Minggu, 18 Desember 2016,
ARRAHMAHNEWS.COM, LIBYA – Pemerintah Libya yang didukung PBB dari Government of National Accord (GNA) secara resmi mengumumkan akhir dari operasi militer di kota Sirte, menyusul pembebasan kota pesisir dari cengkeraman kelompok teroris Takfiri Daesh/ISIS.
Fayez al-Sarraj, pemimpin GNA, membuat pengumuman dalam pernyataan di televisi pada hari Sabtu, dua minggu setelah serangan besar-besaran pada kelompok teroris, yang terletak 450 kilometer (280 mil) timur ibukota, Tripoli, telah berada di bawah kontrol penuh pasukan yang setia kepada pemerintah yang diakui secara internasional.
“Pertempuran Sirte telah berakhir namun perang melawan terorisme di Libya belum selesai,” kata Sarraj.
Dia juga meminta kepada semua faksi dan kekuatan militer untuk bersatu di bawah “satu tentara tunggal,” dari partai politik yang berbeda di negara Afrika Utara, untuk bekerja sama menyelesaikan masalah yang dihadapi Libya.
Pemerintah Libya yang didukung PBB, memulai operasi militer besar-besaran pada bulan Mei untuk membersihkan gerilyawan Daesh dari Sirte, yang merupakan kampung halaman mantan diktator Muammar Gaddafi.
Daesh, yang telah menangkap Sirte lebih dari setahun yang lalu, telah mengambil keuntungan dari kekacauan yang mencengkeram Libya sejak 2011, ketika sebuah intervensi militer NATO, diikuti pemberontakan yang menyebabkan jatuhnya dan pembunuhan Gaddafi.
Pasukan yang setia kepada GNA meluncurkan serangan terakhir untuk merebut kembali Sirte dari teroris ISIS pada tanggal 5 Desember. Kota, yang terletak di pantai Mediterania, adalah pusat perkotaan utama yang berhasil direbut oleh ISIS di luar Irak dan Suriah.
Government of National Accord (GNA), yang didukung oleh PBB dan beberapa pemerintah Barat, belum sepenuhnya membangun otoritas di seluruh Libya. (ARN)
Sebar:
