Amerika

Fidel Castro, Simbol Perlawanan terhadap Hegemoni AS atas Eksistensi Manusia

Senin, 28 November 2016,

ARRAHMAHNEWS.COM, HAVANA – Fidel Castro, tokoh pemimpin revolusi Kuba selama hampir setengah abad, kini telah meninggalkan dunia pada usia 90 tahun.

Castro, yang selamat dari 600 lebih upaya pembunuhan CIA dan telah membuat frustrasi 11 presiden AS, merupakan simbol kuat perlawanan terhadap hegemoni dan campur tangan AS. Selama kepemimpinan dan kehidupan teladan revolusi yang legendaris itu, hubungan antara kedua negara adalah konflik yang konstan, ditandai dengan permusuhan AS dan saat-saat ketegangan yang serius. (Baca juga: Fidel Castro “Pemimpin Revolusi Kuba” Meninggal Dunia)

Fidel Castro

Bahkan ketika kedua negara memutuskan untuk memulihkan hubungan diplomatik pada tahun 2014, Castro menolak untuk tetap diam. Dalam tulisannya ia mengatakan, “Kami tidak perlu kekaisaran mereka (AS) untuk memberi kami apapun,” menunjukkan penolakannya atas seruan Presiden Obama untuk melupakan masa lalu, tanpa menyebutkan embargo lebih dari setengah abad dan beberapa serangan yang telah dilakukan AS terhadap Kuba.

Beberapa orang mungkin berpendapat bahwa adalah konyol bagi negara adidaya global seperti AS untuk terlibat dalam upaya neurotik selama lebih dari setengah abad demi menjatuhkan kepemimpinan sebuah negara kepulauan yang bahkan lebih kecil dari negara bagian Pennsylvania. Argumen untuk ini adalah bahwa bahaya terhadap hegemoni AS selalu terletak dalam contoh-contoh yang diperlihatkan pemimpin revolusioner itu yang berani menantang monopoli AS atas eksistensi manusia. (Baca juga: Kuba Tetapkan 9 Hari Berkabung Nasional untuk Fidel Castro)

castro
Yang pasti, adalah memalukan bahwa hidupnya dan kampanyenya dalam menantang kekuatan Amerika hampir tidak dikenal oleh masyarakat dunia. Masyarakat dunia harus tahu bahwa mereka akan menemukan seorang pria penuh keberanian dan kemanusiaan yang sangat besar yang membawa negaranya dari status neo-kolonial ke negara berdaulat dengan kesuksesan domestik dan meninggalkan jejak besar di panggung dunia.

Mereka akan belajar bahwa Castro tidak berperan dalam Krisis Misil Kuba, apalagi mendorong dunia ke jurang perang nuklir. Krisis ini tercatat sebagai propaganda pejabat AS dimana waktu itu mereka mengatakan Soviet telah membawa dunia ke jurang perang nuklir dengan memasang rudal balistik di Kuba. Pada kenyataannya, instalasi rudal yang dimaksud justru dibangun AS di Turki dengan rudal bersenjata nuklir mengarah ke Uni Soviet. (Baca juga: Putin, Assad Sampaikan Belasungkawa Atas Meninggalnya Fidel Castro)

4cab9873-c9f5-4636-9095-72e038a7e0eb
Masyarakat Dunia akan belajar bahwa apa yang diperdulikan AS di Kuba bukanlah “kebebasan bagi rakyat Kuba”, pembebasan tahanan politik dan kebebasan pers dan berekspresi. Ketidak jujuran AS dari alibi mengenai kebebasan Kuba itu kemudian ditegaskan oleh fakta bahwa AS kemudian menempati sebagian wilayah Kuba di mana negara itu memimpin sebuah penjara ilegal yang digunakan untuk menahan, menyiksa, dan memusnahkan kebebasan tersangka teror selamanya.

Masyarakat dunia juga akan belajar bahwa Castro adalah pemimpin paling penting yang muncul dari Amerika Latin sejak perang kemerdekaan pada awal abad ke-19. Figur Internasional ini adalah salah satu pemimpin pertama yang dihancurkan reputasinya oleh sejumlah fitnah yang dilancarkan Washington untuk membenarkan pemerintah AS dalam menekan penduduk Kuba dengan embargo demi memaksa penyerahan diri mereka ke cara lama dominasi.

Mereka akan belajar bahwa meski masih muda, revolusi Kuba tidak meninggalkan komitmen internasionalisnya, bahwa Castro memberikan dukungan kepada rakyat Afrika Selatan pada 1970-an dan 1980-an, meski ia mengetahui bahwa hal itu akan membuatnya dimusuhi dengan lebih dalam oleh Washington, sekutu rezim apartheid bahwa Castro ikut serta dalam membebaskan Angola, membantu perjuangan rakyat Kongo dan masih banyak lagi.

Masyarakat dunia seharusnya tahu bahwa Kuba dibawah Castro juga tak henti-hentinya melakukan aksi kemanusiaan dengan mengirim dokter gratis ke berbagai negara yang dilanda bencana (Chile, Aljazair, Haiti dan lain-lain). Berada di garis depan memerangi virus Ebola. Juga membantu berbagai negara dalam program pemberantasan buta-huruf. Di panggung dunia, Kuba di garis depan memperjuangkan pembebasan Palestina.

Mereka akan belajar bahwa proposal solidaritas internasional Castro juga diperluas ke Amerika Serikat dimana setelah bencana Katrina, ia diam-diam menawarkan George W. Bush lebih dari 1.000 tenaga medis Kuba, yang disiapkan untuk tiba di New Orleans dalam waktu lima jam bila disetujui Bush. Para tenaga medis itu akan mengobati para korban yang terkepung tanpa meminta biaya apapun dari AS. Dan Bush dengan seenaknya mengabaikan tawaran itu, bahkan ketika Castro mengulangi tawaran itu di depan publik. Dan akibat ulah Bush tersebut, lebih banyak orang meninggal sia-sia.

Diatas semuanya, kematian Fidel Castro pada hari Jumat, 25 November, pantas menjadi momen untuk mengungkap kembali beberapa refleksi tentang siapa dia sebenarnya. Sebuah mercusuar perlawanan di Amerika Latin melawan kekuatan Amerika Serikat. Mendobrak semua gambaran negatif tanpa henti yang terus menerus disebar oleh pemerintah AS dan media korporasi mereka kepada masyarakat di seluruh dunia. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca