebencian, serta pernyataannya mendorong umat Islam untuk tetap berdemonstrasi.

Jadi pertanyaan mengapa SBY tidak dikunjungi atau diundang Presiden Jokowi untuk bertemu bisa berpotensi memperluas spekulasi politik tersebut, dan menurut hemat saya, tidak seharusnya terjadi. Saya kira Presiden Jokowi perlu juga melakukan silaturrahim ke Cikeas ataupun mengundang mantan Presiden ke 6 tersebut ke Istana, untuk menunjukkan kepada rakyat Indonesia bahwa spekulasi tentang adanya ketegangan antara kedua pemimpin tersebut tidak benar. Dan ini juga akan membantu pendinginan suasana yang sempat panas dan yang bisa jadi akan memanas apabila pihak-pihak yang menginginkan destabilitas nasional terjadi memanfaatkan spekulasi tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto, mengungkapkan saat ini Indonesia tengah menjadi incaran kekuatan besar untuk memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini membuat semua komponen bangsa harus waspada serta tidak boleh terpancing dengan hal hal yang bisa membahayakan keutuhan Nasional. (Baca juga: Jokowi Berharap Tidak Ada Demo Jilid 3 Pada 25 November)

“Ini kalau kita lihat sejarah ancaman tersebut tidak pernah hilang. Terlalu banyak sekitar kita yang iri dengan kekayaan kita,” ujar Prabowo saat menggelar jumpa pers bersama Presiden Jokowi usai keduanya melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11/2016).

Dan saya yakin Presiden Jokowi sudah menunjukkan kepiawaian berkomunikasi politik dengan “blusukan ke atas” yang ternyata berbuah sukses itu. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca