arrahmahnews

China Ubah Formasi Tentara Hadapi Ketegangan di Semenanjung Korea

Rabu, 03 Mei 2017

ARRAHMAHNEWS.COM, BEIJING – Beijing telah mengumumkan rencana untuk mengatur kembali formasi Tentara Pembebasan Rakyat (PLA), di tengah meningkatnya ketakutan bahwa Angkatan Bersenjata China yang terbesar di dunia itu mungkin tidak dapat menangani konflik besar jika hal itu terjadi di Semenanjung Korea.

Sputnik melaporkan pada Selasa (02/05) bahwa Pasukan bersenjata China belum pernah terlibat dalam aksi militer selama bertahun-tahun dan, dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Presiden AS Donald Trump saling adu kepala, China berusaha untuk merapikan formasi tentara dengan membuatnya lebih efektif secara kualitas dibandingkan kuantitas.

Komisi Militer Pusat telah mengumumkan rencana untuk mengurangi Pasukan Angkatan Darat Rakyat dari 18 menjadi 13 korps.

Kolonel Senior Yang Yujun mengatakan bahwa tindakan tersebut merupakan bagian dari “keseluruhan pembentukan kembali” kekuatan operasional mobile negara tersebut.

“Ini adalah langkah maju yang penting dalam membangun tentara yang kuat dan modern, dan sangat penting dalam mengubah militer China dari menampilkan kuantitas dan skala untuk menampilkan kualitas dan efektivitas,” katanya.

China telah sibuk dengan peningkatan angkatan lautnya dan pada bulan April meluncurkan kapal induk pertamanya.

Tapi sekarang Kementerian Pertahanan Nasional di Beijing ingin mengubah fokus tentara dari kuantitas ke kualitas. Saat ini ada lebih dari dua juta tentara di PLA namun ada keraguan tentang kualitas beberapa rekrutan tersebut.

Pada tahun 2015 sebuah studi Kongres AS mengklaim PLA dilemahkan oleh korupsi dan kontrol politik yang terbuka, yang terkadang merongrong keahlian petugas militer.

Laporan yang dibuat oleh pakar China di Rand Corporation itu mengatakan bahwa PLA “jelas-jelas menjadi kekuatan tempur yang semakin profesional dan mampu.”

Tapi laporan itu menambahkan: “Kami telah menemukan bahwa PLA menderita kelemahan yang berpotensi serius. Kekurangan ini dapat membatasi kemampuannya untuk berhasil melakukan operasi gabungan informasi terpadu yang dikombinasikan dengan strategi militer China yang dipandang perlu dalam berperang dan memenangkan perang masa depan.” (ARN)

Comments
To Top

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca

Eksplorasi konten lain dari Arrahmahnews

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca