arrahmahnews

Dongeng Nyata Investasi Raja Saudi di Indonesia

Minggu, 26 Februari 2017,

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Hampir setengah abad lamanya Raja Saudi Arabia tak datang ke Indonesia. Pada kunjungannya yang terakhir, 47 tahun silam, pesawat yang membawa Raja Faisal bin Abdulaziz mendarat di Bandara Kemayoran, Jakarta. Ia disambut langsung Presiden Soeharto di tangga pesawat.

Kedatangan sang penjaga dua kota suci saat itu terlihat sederhana: hanya menggunakan satu pesawat, agendanya pun biasa, semacam penggalangan dukungan sesama negara Asia. Saat itu Presiden Soeharto menyatakan dukungan terhadap negara-negara Arab yang sedang menghadapi Israel. (Baca juga: Geger Besar di Kerajaan Saudi, Mohammed Bin Salman Tangkap Para Pangeran)

Raja Salman bin Abdulaziz, Selasa 01 Maret 2017, akan datang dengan segenap kemegahan:  membawa 1.500 orang, di antaranya 10 menteri dan 25 pangeran kerajaan, menggunakan 7 pesawat berbadan lebar yaitu yaitu Boeing 747, 777, dan 737.

Persiapannya tak alang kepalang, didahului dengan pengiriman tangga eskalator pesawat yang berlogo kerajaan serta mobil-mobil supermewah untuk digunakan sang raja. Mereka akan berada di Indonesia selama sembilan hari, tiga hari kunjungan resmi di Jakarta, selebihnya enam hari berlibur di Bali. (Baca juga: Saudi Bangkrut, Sejumlah Pangeran Menghilang Bawa Lari Kekayaan)

Buah tangan apa yang dibawa sang raja ke negeri ini?

Linimasa media sosial dan grup-grup perbincangan WhatsApp semenjak pekan lalu ramai oleh kabar yang menggelembung – seperti biasa – bahwa Raja Salman bin Abdulaziz datang menebar bantuan ratusan triliun rupiah, menyelamatkan Indonesia dari cengkeraman ekonomi Tiongkok, dan segenap haru-biru kebaikan sosial lainnya.

Untuk semua kabar itu, saya hanya menyebut satu kata: HOAX!

Dari data Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM), sepanjang 2016 realisasi investasi Arab Saudi hanya 900 ribu dolar AS atau sekitar Rp 11,9 miliar (kurs Rp 13.300) untuk 44 proyek.

Dengan angka realisasi investasi itu, Arab Saudi berada di posisi 57, di bawah Afrika Selatan investasinya mencapai 1 juta dolar AS untuk delapan proyek. Angka itu juga jauh dibandingkan realisasi investasi dari negara Timur Tengah lainnya seperti Kuwait yang mencapai 3,6 juta dolar AS.

Bagaimana mau menyelamatkan Indonesia dari cengkraman ekonomi China, kalau posisi Saudi ada di urutan ke-57 sedangkan China asuk 5 besar? (Baca juga: Mufti Wahabi; Maulid Nabi Syirik, Hari Jadi Kerajaan Saudi Wajib)

Investasi China ke Indonesia sepanjang kuartal I 2016 naik 400 persen menjadi 500 juta dollar AS dibanding periode sama tahun sebelumnya.

Menurut  Kepala Badan Penanaman Modal (BKPM) Franky Sibarani, dengan kenaikan ini maka posisi China masuk lima besar negara pemberi komitmen investasi di Indonesia, selain Singapura, Jepang, Hongkong dan Belanda.

“Ini menarik China masuk ke lima besar negara, kami juga melihat dalam hal ini komitmen investasi China cenderung meningkat,” kata Franky, Senin (25/4/2014). (Baca juga: Sutradara Inggris Garap Film ‘kehidupan rahasia’ Keluarga Kerajaan Saudi)

Lima besar negara asal investasi itu antara lain Singapura dengan nilai investasi 2,9 miliar dollar AS, Jepang dengan nilai investasi 1,6 miliar dollar AS, Hongkong dengan investasi 500 juta dollar AS,  China sebesar 500 juta dollar AS dan yang terakhir Belanda 300 juta dollar AS.

Plesiran Super Mewah Raja Salman

Kunjungan Raja Salman memang megah dan mewah, tapi itu memang kebiasaan para bangsawan dari sana. Jangan lupa, Raja Salman tak hanya ke Indonesia, tapi juga ke Malaysia, Jepang dan China. Jadi ga usah geer!

Perjalanan sang raja kali ini juga untuk mencari tambahan uang untuk negaranya sendiri. Bersamanya ikut Menteri Energi Khalid al-Falih dan para eksekutif perusahaan minyak negara Aramco.

Mereka sedang mengetuk hati dan minat investor kaya Asia untuk ikut ambil bagian dalam penjualan saham Aramco tahun depan. Penawaran perdana 5 persen saham Aramco diharapkan menjadi Initial Publik Offering terbesar di dunia. (Baca juga: HEBOH, Istri Simpanan Mendiang Raja Fahd Tuntut Uang Penghidupan)

Singkatnya, kerajaan Saudi sedang keliling Asia untuk mencari tambahan uang untuk negaranya yang sedang butuh. Mereka tak  hanya berkunjung ke Indonesia. Paduka dan rombongannya juga akan ke Malaysia, Jepang dan China.

Akibat anjloknya harga minyak dunia, negara ini telah memangkas gaji para menteri dan tunjangan anggota keluarga kerajaan, dan kini sedang berusaha keras mengembangkan aneka usaha untuk mengurangi ketergantungan kepada minyak. Pada Agustus tahun lalu, Saudi Arabia telah menandatangani 15 perjanjian awal dengan China yang mencakup pembangunan perumahan, proyek air dan kilang.

Kantor berita mepanorama, Jum’at (24/02/2017), melaporkan bahwa Arab Saudi meminta bantuan dana yang diungkapkan oleh Ali Mohsen al-Ahmar, bahwa wakil Angkatan Bersenjata Saudi Fahd bin Turki diutus ke Kuwait untuk cari bantuan. Dia mengatakan bahwa “kerajaan tidak mengalami kemunduran, Raja Salman hanya sedang meminta bantuan untuk kerajaan sebesar 10 miliar dollar dari Emir Kuwait untuk menunjang agresi Saudi di Yaman”.

Mengenai permintaan Saudi ke Kuwait ini, informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa Raja Salman berkata kepada Emir Kuwait “kalau bukan karena kondisi yang sulit dan buruk, kerajaan Saudi tidak mungkin meminta bantuan keuangan dari Kuwait”.

China-lah yang menanam investasi di Arab Saudi! Dan bukan sebaliknya

Adapun Indonesia, terbuka kepada negara mana pun yang hendak menanam investasi. Kerajaan Saudi direncanakan akan ikut membangun kilang minyak di Cilacap senilai 60 juta dolar AS, sebuah investasi yang menguntungkan di negeri yang sedang berbenah ini. Juga ada harapan kerjasama senilai 25 miliar dolar AS yang rinciannya akan kita tahu beberapa hari lagi.

Satu yang saya tunggu, pernyataan Pemerintah Saudi Arabia tentang janji santunan kepada korban musibah crane jatuh di Masjidil Haram pada musim haji tahun 2015. Saat itu, 12 orang jamaah haji Indonesia meninggal dunia dan 42 orang cedera dan dirawat di rumah sakit. Kerajaan Saudi menjanjikan santunan sebesar 1 juta riyal atau Rp 3,8 miliar bagi semua keluarga korban meninggal dan cacat fisik tetap serta 500.000 riyal atau Rp 1,9 miliar untuk korban luka, ditambah tawaran naik haji dengan biaya kerajaan bagi mereka dan keluarganya. Dua tahun sudah janji itu mengambang di udara, entah kapan dipenuhi. (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca