Analisa

Pesan Tak Jelas Saudi untuk Pembicaraan Astana

Sabtu, 21 Januari 2017,

ARRAHMAHNEWS.COM, RIYADH – Menteri Luar Negeri Saudi Adel Al-Jubeir menyatakan bahwa pembicaraan damai Suriah di Astana akan mengakibatkan gencatan senjata di negara ini, tapi bukan itu yang diinginkan oleh Riyadh.

”Tujuan (perundingan Astana) adalah tercapainya gencatan senjata dan bergerak menuju proses politik. Marilah kita mengujinya. Sejauh ini belum menunjukkan kesuksesan,” kata Jubeir. ”Jika itu berjalan, kami akan menjalankan alur politik. Tetapi, itu tidak berarti kami mengabaikan kelompok oposisi moderat,” ungkap Al-Jubeir sebagaimana dikutip Arab News 17 Januari lalu. (Baca juga: Pasukan Suriah Temukan Rumah Sakit Canggih Hadiah Saudi untuk Teroris di Aleppo Timur)

Pernyataan menlu Saudi itu, bagaimanapun juga, terdengar sedikit aneh, karena sepanjang konflik Suriah, Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya telah memberikan bantuan yang komprehensif untuk teroris ISIS, dengan memasok senjata, peralatan, dan tentara bayaran untuk menggulingkan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ada bukti tak terbantahkan dari “tindakan-tindakan baik” atas nama Arab Saudi itu.

Sejumlah besar bahan kimia untuk membuat bom yang disita oleh tentara Suriah pekan lalu di Aleppo adalah salah satu contohnya. Tas–tas berisi bahan kimia itu adalah tas dengan cap dari pabrik kimia Sachlo yang merupakan pabrik bahan kimia Saudi. Sementara itu, bulan sebelumnya, Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan bahwa lebih dari 1.500 orang Arab Saudi berjuang di jajaran ISIS di Suriah. (Baca juga: Militer Suriah Ungkap Senjata Kimia Buatan Saudi di Aleppo)

Seiring dengan bukti kuat dari keberadaan Saudi di Suriah, ada juga saksi dan bahkan peserta dari intervensi Riyadh. Pada awal konflik, wartawan Daily Telegraph menyatakan bahwa Tentara Suriah telah menangkap beberapa militan oposisi yang mengaku di dibayar dari perwakilan Arab Saudi langsung melalui komandan mereka. Mereka mengaku menerima sekitar 25 dolar per hari selain 400 dolar untuk partisipasi mereka dalam operasi militer terhadap pemerintah Suriah.

Perlu disebutkan bahwa anggaran pertahanan Arab Saudi masih salah satu yang terbesar di dunia dan setara dengan 18,7 miliar dolar sedangkan tenaga kerja militer Arab Saudi diperkirakan sekitar 200.000 prajurit. Sebagai perbandingan, China menghabiskan 17 miliar dolar pada pertahanan dengan kekuatan 2,4 juta prajurit. Akibatnya, diyakini bahwa anggaran militer dihabiskan untuk membiayai organisasi teroris dan radikal, karena pemerintah KSA bernafsu untuk menggulingkan pemerintah yang sah dari Suriah. (Baca juga: Putin Ucapkan Selamat Kepada Assad atas Pembebasan Aleppo)

Perlu disebutkan bahwa pernyataan Al-Jubeir itu secara drastis berbeda dari tujuan sebelumnya karena Arab Saudi tidak mungkin tertarik dengan penyelesaian damai atas krisis Suriah. Arab Saudi juga kekhawatir bahwa jika pemerintah Suriah menang atas teroris, maka para teroris itu akan pulang kampung. Sedangkan, sejumlah besar dari para militan itu adalah warga negara-negara Teluk Persia dan merupakan ancaman langsung terhadap rezim Arab Saudi. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca